Menuju konten utama

Dompet Dhuafa: Ambulans Rusak & Petugas Menjadi Korban Aksi 22 Mei

Sejumlah petugas medis Dompet Dhuafa menjadi korban aksi Mei 22 di Jalan Sabang, Jakarta Pusat, Rabu (22/5/2019) malam.

Dompet Dhuafa: Ambulans Rusak & Petugas Menjadi Korban Aksi 22 Mei
Personel kepolisian menembakkan gas air mata ketika terjadi kericuhan di depan gedung Bawaslu, Jakarta, Rabu (22/5/2019). ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/wsj.

tirto.id - Mobil ambulans Dompet Dhuafa mengalami kerusakan dan petugas medisnya terluka diduga dilakukan oleh aparat di Jalan Sabang, Jakarta Pusat, salah satu lokasi aksi massa 22 Mei, Rabu (22/5/2019).

Direktur DMC Dompet Dhuafa Beni menjelaskan Dompet Dhuafa menerjunkan tim terdiri atas 4 dokter dan 13 petugas medis pada Rabu (22/5/2019).

Tim ini membawa serta 6 kendaraan dinas, antara lain empat ambulans, satu SUV untuk mengangkut tim, dan satu mobil jenis double cabin untuk mengangkut logistik.

Semua kru yang bertugas hari itu mengenakan seragam resmi dan dilengkapi surat tugas Dompet Dhuafa.

"Pasca keadaan memanas, tim kami tarik mundur ke Gereja Theresia. Di depan Gereja Theresia, kami buka posko baru untuk melayani pasien," ujar Beni kepada wartawan di Gedung Dompet Dhuafa, Jalan Warung Jati Barat Nomor 14, Jakarta Selatan, Kamis (23/5/2019).

Sekitar pukul 23.50 WIB, Rabu (22/5/2019), Beni dan timnya memutuskan untuk pulang. Ambulans jalan terlebih dahulu, mengangkut beberapa kru Dompet Dhuafa.

Kendaraan mereka lainnya belum sempat bergerak saat aparat kepolisian merangsek ke arah mereka.

Sekitar 8 kru Dompet Dhuafa lari mencari tempat perlindungan. Tiga perempuan di antaranya berlindung di Gereja Theresia dan keluar Kamis (23/5/2019) pukul 08.00 WIB pagi.

"Dua orang yang di Gereja Theresia itu trauma sampai sekarang. Belum mau turun ke lapangan lagi," kata Beni.

Sementara itu, beberapa kru Dompet Dhuafa memutuskan untuk tetap berada di kendaraan itu. Menurut mereka, aparat tidak akan menyerang kendaraan lembaga kemanusiaan.

Namun, seorang aparat tiba-tiba mengambil kunci mobil SUV. Tapi, aparat lainnya menyuruh mereka menjalankan kendaraan itu.

"Kunci diambil, tapi disuruh jalan juga. Jadi ini memang instruksinya tidak jelas," ujar Beni.

Tidak lama kemudian, aparat meminta kru Dompet Dhuafa yang berada di dalam kendaraan itu turun.

Dian, salah satu tim Dompet Dhuafa, menjelaskan seorang petugas medisnya sempat ditarik aparat dan kakinya terperosok ke ban serep di bawah mobil.

Sejumlah polisi berusaha melindunginya, tetapi beberapa polisi lain memukul dan menendangnya.

Dari pendataan, satu orang anggota tim Dompet Dhuafa mengalami luka di kepala karena dipukul dengan pentungan kayu. Satu anggota lagi, mengalami luka lebam di sekitar rusuk.

Direktur Utama Dompet Dhuafa, Imam Rulyawan mengatakan, timnya sudah menjaga objektivitas saat berada di lapangan dengan mengenakan seragam dinas, mengendarai mobil dinas, dan membawa surat tugas.

Imam juga tidak memungkiri kemungkinan aparat kepolosisian dalam kondisi lelah.

"Kami masuk melewati barisan kepolisian. Jadi kami menggunakan jalan-jalan yg legal," sebut Imam.

Imam juga mengatakan saat ini masih menghitung kerugian akibat peristiwa tersebut. Ia belum berencana membawa kasus ini ke ranah hukum.

Baca juga artikel terkait AKSI 22 MEI atau tulisan lainnya dari Husein Abdulsalam

tirto.id - Hukum
Reporter: Husein Abdulsalam
Penulis: Husein Abdulsalam
Editor: Zakki Amali