tirto.id - Korea Utara terus mengekspor senjata yang sebagian besar dikirimkan ke Iran dan Suriah, meskipun telah dikenakan serangkaian sanksi dari Dewan Keamanan PBB. Berita ini muncul di tengah pelanggaran terus menerus yang dilakukan Pyongyang dalam program senjata nuklir.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), Kim Jong-un terus melanggar sanksi PBB dan tetap mengekspor senjata berukuran kecil dan teknologi senjata tradisional untuk enam atau tujuh negara.
Terlepas dari Iran dan Suriah yang diyakini sebagai importir senjata dari Pyongyang, kelompok Palestina Hamas dan Palestinian Return Centre yang berbasis di Inggris cenderung membeli rudal anti-tank. Peter Wezeman, peneliti SIPRI mengatakan senjata tersebut dikirimkan melalui Sudan atau Mesir.
Rusia, Cina, Korea Selatan dan Jepang telah menyuarakan ketidaksetujuan mereka terhadap kemajuan nuklir Korea Utara dan menyerukan akan menindak tegas terhadap hal itu.
Meskipun akhirnya menerima sanksi berat dari PBB, Korea Utara terus menimbulkan ketegangan dengan Barat dan tetangga Selatan dengan peluncuran rudal dan usaha untuk meningkatkan program nuklir miliknya. Uji jarak menengah rudal balistik terbaru yang dilakukan Pyongyang menimbulkan kekhawatiran atas kemampuan nuklir negara tersebut.
Awal bulan ini, Korea Utara mengatakan bahwa rudal Pukguksong 2 (tes rudal pertama sejak Presiden AS Donald Trump menjabat) mampu membawa hulu ledak nuklir.
Sementara itu, Trump belum mengeluarkan tanggapan untuk melawan ancaman Pyongyang. Ia bersumpah untuk “menangani” Korea Utara dan menyebutnya “masalah besar”.
Tahun lalu, Pyongyang telah melakukan dua uji coba nuklir dan meluncurkan 24 rudal balistik dan roket jarak jauh yang menyebabkan diturunkannya sanksi berat untuk Korea Utara, demikian seperti yang dilansir dari International Business Times.
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari