Menuju konten utama

Emil Dardak yang Berbeda dari Cawagub Khofifah Sebelumnya

Seperti apa sosok Emil Dardak yang mendampingi Khofifah di Pilgub Jatim 2018?

Emil Dardak yang Berbeda dari Cawagub Khofifah Sebelumnya
Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar resmi mendukung Khofifah Indar Parawansa dan Emil Dardak sebagai pasangan bakal calon gubernur dan wakil gubernur Jawa Timur pada pemilihan gubernur Jatim 2018 mendatang. tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - Di dua Pilgub Jatim sebelumnya, Khofifah berpasangan dengan cawagub dari kalangan militer dan polisi.

Bursa kandidat Pemilihan Gubernur Jawa Timur (Pilgub Jatim) 2018 kembali memanas. Rabu (22/11) kemarin, Golkar resmi mengusung Khofifah Indar Parawansa sebagai calon gubernur (cagub) didampingi Emil Dardak sebagai calon wakil gubernurnya (cawagub). Hal itu disampaikan Pelaksana Tugas Ketua Umum Golkar Idrus Marham di kantor DPP Golkar.

"Dengan bismillahirrahmanirrahim DPP Golkar menyerahkan surat keputusan ini kepada Khofifah Indar Parawansa dan Emil Dardak. Saya serahkan surat rekomendasi ini kepada Mbak Khofifah Indar Parawansa," ujar Idrus.

Beberapa hari sebelumnya, di sejumlah grup WhatsApp, beredar sebuah foto yang menampilkan Khofifah, Emil Dardak, berdampingan dengan dua tokoh Demokrat: Susilo Bambang Yudhoyono (Ketua Umum) dan Soekarwo (Ketua DPD Partai Demokrat Jatim).

Dalam foto itu, Khofifah dan Emil tersenyum lebar sembari memegang sebuah map berlambang bintang biru-merah ala Demokrat.

Pada Selasa (21/11), kepada Tirto, Ketua Bidang Komunikasi DPP Demokrat Imelda Sari tidak menampik kabar Demokrat telah mengusung Khofifah-Emil untuk maju di Pilgub Jatim 2018. Sedangkan Sekretaris DPD Demokrat Jatim Renvile mengakui, untuk Pilgub Jatim mendatang, Emil Dardak adalah rekomendasi dari DPD Jatim untuk mendampingi Khofifah.

Menimbang Pendamping Khofifah

Tidak hanya pencalonan Khofifah sebagai cagub Jatim saja yang berlika-liku, siapa cawagub pendampingnya pun menimbulkan tanda tanya.

“Intinya adalah kalau nanti akan mencari calon wakil diminta oleh para kiai dari aliansi santri-nasionalis,” ujar Khofifah di Gedung DPR (17/10).

Sebelum dukungan resmi dari Demokrat dan Golkar datang, Khofifah mengantongi dukungan dari PPP dan Nasdem. Setidaknya ada dua nama cawagub yang dipandang cocok mendampingi Khofifah: Hasan Aminudin dan Emil Dardak.

Baik Hasan maupun Emil adalah bupati di Jawa Timur. Hasan menjabat Bupati Probolinggo. Pada 2014, Hasan adalah anggota DPR dari Nasdem dan dinilai berperan dalam kesuksesan Nasdem meraih suara signifikan dalam Pileg 2014, terutama di Tapal Kuda, sebuah daerah di Jatim yang meliputi Pasuruan bagian timur, Probolinggo, Lumajang, Jember, Situbondo, Bondowoso, dan Banyuwangi.

Sedangkan Emil Dardak saat ini menjabat Bupati Trenggalek. PDIP mengklaim Emil adalah kadernya. Dia memiliki kartu tanda anggota dan, bahkan, Emil juga pernah ikut sekolah kader di PDIP sebelum menjadi bupati. Saat dilantik pada Februari 2016, suami Arumi Bachsin itu berumur 32 tahun. Mengingat umurnya tersebut, dia mengklaim sebagai bupati termuda di Indonesia.

Baca juga: Tahap Demi Tahap Khofifah Bertarung di Pilgub Jatim

Saat kampanye Pemilihan Bupati (Pilbup), Emil menyatakan pengalamannya selama 15 tahun berkiprah di dunia profesional—termasuk berada dalam struktur birokrasi sebagai Wakil Presiden Eksekutif di PT Penjaminan Pembiayaan Infrastruktur Indonesia—menjadi bekal utamanya berani mencalonkan diri sebagai bupati.

"Yang pasti ini menjadi panggilan nurani untuk mengabdi untuk masyarakat Trenggalek," ujar Emil.

Nama Emil memang sedang naik daun. Lembaga Riset dan Konsultan Politik iPOL Indonesia mengklaim Emil sebagai kandidat yang paling layak menjadi pendamping Khofifah di Pilkada Jatim 2018. "Dari hasil riset yang kami lakukan, Emil Dardak namanya menguat mendampingi Khofifah," ujar CEO iPOL Indonesia Petrus Hariyanto di Surabaya, pada Selasa (7/11), seperti dilansir Antara.

