tirto.id - Efek samping sabu dapat menyebabkan perubahan struktural dan fungsional pada otak yang menyebabkan gangguan emosi dan memori. Efek sabu buruk bagi kesehatan.
Metafetamin atau yang biasa dikenal di Indonesia sebagai sabu-sabu, merupakan salah satu dari banyak obat-obatan terlarang. Efek kuat yang dihasilkan oleh zat ini membuat banyak orang menyalahgunakannya.
Salah satu kasus yang cukup menggemparkan di pertengahan tahun ini adalah ditangkapnya komedian Nunung atas kepemilikan sabu-sabu seberat 0,36 gram. Dari kejadian ini, Nunung terancam hukuman lima tahun penjara atas kasus penyalahgunaan narkotika.
Tidak hanya Nunung, ada beberapa publik figur lain yang juga tertangkap atas kasus kepemilikan sabu-sabu, seperti Fachri Albar, Zul ‘Zivillia’, Roro Fitria, dan Steve Emmanuel.
Metafetamin dikenal sebagai obat stimulan yang memiliki efek adiktif yang tinggi. Menurut Drug Abuse, zat ini sebetulnya dilegalkan oleh lembaga pengawas obat-obatan Amerika, FDA. Metafetamin diigunakan untuk membuat obat terapeutik yang biasa diresepkan untuk penderita ADHD, narkolepsi, dan obesitas.
Metafetamin akhirnya menjadi obat-obatan terlarang setelah banyaknya kasus penyalahgunaan melampaui dosis yang seharusnya. Zat ini hanya bisa digunakan secara terbatas dan dengan persetujuan dokter.
Catatan sejarah menyebutkan saat Perang Dunia II, ada banyak tentara yang menggunakan metafetamin untuk mendapatkan efek stimulannya. Zat ini digunakan para tentara untuk tetap terjaga dan fokus pada perang yang berlangsung dalam jangka waktu panjang. Pilot Kamikaze, Jepang bahkan diberikan metafetamin untuk setiap misinya.
Saat ini sabu-sabu yang beredar, secara ilegal tentunya, berbentuk serbuk, pil, atau kristal. Sabu biasa dikonsumsi dengan dihirup, dihisap, atau disuntik. Dilansir laman resmi Yayasan untuk Dunia Bebas Narkoba, narkoba jenis ini dapat menyebabkan kecanduan sejak pertama kali digunakan. Bahkan, pengguna sabu-sabu adalah salah satu pengguna paling sulit direhabilitasi.
Efek Samping Penggunaan Sabu-Sabu
Sabu-sabu mengandung berbagai zat yang buruk bagi tubuh. Dilansir dari Medical News Today, sabu-sabu yang dibuat secara ilegal biasanya mengandung kafein tinggi, talk, dan racun lainnya. Studi mengatakan, penggunaan sabu-sabu dapat menyebabkan perubahan struktural dan fungsional pada otak yang menyebabkan gangguan emosi dan memori.
Sabu-sabu memberikan efek menyenangkan pada penggunanya. Ini bisa terjadi karena saat mengonsumsi sabu-sabu, tubuh akan melepaskan neurotransmiter dopamin dalam jumlah yang besar. Dopamin merupakan zat kimia yang dapat meningkatkan motivasi, kebahagiaan, dan kemampuan motorik.
Zat ini akan bekerja pada bagian otak yang menyebabkan seseorang selalu tergoda untuk mengonsumsi lebih banyak sabu-sabu. Dalam banyak kasus 'pesta sabu', para penggunanya akan berpesta dengan hanya mengonsumsi sabu-sabu selama beberapa hari tanpa makan makanan apa pun.
Efek dari menggunakan sabu-sabu adalah meningkatnya perhatian, meningkatnya aktivitas, cara bicara yang cepat, penurunan nafsu makan, berkurangnya rasa lelah, kehilangan kontrol diri, dan merasa euforia.
Secara fisik, orang yang menggunakan sabu-sabu akan bernapas lebih cepat, jantung berdetak lebih cepat dan tidak teratur, suhu tubuh meningkat, dan tekanan darah tinggi. Orang-orang yang menggunakan sabu-sabu biasanya akan mengalami gejala psikis seperti paranoid, agresif, halusinasi baik pada penglihatan maupun pendengaran, gangguan mood, dan delusi.
Penyakit yang Mungkin Muncul Akibat Konsumsi Sabu-Sabu
Sabu-sabu tidak dilegalkan bukan tanpa alasan. Penggunaannya memunculkan berbagai risiko. Seseorang yang mengonsumsi sabu-sabu bisa terserang penyakit tertentu yang bisa menyebabkan kondisi kronis bahkan kematian.
Menurut Medical News Today, penggunaan sabu-sabu meningkatkan risiko penyakit jantung seperti nyeri dada, detak jantung abnormal, serta tekanan darah tinggi. Hal ini akan mengarah pada diseksi aorta akut, serangan jantung, atau kematian jantung mendadak bahkan saat pertama kali seseorang menggunakannya.
Kandungan zat berbahaya yang ada di dalam sabu-sabu juga dapat menyebabkan seseorang mengalami kerusakan gigi dan gusi. Kerusakan ini sering disebut sebagai “meth mouth” atau pembusukan gigi yang mengharuskan penderitanya mencabut giginya.
Sabu-sabu juga bisa menyebabkan efek neurologis yang tidak hilang meskipun seseorang berhenti menggunakannya. Peneliti mengatakan efek jangka panjang dari penggunaanya adalah dapat menyebabkan penyakit parkinson, yakni kondisi gangguan saraf yang memengaruhi saraf gerak.
Selain itu penggunaan sabu-sabu dengan suntikan juga dapat meningkatkan risiko terserang penyakit menular tertentu seperti HIV dan hepatitis.
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Dipna Videlia Putsanra
Penyelaras: Ibnu Azis