Menuju konten utama

Diretas Hacker, Data Wisatawan Amerika Serikat Terancam

Badan federal "penjaga gerbang masuk" Amerika Serikat mengklaim tak satu pun foto pelancong AS tersebar di internet termasuk di dark web.

Diretas Hacker, Data Wisatawan Amerika Serikat Terancam
ilustrasi kejahatan cyber crime.foto/shutterstock

tirto.id - Pemerintah AS melalui Customs and Border Protection (CBP) mengatakan bahwa foto para wisatawan dan plat nomor kendaraan yang masuk dan keluar Amerika Serikat telah dicuri saat terjadi serangan siber di salah satu subkontraktornya pada Mei 2019.

Badan federal "penjaga gerbang masuk" Amerika Serikat tersebut mengatakan bahwa subkontraktor yang tak disebutkan namannya itu berbasis di Tennessee, sebagaimana diwartakan Associated Press, Selasa (11/6/2019).

Seorang juru bicara CBP mengatakan sebanyak 100.000 foto para pelancong dicuri yang berkendara saat lalu-lalang di pintu masuk perbatasan darat Amerika Serikat selama satu setengah bulan.

"Informasi awal menunjukkan bahwa subkontraktor melanggar protokol keamanan dan privasi seperti diuraikan dalam kontrak mereka," kata CBP dalam sebuah pernyataan.

Mengenai pembaca plat nomor, digunakan untuk mendeteksi, mengidentifikasi, menangkap, dan mengamankan individu yang memasuki Amerka Serikat secara ilegal, berdasarkan dokumen privasi Department of Homeland Security (DHS), Desember 2017. Plat nomor ini direkam dan diperiksa secara real time terhadap basis data DHS yang dapat diakses oleh 13 lembaga federal.

CBP mengklaim, tidak ada satu pun foto yang tersebar di internet termasuk di situs web gelap (dark web). CBP juga mengaku telah menghapus layanannya dari seluruh peralatan subkontraktor dan mengawasi pekerjaannya, sebagaimana diwartakan CNET. CBP juga tak terdampak atas serangan siber ini.

Ketua Komite House Homeland Security Committee Bennie Thompson perwakilan Mississippi mengatakan bahwa ini adalah pelanggaran privasi kedua di DHS sepanjang 2019.

Pada bulan Maret, Inspektur Jenderal DHS mengumumkan bahwa subdivisinya yang lain, Federal Emergency Management Agency, telah keliru memberikan informasi pribadi kepada 2,3 juta orang selamat dari angin topan dan kebakaran hutan yang terjadi pada 2017. Insiden ini berpotensi mengekspos mereka dan berisiko atas penipuan dan pencurian identitas.

Thompson mengatakan dia akan menggelar dengar pendapat pada bulan depan tentang penggunaan sistem informasi biometrik yang bisa jadi alasan bgi kongres untuk menyelidiki praktik data CBP.

"Kita harus memastikan bahwa kita tidak memperluas penggunaan biometrik dengan mengorbankan privasi publik Amerika," katanya dalam sebuah pernyataan.

Sementara itu, media Inggris, The Register, melaporkan bahwa serangan siber pada Mei lalu meretas Perceptics, perusahaan yang berbasis di Farragut, Tennessee.

Menurut Associated Press, Perceptics sebagai penyedia tunggal pembaca plat nomor untuk jalur inspeksi kendaraan perbatasan darat di Amerika Serikat, Kanada, dan di jalur paling berisiko, Meksiko.

Perceptics telah mengamankan ribuan pos pemeriksaan perbatasan dan mengotomatisasi lebih dari 200 ratus juta inspeksi kendaraan setiap tahun. Teknologi Perceptics juga digunakan dalam pengumpulan tol elektronik dan pemantauan jalan.

Juru bicara Perceptics tidak memberikan tanggapannya saat dimintai komentar Associated Press atas masalah ini.

Baca juga artikel terkait PERETASAN atau tulisan lainnya dari Ibnu Azis

tirto.id - Teknologi
Penulis: Ibnu Azis
Editor: Agung DH