tirto.id - Ekonom Senior Universitas Indonesia Faisal Basri memperkirakan ekonomi Indonesia pada kuartal III atau Q3 2020 akan mengalami kontraksi sebesar 3 persen. Jika terjadi, maka kontraksi itu lebih baik ketimbang kontraksi ekonomi pada Q2 2020 yang mencapai 5,3 persen.
Meski demikian, prediksi Faisal lebih dalam dari Kementerian Keuangan dalam konferensi pers nota keuangan, Jumat (14/8/2020). Kemenkeu waktu itu memperkirakan pertumbuhan Q2 2020 berada di angka minus 1,1 sampai 0,2 persen.
“Perkiraan saya minus 3, Q3 ini,” ucap dalam diskusi virtual bersama Komisi VI DPR RI, Senin (31/8/2020).
Faisal mengatakan dalamnya kontraksi pertumbuhan ekonomi Q3 berbanding prediksi pemerintah disebabkan karena sejumlah faktor. Salah satunya, perbaikan indikator ekonomi yang terjadi belum cukup cepat maupun bisa mengimbangi penurunan yang sudah terjadi.
Ia mencontohkan belum lama ini penjualan mobil memang naik hingga 300 persen, tetapi pertumbuhan sepanjang Januari-Juli 2020 masih minus 50 persen. Pariwisata, katanya, masih kontraksi 80 persen dari tahun 2019.
Selain pemulihan berjalan lamban, masyarakat memiliki kecenderungan menahan konsumsi padahal komponen ini memegang porsi 57,85 persen PDB. Jika faktor konsumsi yang memegang porsi terbesar tidak maksimal, maka praktis pertumbuhan sulit didorong.
Konsumsi tertahan karena, menurutnya, masyarakat masih merasa ada ketidakpastian besar untuk membelanjakan uangnya.
Pasalnya, kasus COVID-19 tercatat terus naik hingga hampir 3.000 kasus per hari sementara pendapatan masyarakat dikhawatirkan menurun sehingga sikap yang diambil adalah menabung.
“Masyarakat meskipun ekonomi mulai membaik, terjadi perubahan pola pikir,” ucap Faisal.
Sementara itu, faktor ekspor dan impor, menurutnya, juga akan tetap minus pada Q3 2020. Dengan demikian, hampir seluruh indikator pendorong pertumbuhan belum akan membaik.
Faktor lain, menurut Faisal, berkaitan dengan tim yang dibuat pemerintah untuk menangani pandemi dan ekonomi sekaligus. Menurutnya, tanpa perhatian cukup untuk menekan angka kasus baru dan meningkatkan jumlah tes akan sulit berharap pertumbuhan positif. Belum lagi, orang yang bertanggung jawab dalam tim, menurutnya, kurang memiliki kompetensi yang cukup.
“Katanya itu enggak resesi, karena minusnya [di kuartal selanjutnya] turun. Ngeri enggak. Komandan ekonominya enggak ngerti resesi apa,” ucap Faisal.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Maya Saputri