tirto.id - Sejumlah negara di Asia dan Eropa terancam mengalami resesi ekonomi. Dalam survei terbaru Bloomberg, Sri Lanka menjadi salah satu negara bakal masuk jurang resesi dengan persentase terbesar 85 persen.
Sementara Indonesia masuk dalam negara Asia yang berpotensi mengalami resesi ekonomi. Dari daftar 15 negara Asia yang berpotensi mengalami resesi ekonomi, Indonesia berada di peringkat 14 dengan persentase 3 persen.
Pengamat Ekonomi IndiGo Network, Ajib Hamdani optimistis Indonesia bisa melewati ancaman resesi ekonomi. Terlebih local domestik demand dalam negeri masih sangat kuat.
"Ancaman resesi akan bisa dilewati, ketika pemerintahan bisa terus mendorong kebijakan terbaiknya agar ekonomi tetap bisa konsisten," katanya kepada Tirto, Jumat (15/7/2022).
Dari sisi pertumbuhan, ekonomi di kuartal I-2022 masih cukup tinggi berada di kisaran 5,01 persen. Sementara pada kuartal II-2022, Ajib melihat tren pertumbuhannya akan menurun. Namun, di kuartal III selanjutnya akan kembali positif.
"Kita harus menunggu angka dari BPS, untuk pertumbuhan ekonomi di kuartal kedua. Dan secara agregat, pertumbuhan ekonomi bisa 5,2 persen di akhir tahun," pungkas dia.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, Indonesia ada di peringkat bawah daftar kemungkinan resesi. Hal tersebut menunjukkan bahwa indikator neraca pembayaran, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), ketahanan dan juga dari sisi korporasi maupun dari rumah tangga relatif dalam situasi lebih baik dari negara lain.
"Kita relatif dalam situasi yang tadi disebutkan risikonya 3 persen dibandingkan negara lain yang potensi untuk bisa mengalami resesi jauh di atas yaitu di atas 70 persen," ujar Sri Mulyani saat konferensi pers di Sofitel Nusa Dua, Bali, Rabu (13/7/2022).
Meskipun potensinya kecil, Sri Mulyani tetap mewaspadai ancaman resesi di tengah ketidakpastian global. Sebab risiko global mengenai inflasi dan resesi, atau stagflasi ini akan berlangsung sampai tahun depan.
"Ini tidak berarti kita terlena. Kita tetap waspada namun message-nya adalah kita tetap akan menggunakan semua instrumen kebijakan kita," pungkasnya.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin