tirto.id - Dinas Kesehatan Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), mengklarifikasi informasi soal jumlah warga yang meninggal dunia akibat antraks di wilayah Candirejo.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kabupaten Gunungkidul, Sidiq Hery Sukoco mengatakan berdasarkan data Kementerian Kesehatan, jumlah warga yang terkonfirmasi meninggal akibat antraks sebanyak tiga orang.
"Namun setelah kami telusuri dan menggali informasi dari masyarakat di Semanu, hanya ada satu orang yang meninggal akibat antraks," kata Hery dikutip dari Antara, Kamis (6/7/2023).
Hery mengatakan satu orang yang meninggal tersebut dipastikan positif antraks. Hal ini berdasarkan pemeriksaan antraks dari laboratorium RSUP dr Sardjito.
Sedangkan dua orang lainnya diinformasikan ikut mengonsumsi daging sapi yang terindikasi antraks. Namun keduaya tidak menjalani pemeriksaan antraks dari laboratorium.
"Satu yang meninggal karena antraks ini berasal dari Pedukuhan Jati, Kalurahan Candirejo. Yang bersangkutan dirawat di RSUP dr. Sardjito pada 1 Juni dan meninggal dunia 3 hari setelahnya," katanya.
Setelah ada yang meninggal, Dinkes Gunungkidul menerjunkan tim untuk penelusuran ke seluruh warga di Jati. Hasilnya sebanyak 87 warga Jati berstatus seropositif antraks.
Seropositif ini artinya warga tersebut pernah terpapar antraks, tapi gejala klinisnya tidak terlihat. Mereka berpeluang untuk sembuh karena di dalam tubuhnya sudah terbentuk antibodi.
"87 warga ini tidak bergejala, sudah kami berikan pengobatan juga," kata Hery.
Wakil Bupati Gunungkidul Heri Susanto juga memastikan hanya satu warga yang positif antraks meninggal dunia. Sementara dua yang lainnya meninggal tidak diperiksa terkait antraks.
"Jumlah warga yang meninggal satu yang betul-betul kena antraks," katanya.
Dia mengatakan laporan pertama yang masuk mengenai matinya sapi pada 2 Juni 2023. Lalu penelusuran dilakukan oleh Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan serta Dinas Kesehatan Gunungkidul.
Editor: Gilang Ramadhan