Menuju konten utama
Kasus Antraks di Gunungkidul

DPR: Perlu Peningkatan Ekonomi dan Edukasi untuk Atasi Antraks

Tradisi mbrandu dengan mengonsumsi ternak mati atau sakit dinilai sebagai wujud dari ketimpangan ekonomi serta edukasi masyarakat.

DPR: Perlu Peningkatan Ekonomi dan Edukasi untuk Atasi Antraks
Tim Reaksi Cepat BPBD Gunungkidul melakukan penyemprotan dekontaminasi bakteri antraks di Padukuhan Jati, Candirejo, Semanu, Gunungkidul, DI Yogyakarta, Jumat (7/7/2023). ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/foc.

tirto.id - Anggota Komisi IX DPR RI Edy Wuryanto menilai penanganan antraks di Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), tidak bisa hanya dilihat dari sisi kesehatan.

Legislator Fraksi PDI-Perjuangan dari Dapil Jawa Tengah III ini menyarankan pemberantasan antraks dibarengi dengan peningkatan ekonomi dan edukasi terhadap warga.

“Sosialisasi dan yang terpenting adalah terjun ke lapangan lebih sering. Tidak hanya saat kasus ini ada lantas jadi heboh dan nanti hilang,” kata Edy dalam keterangan tertulis, Senin (10/7/2023).

Edy berpendapat jaring pengaman sosial, salah satunya BPJS Kesehatan, dapat dimasifkan agar masyarakat tidak jatuh ke jurang kemiskinan.

Hal ini disampaikan Edy merespons kasus antraks pada manusia di Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), yang dipicu akibat mengonsumsi ternak mati. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan tiga orang meninggal dan puluhan warga berstatus seropositif antraks.

Menurut Edy, praktik tersebut sesuai dengan tradisi di wilayah Gunungkidul yang bernama mbrandu. Edy menyebut tradisi tersebut masih lestari dan merupakan wujud dari ketimpangan ekonomi serta edukasi masyarakat.

“Jika masyarakatnya mampu dan mengetahui bahwa antraks itu berbahaya, pasti tidak ada tradisi itu sampai sekarang. Mereka akan milih makan daging dari pasar atau tempat pemotongan hewan yang lebih sehat,” katanya.

Edy mencatat kejadian antraks di Gunungkidul bukan pertama kali terjadi. Tahun 2019, kejadian serupa juga muncul di daerah tersebut.

“Namun seharusnya dari kasus yang muncul, ada sesuatu yang dipetik. Misalnya bagaimana perawatan bangkai hewan yang mati karena antraks,” tutur Edy.

Namun penanganan dari sisi kesehatan juga sangat diperlukan. Menurut Edy, aksi ini memerlukan kerja sama antara Kemenkes dan Kementerian Pertanian (Kementan).

“Tidak boleh ada ego sektoral. Harus ditangani bareng,” ujar Edy.

Baca juga artikel terkait ANTRAKS DI GUNUNGKIDUL atau tulisan lainnya dari Mochammad Fajar Nur

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Mochammad Fajar Nur
Penulis: Mochammad Fajar Nur
Editor: Gilang Ramadhan