tirto.id - Hassan Nasrallah, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kelompok Hizbullah, tewas dibunuh pasukan Israel, di Beirut, pada Sabtu (28/9/2024). Pembunuhan Nasrallah sudah dikonfirmasi baik oleh Hizbullah maupun Israel.
Terdapat beberapa fakta terkait peristiwa pembunuhan Hassan Narallah oleh Israel, termasuk dugaan keterlibatan Amerika Serikat (AS). Pembunuhan Nasrallah sekaligus menjadi penanda eskalasi konflik Israel dengan beberapa negara di Timur Tengah.
Hizbullah menyebut kematian Nasrallah sebagai martir. Hizbullah memuji kehebatan dan keberanian Nasrallah yang telah memimpin kelompok tersebut selama lebih dari 30 tahun.
Alih-alih menyerah, Hizbullah menyatakan bahwa kelompoknya semakin bersemangat dalam melawan kelompok Zionis Israel.
“Kemartirannya hanya akan memperkuat tekad perlawanan untuk melanjutkan perjuangan melawan musuh Zionis dan membebaskan Palestina,” tulis Hizbullah dalam pernyataan, seperti dikutip dari Antara.
Satu hari usai Nasrallah tewas, muncul pengakuan dari Israel bahwa aksi pembunuhan ini memang dilakukan pihaknya. Pengakuan ini disampaikan oleh Juru Bicara Militer Israel, Laksmana Muda Daniel Hagari, pada Minggu (29/9/2024).
Hagari juga mengungkapkan terkait Hassan Nasrallah sebagai pimpinan organisasi teroris yang buruk. Begitu pula dengan rekan-rekan Nasrallah yang menjadi korban senasib, termasuk Nabil Kaouk, senior Hizbullah lainnya.
“Hassan Nasrallah, pemimpin organisasi teroris jahat, teroris-teroris senior yang dibasmi bersamanya, dan markas-markas besar utamanya adalah target militer yang sah menurut hukum internasional,” ucap Hagari, seperti yang dikutip dari Reuters.
Usai kematian Nasrallah, Israel terus menerus membombardir wilayah Lebanon yang menjadi basis Hizbullah. Serangan ini mirip seperti serangan Israel ke Gaza, Palestina, di mana mayoritas korban tewas dari serangan itu adalah warga sipil.
3 Fakta Israel Bunuh Hassan Nasrallah
Terdapat temuan fakta penting di balik pembunuhan Hassan Nasrallah oleh Israel. Berikut ini tiga fakta Israel membunuh petinggi Hizbullah, Hassan Nasrallah, di Beirut:
1. Israel bunuh Nasrallah lewat serangan udara
Hassan Nasrallah dibunuh lewat serangan udara yang diluncurkan Israel ke sebuah wilayah di Beirut, pada Jumat (27/9/2024).. Serangan yang menargetkan Nasrallah itu sudah dilancarkan Israel selama sepekan dan menewaskan banyak warga sipil, termasuk wanita dan anak-anak.Kemudian, pada Sabtu (28/9/2024), Jubir Militer Israel, Letnan Kolonel Nadav Shoshani, menyatakan bahwa Hassan Nasrallah berhasil ditaklukkan. Nasrallah menjadi jenderal kelima Hizbullah yang tewas dalam perang satu tahun terakhir.
“Sebagian besar pemimpin senior Hizbullah telah tersingkir,” ungkap Shoshani, melalui X.
Israel menyatakan bahwa mereka akan terus memberikan serangan terhadap pemimpin Hizbullah sebagai langkah yang mesti dilakukan.
2. Pembunuhan terhadap Nasrallah menewaskan 11 orang lainnya
Serangan udara terhadap Kelompok Hizbullah bukan hanya menyebabkan kematian Hassan Nasrallah. Menurut laporan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Lebanon, terdapat 11 orang yang tewas ketika Israel menyerang Nasrallah.
Melansir NBC News, Kemenkes Lebanon juga menyebutkan ada 108 orang yang mengalami luka-luka akibat serangan itu. Situasi ini terjadi lantaran kerusakan yang berdampak luas.
Menurut perhitungan Menteri Kesehatan Lebanon, Firas Abiad, daftar korban di negara mereka karena serangan udara terus melonjak. Sejak perang Hizbullah dan Israel terjadi pada Oktober 2023, sudah ada 1.640 orang yang dinyatakan tewas.
Jumlah tersebut belum termasuk korban yang hilang di reruntuhan.
3. Bom yang dipakai untuk membunuh Nasrallah buatan AS
AS diduga terlibat dalam upaya pembunuhan Nasrallah oleh Israel. Dugaan ini dibeberkan oleh kantor berita Washington Post yang berhasil mendeteksi bom yang dipakai Israel untuk membunuh Nasrallah.
Washington Post menyebut bahwa bom seberat 900 kilogram itu adalah buatan AS. Informasi ini diperoleh lewat analisa video rekaman detik-detik serangan Israel oleh tiga ahli.
Video rekaman yang dirilis oleh Israel itu menampilkan sebuah bom ertipe BLU-109 dan JDAM produksi AS. BLU-109 sendiri disebut sebagai peledak berat penghancur bunker, sementara JDAM merupakan sistem panduan yang dipakai untuk menargetkan titik serangan.
Bom dengan berat sekitar 2.000 pon ini dikatakan peneliti bisa mencapai radius kehancuran 35 meter. Jarak ini setara dengan 115 kaki, seperti diungkap lewat penelitian dan analisis kebijakan pertahanan Project on Defense Alternatives (PDA).
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Yonada Nancy & Iswara N Raditya