tirto.id - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi RI pada kuartal IV/2020 (Q4) minus 2,19 persen secara tahunan atau year on year (yoy) atau minus 0,42 persen secara kuartalan (qtq).
Kepala BPS Suhariyanto mengatakan pertumbuhan ekonomi RI pada Q4 ini memang lebih baik dari Q4 yang mencatat minus 3,49 persen. Namun, kata dia, perbaikan yang terjadi belum sesuai harapan karena laju pertumbuhan ekonomi RI masih berada di zona merah alias negatif.
"Ada perbaikan meski belum sesuai harapan, oleh karena itu kita perlu melakukan evaluasi apa yang perlu diperkuat," ujar Suhariyanto, Jumat (5/2/2021).
Secara umum, struktur penopang pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV/2020 tidak berubah. Suhariyanto memaparkan ada lima sektor yang memberikan kontribusi, yaitu manufaktur, perdagangan, pertanian, konstruksi dan pertanian.
Berdasarkan data BPS, ada sepuluh sektor yang menyumbang kontraksi di kuartal IV, misalnya sektor transportasi dan pergudangan yang tumbuh minus 0,64 persen. Ada juga sektor industri pengolahan yang terkontraksi atau tumbuh minus 0,61 persen.
"Ke depan, perlu dievaluasi lagi agar pemulihan ekonomi Indonesia bisa berjalan sesuai harapan," tandas Suhariyanto.
Dari sisi pengeluaran, sumber pertumbuhan ekonomi kuartal IV/2020 didorong oleh konsumsi pemerintah sebesar 0,18 persen. Sementara itu, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) menjadi pemberat sepanjang kuartal IV/2020.
Dengan catatan pertumbuhan kuartal IV/2020 ini sekaligus menjadi tanda bahwa ekonomi RI belum keluar dari resesi. Seperti diketahui, resesi adalah kondisi di mana pertumbuhan ekonomi satu negara mengalami kontraksi selama dua kuartal berturut-turut atau lebih.
Indonesia dinyatakan resmi masuk jurang resesi setelah ekonominya mengalami dua kali kontraksi berturut-turut yakni pada kuartal II/2020 yang tumbuh minus 5,39 persen, dan kuartal III/2020 yang minus 3,49 persen.
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti