tirto.id - DWP 2017 atau singkatan dari Djakarta Warehouse Project bakal digelar mulai hari ini, Jumat (15/12/2017) hingga Sabtu (16/12/2017) di JI-Expo Kemayoran, Jakarta Pusat. Siapa sangka kesuksesan—sekaligus pro kontra—festival dance akbar se-Asia Tenggara ini diawali dari garasi?
Dalam satu wawancara khusus dengan Forbes, September 2015, salah satu pendiri Ismaya Grup yang menjadi penyelenggara DWP, Christian Rijanto bercerita tentang kisah bisnis hiburan mereka.
“Perusahaan mereka, Grup Ismaya, dimulai di sebuah ruang garasi sewaan yang diubah menjadi kantor di lantai dasar tempat parkir,” tulis Jesse Lawrence di Forbes.
Kisah ini mirip ketika Larry Page dan Sergey Brin membangun raksasa mesin pencari Google dari sebuah garasi pada 1998 silam. Bedanya, Cristian bersama Bram Hendrata, dan Brian Sutanto yang merintis bisnisnya sejak 2008 silam. Ketiganya menyediakan panggung yang banyak dicari para penggemar Electronic Dance Music (EDM) untuk mendapatkan "pesta sepesta-pestanya" di luar klub malam.
Kesuksesan mereka setidaknya tercatat dari jumlah penonton yang meningkat sejak tiga tahun belakangan. Pada 2014 jumlah penonton mencapai 70 ribu orang. Meningkat menjadi 75 ribu orang pada 2015. Makin melejit menjadi 90 ribu orang pada tahun lalu.
Harga Tiket DWP 2017
Tahun ini, DWP sudah memasuki penyelenggaraan ke-9. Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, DWP akan menghadirkan puluhan Disc Jockey (DJ) mancanegara maupun lokal ke Indonesia. Pada DWP 2017 untuk pertama kalinya akan menampilkan genre hip hop dengan dibawanya rapper asal Amerika Serikat, Desiigner dan rapper-rapper Asia dari kolektif 88rising yaitu Rich Chigga, Higher Brothers, Keith Ape, dan Joji.
Nama-nama ini "ramah" di lini masa media sosial para generasi milenial. Rich Chigga misalnya, rapper berusia 19 tahun ini punya follower 1,06 juta di Twitter dan 1,3 juta pengikut di Instagram. Kehadiran Rich Chigga yang dijadwalkan manggung pada Sabtu malam Minggu nanti akan menjadi magnit bagi para penggemarnya di Indonesia yang masih suka "dugem" untuk datang ke pesta DWP 2017—berbeda halnya dengan generasi milenial AS yang ogah-ogahan ke kelab malam.
Padahal untuk ikut nge-dance di DWP butuh setidaknya Rp800 ribu di kantong. Laman resmiwww.djakartawarehouse.com menyebutkan harga tiket DWP 2017 untuk kategori General Admission, tiket early entry 1 dijual seharga Rp800 ribu. Pembeli tiket ini, diharuskan masuk ke area acara sebelum pukul 07.00 malam.
Untuk kategori sama, terdapat pula Presale 1 seharga Rp860 ribu rupiah dan Presale 2 seharga Rp920 ribu. Harga tersebut adalah harga untuk tiket masuk selama 2 hari. Sementara itu, untuk tiket VIP Gold dijual dengan harga Rp1,2 juta dan VIP Gold 2 hari dijual dengan harga Rp2 juta.
Wajar saja ketika Assistant Brand Manager Ismaya Live Sarah Deshita mengklaim DWP 2017 bisa menghasilkan miliaran rupiah. “Turis asing akan tinggal sepekan di Indonesia menghabiskan uang minimal Rp10 juta per orang. Dengan begitu, devisa yang bakal dihimpun dari acara ini mencapai Rp350 miliar,” kata Sarah Deshita.
Penggunaan Narkoba di DWP 2017
Tapi tidak semuanya suka terhadap DWP. Organisasi masyarakat Bang Japar (Kebangkitan Jawara dan Pengacara) berencana akan membubarkan acara ini karena dinilai amoral.
Komando Ban Japar Kecamatan Kemayoran, Suhadi ketika dikonfirmasi Tirto, Jumat (14/12) mengaku sudah menyiapkan 50-100 orang terdiri dari gabungan dari berbagai organisasi masyarakat seperti Muslim Kemayoran Bersatu, Front Pembela Islam (FPI), Majelis Taklim Kemayoran, Garda Forum Betawi Rempug, dan Ikatan Besar Keluarga Madura Ketapang untuk membubarkan Festival dance music terbesar di Asia Tenggara itu.
“Masyarakat enggak banyak, tapi kami hanya cari yang berani. Karena kami target masuk ke dalam bikin 'ramai',” ujar Suhadi.
Suhadi menginginkan "Gubernur DKI Jakarta yang beragama Islam harus bisa menghentikan atau mencabut izin DWP". Ia juga menduga ada penggunaan narkoba dalam acara tersebut. “Gimana ini dengan kekuatan yang di luar dengan jumlah massa yang lebih banyak, 90 ribu lebih, enggak pakai narkoba. Mungkin enggak?” tandas dia.
Namun, tuduhan itu dibantah Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya, Kombes Pol Argo Yuwono. Argo mengaku polisi belum menemukan bukti ada kegiatan prostitusi apalagi narkoba di acara DWP.
"Kan sudah beberapa kali setiap tahun berjalan toh. Kami belum temukan indikasi itu," kata Argo di Polda Metro Jaya, Jumat (15/12).
Argo juga berdalih, pihaknya tidak mungkin melakukan tes urine kepada penonton DWP yang hadir sebagaimana dituntut para pendemo. "Kami enggak ada anggaran itu kalau satu-satu orang dites urine," ujar Argo seraya mewanti-wanti ormas untuk tidak sembarangan melakukan sweeping di acara DWP.
Penyelenggara DWP 2017 menerapkan sederet peraturan, termasuk melarang perbuatan tak senonoh, mengganggu penonton lain, membawa obat-obatan terlarang, senjata tajam. "Kami akan ketat dalam menyita barang-barang yang tidak diizinkan berada di dalam festival," sebut penyelenggara di akun Twitter resmi mereka.
Penyelenggara juga melarang penonton untuk membawa minuman dan mobil sendiri ke lokasi DWP. "Ngga perlu bingung, pulang dan pergi ke #DWP17 naik GO-CAR aja! Gak perlu ribet cari parkir ataupun nyetir, kamu tetap bisa #GOCHILL dengan @gojekindonesia!" tulis penyelenggara di Twitter.