tirto.id - Media Survei Nasional (Median) merilis hasil survei dari 6 sampai 15 Januari 2019. Terlihat hasil survei Prabowo-Sandiaga naik 3,2 persen dari November 2018 sebesar 35,5 persen menjadi 38,7 persen.
Sedangkan Jokowi-Ma'ruf hanya naik 0,2 persen, dari 47,7 persen menjadi 47,9 persen.
Direktur Eksekutif Median Rico Marbun melihat selisih elektabilitas dari kedua pasangan calon (paslon) capres-cawapres menjadi menipis yaitu 9,2 persen. Sehingga menurutnya hal tersebut sebagai bentuk warning atau peringatan bagi paslon 01, Jokowi-Ma'ruf.
"Menurut saya ya ini warning untuk pasangan 01 terutama, untuk bekerja lebih keras lagi untuk meningkatkan suaranya," ujarnya saat di Cikini Jakarta Pusat, Senin (21/1/2019).
Rico pun menyarankankan dibandingkankan memprioritaskan tema-tema berbasis infrastruktur, lebih baik paslon 01 lebih mementingkan tentang beratnya kehidupan ekonomi masyarakat sehari-hari dan memperbanyak lapangan pekerjaan.
"Sehingga keberhasilan Pak Jokowi dalam membangun infrastruktur itu meski punya kesan berhasil tapi ya sedang-sedang saja. Sementara itu bukan yang mereka butuhkan," ucapnya.
Namun, kata Rico, kenaikan elektabilitas Prabowo-Sandi ternyata juga suatu peringatan bagi mereka. Meskipun suaranya bertambah, namun hanya naik 3,2 persen saja dan pertumbuhannya melambat dari bulan sebelumnya.
"Artinya kalau kita ambil secara linier saja, ya mungkin bisa nggak terkejar kalo pertumbuhannya terlalu lambat," terangnya.
Rico menjelaskan, populasi survei nasional tersebut diambil dari seluruh warga Indonesia yang saat ini memiliki hak pilih. Target sampel nasional 1.500 responden, dengan margin of error sebesar lebih kurang 2,5 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Sampel dipilih secara random dengan teknik multi stage random sampling dan proporsional atas populasi provinsi dan gender. Hasil survei menunjukkan dinamika politik yang terjadi selama masa pengambilan data 6 sampai 15 Januari 2019.
Penulis: Riyan Setiawan
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno