Menuju konten utama

Efektifkah Politisasi Asian Games untuk Memenangkan Pilpres?

Kubu Prabowo mengklaim keberhasilan pencak silat bukti kepemimpinan Prabowo. Sebaliknya, kubu Jokowi merasa ini bukti kemampuan kerja Jokowi.

Efektifkah Politisasi Asian Games untuk Memenangkan Pilpres?
Pesilat Indonesia peraih medali emas Sarah Tria Monita berpose usai upacara penyerahan medali Kelas C Putri Asian Games 2018 di Padepokan Pencak Silat Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Senin (27/8/2018). ANTARA FOTO/INASGOC/Tri Budi Prianto

tirto.id - Sepertinya tak ada yang tidak dikaitkan dengan Pemilu Presiden akhir-akhir ini, termasuk Asian Games. Para politikus, baik dari kubu pendukung Joko Widodo-Ma'ruf Amin maupun Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, saling mengklaim keberhasilan para atlet mendulang medali sebagai kesuksesan mereka.

Perang klaim ini muncul setelah cabang olahraga (cabor) pencak silat menyapu bersih 8 medali emas di ajang Asian Games 2018, Senin (27/8/2018) kemarin. Keberhasilan ini disebut sejumlah politikus Gerindra sebagai bukti kemampuan pembinaan Prabowo Subianto yang merupakan Ketua Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI).

"Selama ini Pak Prabowo sering men-take over pendanaan pembinaan yang minim dari pemerintah," kata Ketua DPP Gerindra M. Syafi'i di Kompleks DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (28/8/2018).

Salah satu dana yang dikeluarkan Prabowo, menurut Syafi'i, adalah untuk latih tanding ke Cina dan ke beberapa negara lain. "Seperti kata Pak Edhy Prabowo yang ketua harian IPSI, biaya untuk ke Cina itu dari kantong Pak Prabowo," kata Syafi'i.

Politikus asal Sumatera Utara ini juga menyinggung kontribusi Prabowo dalam penyelenggaraan Kejuaraan Pencak Silat Dunia pada 2016. Saat itu, kata peraih 46.438 suara di Dapil Sumut I ini, Prabowo ini menggelontorkan uang hingga Rp 14 miliar.

"Ini bukan klaim saya lho, Pak Edhy Prabowo sendiri yang bilang. Dia kan pengurus. Masak salah?" kata Syafi'i.

Edhy Prabowo mengiyakan pernyataan Syafi'i. Namun, Edhy tidak memberikan penjelasan rinci untuk apa saja dana tersebut. Politikus dari Dapil Sumatera Selatan I dengan perolehan sejumlah 75.186 suara ini juga enggan berkomentar lebih lanjut karena mengaku ada pertemuan yang harus segera dihadiri.

Pada Kejuaraan Dunia Silat dua tahun lalu itu, Indonesia meraih 12 emas dan menjadi juara umum, mengungguli Vietnam dan Thailand.

Secara terpisah, Wasekjen Gerindra Andre Rosiade menyebut kesuksesan tim pencak silat adalah bukti sahih kepemimpinan Prabowo. Setiap organisasi yang dipimpin Prabowo selalu sukses, klaim Andre, termasuk Gerindra yang bisa menduduki posisi ketiga pada pemilu 2014 meski baru dua kali ikut pemilu (2009 & 2014).

"Kalau Pak Prabowo bisa memimpin IPSI dengan baik selama tiga periode, bayangkan dia kalau pimpin Indonesia. Tentu Indonesia akan jadi lebih baik," kata Andre kepada Tirto, Selasa (28/8/2018).

Pendapat Syafi'i dan Andre dinilai berlebihan oleh politikus PDIP, Charles Honoris. Menurut Charles, keberhasilan tim pencak silat Indonesia merupakan kerja bersama antara pemerintah dan IPSI.

"Kalau dibilang ini bukti dia [Prabowo] layak jadi presiden ya belum tentu. Presiden itu harus punya pengalaman mengurus ketatanegaraan, pemerintahan. Prabowo belum punya itu," kata Charles, di Kompleks DPR, Selasa (28/8/2018).

Politikus kelahiran 23 Juli 1984 ini menyebut penyelenggaraan Asian Games 2018 bisa berhasil lantaran pemerintah mampu mengkoordinasikan semua pihak dengan baik.

"Pak Jokowi membuktikan kinerjanya sebagai presiden, bisa bekerja sama dengan banyak pihak, masyarakat, atlet, pengusaha dan seninam. Mereka semua berkontribusi di bawah arahan pemerintah," kata lelaki yang memeroleh 96.842 suara di Dapil Jakarta III ini.

Mengklaim Asian Games Bisa Bikin Blunder

Direktur Populi Centre Usep S. Ahyar menilai klaim dua kubu tersebut sah-sah saja, namun justru bisa bikin blunder. "Itu bisa menunjukkan mereka bukan negarawan dan hanya berjuang demi kepentingan politik saja," kata Usep kepada Tirto.

Ajang pilpres, kata Usep, pada dasarnya ditujukan untuk mencari pemimpin yang bekerja demi kepentingan bangsa, bukan pribadi apalagi golongan. "Kalau terus mengklaim begitu, itu justru menunjukkan kekerdilan mereka di bidang lain," kata Usep.

Lagi pula, kata Usep, bisa saja simpati masyarakat berkurang karena hal yang sama. Soalnya, tak semua orang puas dengan penyelenggaraan Asian Games 2018, meski mungkin tetap bangga para atlet mencatatkan rekor medali terbanyak sepanjang keikutsertaan Indonesia dalam ajang olahraga ini.

"Jadi lebih baik fokus kepada program-programnya saja," kata Usep.

Baca juga artikel terkait ASIAN GAMES 2018 atau tulisan lainnya dari M. Ahsan Ridhoi

tirto.id - Politik
Reporter: M. Ahsan Ridhoi
Penulis: M. Ahsan Ridhoi
Editor: Rio Apinino