Baca juga:

Namun, sejak Oktober 2017, PDIP telah memberi sinyal melarang kadernya mencalonkan diri lewat partai lain. Hal ini disampaikan Megawati pada Sabtu (14/10), saat pengumuman rekomendasi Syaifullah Yusuf-Azwar Anas sebagai pasangan cagub-cawagub Jatim yang diusung PDIP.

"Ada kader yang diiming-imingi untuk maju melalui partai lain. Sebelum menyetujui, harus dipikir dulu. Selama ini ada kader yang sudah dibesarkan PDIP, tapi maju dari partai lain, dan saya tidak perlu sebutkan namanya. Lantas, apakah itu etis? Kalau menurut saya ya tidak," kata Megawati, seperti dilansir Antara.

Baca juga: Politik Aliran Kembali ke Jawa Timur

Kecil kemungkinan Emil tidak tahu imbauan Megawati karena dia hadir dalam acara tersebut. Emil juga sepertinya tidak ambil pusing. Pada Selasa (22/11), Emil mengabarkan sudah berkomunikasi dengan PDIP perihal pencalonannya sebagai cawagub Jatim oleh Demokrat dan Golkar.

"Saya memilih melihat ke depan. Tentu pilihan menjadi tanggung jawab masing-masing. Niat saya bersedia mendampingi Ibu Khofifah karena saya sudah melihat visi-misi beliau dan insya Allah dengan niat pengabdian maka yang diuntungkan masyarakat, bangsa, dan negara," ungkap Emil.

Tentara dan Polisi Pendamping Khofifah

Jumlah kursi partai di DPRD Jatim adalah salah satu modal para kandidat. Untuk bisa mencalonkan diri, pasangan cagub-cawagub mesti didukung partai atau gabungan partai dengan total 20 kursi di DPRD. Jumlah kursi ini juga menggambarkan konstelasi politik yang bakal terjadi.

PKB, yang telah resmi mengusung Saifullah Yusuf sebagai cagub, adalah parpol pemenang dalam Pileg 2014 di Jatim. Partai itu punya 20 kursi di DPRD Jatim.

Di bawah PKB, kursi DPRD Jatim selanjutnya dimiliki PDIP (19 kursi), Gerindra (13 kursi), Demokrat (13 kursi), Golkar (11 kursi), PAN (7 kursi), PKS (6 kursi), PPP (5 kursi), Nasdem (4 kursi), dan Hanura (2 kursi).

Infografik Wagub Jatim Pendamping Khofifah

Jika pencalonan Khofifah di Pilgub Jatim 2018 berjalan lancar, itu adalah pertarungan Khofifah ketiga kalinya di Jatim. Di Pilgub 2008, Khofifah maju sebagai cagub didampingi Mudjiono. Sedangkan di Pilgub Jatim 2013, masih sebagai cagub juga, Khofifah didampingi Herman Sumawiredja.

Berbeda dengan Emil Dardak, kedua pendamping Khofifah sebelumnya itu berasal dari kalangan militer dan kepolisian. Saat mencalonkan diri pun keduanya berumur di atas 50 tahun.

Baca juga: Kisah Bupati Ngawi Kecantol Perempuan Indo

Sebelum dicalonkan sebagai cawagub, Mudjiono (lulusan Akademi Militer 1975) menjabat sebagai Kepala Staf Kodam V/Brawijaya periode 2005-2008. Sedangkan Herman (lulusan Akademi Kepolisian 1975 juga) menjabat sebagai Kepala Polisi Daerah (Kapolda) Jatim periode 2005-2009.

Bagaimana dengan perolehan suaranya? Khofifah mesti menelan pil pahit. Khofifah-Mudjiono yang diusung PKB itu, di putaran pertama Pilgub Jatim 2008 hanya mampu menempati posisi kedua dengan 24,82 persen suara; sedikit di bawah pasangan Soekarwo-Saifullah Yusuf (26,44 persen).

Di putaran kedua, Khofifah-Mudjiono juga kandas. Pasangan ini mendapatkan 49,8 persen suara. Jumlah ini terpaut 0,4 persen dari Soekarwo-Saifullah Yusuf yang meraup 50,2 persen suara.

Di Pilgub Jatim 2013, Demokrat mengusung Soekarwo-Saifullah Yusuf, sedangkan PKB mengusung Khofifah-Herman. Hasilnya, Soekarwo-Saifullah Yusuf lagi-lagi menang. Bahkan Pilgub kali ini berlangsung satu putaran. Mereka meraup 47,25 persen suara, sementara Khofifah-Herman memperoleh 37,62 persen suara.

Baca juga artikel terkait PILGUB JATIM 2018 atau tulisan lainnya dari Husein Abdulsalam

tirto.id - Politik
Reporter: Husein Abdulsalam
Penulis: Husein Abdulsalam
Editor: Ivan Aulia Ahsan