Menuju konten utama

Benarkah Penyebab Toshiba Bangkrut karena Resesi di Jepang?

Toshiba dikabarkan mengalami kebangkrutan, benarkah penyebabnya adalah resesi yang terjadi di Jepang?

Benarkah Penyebab Toshiba Bangkrut karena Resesi di Jepang?
Ilustrasi konsep krisis dengan seorang pengusaha dalam kepanikan. (FOTO/iStockphoto)

tirto.id - Toshiba dilaporkan mengalami kebangkrutan hingga berhenti beroperasi. Mereka disebut-sebut mengalami resesi.

Perusahaan raksasa teknologi asal Jepang itu sedang menjadi perbincangan publik dan ramai dibicarakan di media sosial hingga viral. Salah satunya via X atau dulu dikenal sebagai Twitter.

Sebuah akun X atas nama @Strategi_Bisnis awalnya menuliskan unggahan terkait Toshiba. Menurutnya, Toshiba mengalami kejatuhan hingga bernasib serupa perusahaan raksasa asal Jepang lainnya.

"Sejarah berulang. Dulu Sony kalah dlm smartphone war, skarang Toyota kalah total dlm EV war. Toyota sbg the last Samurai pd akhirnya akan jatuh juga. The Death of Samurai : Robohnya Sony, Panasonic, Sharp, Toshiba dan Sanyo," cuitnya.

Unggahan pada Kamis, (22/2/2024) itu sudah dilihat hingga 1,3 juta kali dan mendapatkan like sebanyak 2 ribu.

Akun lainnya, @idx_channel kemudian merespon tweet tersebut. Ia memberikan alasan kenapa perusahaan sekelas Toshiba bisa mengalami kebangkrutan.

"Ternyata ini alasannya Toshiba bisa bangkrut," tulisnya, sembari ditambahi emoji menangis.

Dihapus Bursa Saham Tokyo Sejak 2023

Mengutip pemberitaan Reuters, Rabu, 20 Desember 2023, Toshiba telah dihapus dari Bursa Saham Tokyo pada hari itu juga.

Alasannya adalah terjadi pergolakan serta skandal di internal perusahaan. Dampaknya berpengaruh terhadap antusias pembelian saham disertai masa depan Toshiba yang semakin tidak pasti.

Masih menurut sumber yang sama, Toshiba akhirnya dibeli investor domestik yang dipimpin Japan Industrial Partners (JIP). Mereka adalah sebuah perusahaan ekuitas swasta. Di dalamnya termasuk Orix (perusahaan jasa keuangan), Chubu Electric Power (perusahaan utilitas), dan Rohm (produsen chip).

Dikabarkan, Toshiba telah dijual seharga $14 miliar hingga mengakhiri perburuan para investor asing yang turut mengincar.

"(Toshiba) Sekarang akan mengambil langkah besar menuju masa depan yang baru dengan pemegang saham baru," bunyi pernyataan perusahaan.

Sebelum dihapus dari Bursa Saham Tokyo, saham Toshiba masih tercatat di angka 4.590 yen pada Selasa (19/12/2023) atau mengalami penuruan 0,1% dibandingkan sehari sebelumnya.

"Kesulitan Toshiba pada akhirnya disebabkan oleh keputusan strategis yang buruk dan nasib buruk. Saya berharap melalui divestasi, aset-aset dan talenta-talenta Toshiba dapat menemukan rumah baru di mana potensi penuh mereka dapat dikeluarkan," tutur Damian Thong, kepala riset Jepang di Macquarie Capital Securities.

Menurut situs web BBC, 20 Desember 2023, awal kejatuhan Toshiba dimulai ketika terungkap malapraktik akuntansi di berbagai divisi pada tahun 2015. Skandal ini turut melibatkan para pejabat teras perusahaan.

Toshiba dilaporkan melebih-lebihkan nilai keuntungan hingga mencapai $1,59 miliar (£1,25 miliar) selama tujuh tahun. Lantas, ditemukan ketidakberesan akuntansi perusahaan sekira tahun 2020.

Dugaan lain yang menyebabkan kejatuhan adalah mengenai tata kelola dan cara pengambilan keputusan para pemegang saham.

Investigasi kemudian digelar pada 2021. Hasilnya, Toshiba diduga berkolusi dengan Kementerian Perdagangan Jepang. Kementerian tersebut memanfaatkan Toshiba sebagai aset strategis negara guna menekan kepentingan investor asing.

Jauh sebelumnya, Toshiba juga pernah bersengketa dengan perusahaan asal Amerika Serikat, Westinghouse Electric, pada 2016. Toshiba sempat berjanji menyelesaikan pembelian miliaran dolar atas pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir oleh rekannya itu.

Namun, Westinghouse Electric akhirnya memutuskan untuk mengajukan kebangkrutan. Dampaknya, Toshiba menghadapi keruntuhan bisnis nuklir dan kehilangan lebih dari $6 miliar.

Mereka lalu menjual sejumlah lini bisnis. Di antaranya ponsel, sistem medis, dan barang elektronik. Unit chip Toshiba Memory juga terpaksa dijual.

Melihat situasi tersebut, Toshiba kemudian mendapatkan modal senilai $5,4 miliar pada 2017. Uang tunai ini diperoleh dari investor luar negeri.

Akibatnya, para pemegang saham mempunyai suara yang lebih besar untuk menentukan kebijakan perusahaan. Konflik internal itu menyebabkan perjalanan perusahaan seolah terhambat.

Sempat muncul opsi untuk memecah Toshiba menjadi beberapa perusahaan kecil. Mereka lalu memilih proposal pembelian yang dilakukan Japan Industrial Partners (JIP) pada Juni 2022. JIP menguasai 78,65% saham.

Upaya konglomerasi itu turut mendapatkan dukungan pemerintah setempat dan menelan biaya sebesar $14 miliar.

Toshiba sudah beroperasi di Bursa Saham Tokyo selama 74 tahun terakhir. Saham mereka mulai diperdagangkan bulan Mei 1949 setelah Jepang berupaya keras untuk keluar dari kehancuran pasca dampak Perang Dunia II.

Baca juga artikel terkait RESESI atau tulisan lainnya dari Beni Jo

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Beni Jo
Penulis: Beni Jo
Editor: Dipna Videlia Putsanra