tirto.id - Susu kental manis berpotensi membawa dampak tidak baik bagi kesehatan anak. Dokter spesialis gizi RS Medistra dr Cindiawaty Josito Pudjiadi MARS, MS, SpGK mengatakan konsumsi susu kental manis secara berlebihan bisa membuat anak mengalami kegemukan.
Selain itu, menurut dia, susu kental manis umumnya tidak mengandung kalsium dan protein yang cukup untuk memenuhi kebutuhan anak.
Cindiawaty menjelaskan kandungan kalori dan gula tinggi dalam susu kental manis. Sementara anak-anak, lebih memerlukan kalsium dan protein ketimbangan dua unsur gizi tersebut.
"Bila makanan atau minuman yang dikonsumsi cenderung tinggi kandungan gulanya, resiko kegemukan akan menjadi meningkat saat total asupannya berlebihan," kata Cindiawaty kepada Tirto, Jumat (22/9/2017).
Dalam susu kental manis, empat sendok makan susu kental manis untuk menjadi 1 gelas, mengandung 130 kalori, 3.5 gram lemak, 3 gram protein, gula 21 gram, kalsium 15% serta vitamin dan mineral.
Padahal, kandungan susu lain dalam satu gelas hanya mengandung 150 kalori, 2.5 gr lemak, 8 gram protein, gula 10 gram, dan kalsium 40%.
Dari data tersebut, kandungan gizi susu kental manis jauh lebih banyak gulanya dengan protein yang lebih rendah. Di sisi lain, kandungan kalsium susu kental manis hanya memenuhi 15% kebutuhan akan kalsium pada anak-anak.
Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), Tulus Abadi, menyampaikan bahwa label Susu Kental Manis (SKM) harus berisi informasi soal persentase kandungan gula. Menurut Tulus, hal ini diperlukan untuk menghindari penyesatan informasi kepada konsumen.
Tulus menjelaskan SKM bisa menyesatkan konsumen bila memberikan kata kunci sebagai susu, tapi ternyata berisi gula. “Itu menyesatkan konsumen karena itu akhirnya dikonsumsi konsumen itu gula bukan susu,” kata dia saat ditemui Tirto di kantor YLKI kawasan Duren Tiga, Jakarta Selatan, Jumat (22/9/2017).
Dia mendesak Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memperbaiki terminologi SKM. Menurut Tulus, istilah SKM boleh digunakan bila memang isi kemasan mayoritas adalah susu dan bukan gula.
“Kalau labelnya tidak sama bisa saja penipuan. Jadi labelnya menyatakan berapa persen? [Jika] ternyata kalau diteliti [ada] 70 persen [kandungan gula], tapi label tidak mengatakan seperti itu, [berarti] ya penipuan. Tapi pada dasarnya makanan yang tinggi gula itu tidak sehat apalagi untuk anak-anak, intinya itu,” terang Tulus.
Tulus juga menyoroti iklan SKM yang menampilkan anak-anak dalam visualisasinya. Bila produk tinggi gula yang tidak baik dikonsumsi anak-anak menampilkan anak-anak, hal itu bisa dikatakan melanggar etika pariwara/periklanan Indonesia.
“Itu harus diganti, nanti kita akan bikin protes kalau ternyata isinya seperti itu [tinggi gula], di sisi lain anak [ditampilkan] sebagai objek iklan,” ujar dia.
Tirto sudah menghubungi dua produsen SKM yang banyak beredar di pasaran, Indomilk dan Frisian Flag, melalui nomor customer service (CS) mereka. Hanya petugas SC Indomilk yang menjawab panggilan.
Jawabannya, "Maaf, dari pihak perusahaan, untuk saat ini kami masih dalam pendalaman dan belum bisa melakukan wawancara. Jadi, untuk pertanyaan Anda tadi belum bisa kami jawab."
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Addi M Idhom