tirto.id - Pertumbuhan ekonomi Cina akan tetap stabil pada kuartal pertama 2016 menjadi sekitar 6,7 persen sebelum secara bertahap menjadi stabil pada kuartal kedua, sebuah lembaga think tank memperkirakan pada Senin.
Prediksi pertumbuhan tersebut merupakan perlambatan dari pertumbuhan 6,8 persen yang terlihat pada kuartal sebelumnya yang disebabkan oleh produksi industri dan investasi yang lebih lambat serta konsumsi dan ekspor lemah, menurut sebuah laporan yang dirilis oleh Akademi Nasional Strategi Ekonomi (NAES), seperti dikutip oleh kantor berita Antara dari Xinhua.
Lembaga ini memperkirakan harga-harga barang konsumsi akan naik sekitar 2,2 persen dalam tiga bulan pertama.
Namun, dengan seiring dengan mulai berjalannya kebijakan-kebijakan pemerintah yang pro-pertumbuhan secara bertahap, ekonomi kemungkinan akan tetap berada "di jalur yang stabil," kata laporan itu.
Dengan latar belakang dukungan fiskal dan moneter yang lebih kuat, NAES memperkirakan pertumbuhan pada kuartal kedua akan kembali meningkat pada kisaran 6,8 persen.
Untuk mengatasi krisis ekonomi, Cina telah memangkas suku bunga dan rasio persyaratan cadangan bank beberapa kali sejak 2014. Karena otoritas terkait mendorong reformasi struktural dari sisi suplai, NAES memperkirakan akan ada pelonggaran lebih lanjut untuk menurunkan biaya pendanaan bagi ekonomi riil.
Target pertumbuhan ekonomi Cina telah ditetapkan pada kisaran 6,5 persen hingga 7,0 persen pada 2016, dengan tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata minimal 6,5 persen hingga 2020.