Menuju konten utama

Di Segala Aspek, Sepakbola Thailand Jauh di Atas Indonesia

Indonesia kalah 2-4 dari Thailand di laga pembuka AFF 2016. Kini berjumpa di partai final Piala AFF 2016. Sejujurnya, Thailand jauh lebih baik dalam segala hal.

Di Segala Aspek, Sepakbola Thailand Jauh di Atas Indonesia
Pesepak bola Indonesia Lerby Eliandy (kedua kanan) berusaha melewati sejumlah pesepak bola Thailand pada putaran final Grup A AFF Suzuki 2016 di Philippinne Sport Stadium, Bocaue, Bulacan, Filipina, Sabtu (19/11). Timnas Indonesia kalah 2-4 atas Thailand. ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/foc/16.

tirto.id - Pada 2014, tim nasional U-23 Thailand bisa lolos hingga semifinal Asian Games 2014 di Incheon, Korea Selatan. Sayangnya prestasi ini tidak bisa diulang pada AFC Cup U-23 di Qatar pada Januari lalu. Meski begitu lolos ke AFC Cup U-23 sudah cukup lumayan jika dibandingkan timnas Indonesia yang selalu kepayahan di fase kualifikasi.

Prestasi U-19 timnas Thailand juga selalu konstan. Di ajang AFF Cup U-19, Thailand hanya sekali terhenti gagal masuk semifinal, tepatnya pada 2013. Sisanya, Thailand selalu juara, jadi runner-up atau peringkat tiga. Prestasi Evan Dimas dkk., saat menjadi juara AFF Cup 2013 bagi Thailand adalah hal remeh saja.

Di saat kita begitu bangga dan berbunga-bunga karena timnas U-19 masuk Piala Asia U-20 pada 2014 lalu, Thailand sudah biasa keluar masuk turnamen itu. Sejak 1992, timnas U-20 Thailand tidak pernah absen ikut turnamen itu. Pada 2014, saat Indonesia jadi bulan-bulanan di fase grup, Thailand malah lolos hingga perempatfinal.

Lihat juga level tim nasional di bawahnya lagi, yaitu tim nasional U-16. Thailand pun begitu dominan di Asia Tenggara dan selalu bermain di kejuaraan Asia untuk level usia itu.

Tak hanya sepakbola laki-laki, bahkan prestasi sepakbola putri Thailand pun masih jauh di atas Indonesia. Timnas putri Thailand bahkan sudah bukan lagi ada di level Asia Tenggara, melainkan sudah diperhitungkan di level Asia dan dunia.

Di kancah Asia, dari 18 penyelenggaraan AFC Cup, timnas putri Thailand hanya absen tiga kali. Pada dekade 1970-80an, timnas putri Thailand bahkan menjadi Raja Asia. Bagaimana tidak, dari enam gelaran kejuaraan AFC Cup untuk putri, secara beruntun Thailand meraih satu gelar juara, tiga gelar runner up dan satu peringkat tiga.

Pada dekade 90-an dan 2000-an, prestasi itu cenderung melempem. Namun mereka berhasil bangkit lagi pada 2014 lalu dan menjadi semifinalis AFC Cup. Puncaknya, berkat keberhasilan menembus semifinal itu, timnas putri Thailand pun bermain di Piala Dunia 2015 yang digelar di Kanada. Ini menjadi prestasi tertinggi dalam sepakbola di Thailand: masuk Piala Dunia.

Dalam konteks futsal pun Thailand melesat jauh meninggalkan negara-negara Asia Tenggara lainnya. Di AFF Cup mereka adalah langganan juara. Di tingkat Asia, mereka selalu masuk empat besar. Pada 2008 dan 2012, Thailand bahkan menjadi runner-up Kejuaraan Asial Futsal yang diselenggaran AFC.

Prestasi di Asia membuat Thailand selalu mewakili benua kuning ini di Piala Dunia Futsal. Mereka tak pernah absen ikut Piala Dunia Futsal sejak 2000 silam. Pada dua kejuaraan terakhir, edisi 2012 dan 2016, Thailand bahkan bisa lolos hingga babak 16 besar Piala Dunia Futsal.

Langkah Gajah Putih Menuju Piala Dunia

Dari pemaparan prestasi sepakbola Thailand pada beberapa kelompok umur dan gender di atas, ada sebuah konklusi yang cukup menarik: Thailand mencatatkan banyak prestasi hebat dalam kurun waktu empat tahun terakhir, baik itu di level Asia Tenggara ataupun di kancah yang lebih tinggi.

Prestasi-prestasi dalam empat tahun terakhir adalah: semifinalis Asian Games 2014, lolos ke Piala Dunia Putri 2014, perempatfinal Piala Asia U-20 2014, lolos ke babak 16 besar Piala Dunia Futsal 2012 dan 2016.

Dalam lingkup klub pun sama. Pada 2013, Buriram United tampil baik dan lolos ke perempatfinal Liga Champions Asia. Sedangkan Chonburi FC juga lolos ke semifinal AFC Cup pada 2012. Itu menjadi dua pencapaian yang tidak pernah dilakukan klub ASEAN lain dalam satu dekade terakhir.

Sialnya prestasi mereka di timnas senior (putra) memang masih agak keteteran. Di kancah Asia Tenggara mereka memang digdaya. Namun di Asia, Thailand hanya bisa sebatas memberikan perlawanan sengit alias jadi kuda hitam bukan jadi unggulan.

Thailand memang menjadi satu-satunya wakil Asia Tenggara di babak 2 kualifikasi Piala Dunia 2018. Namun saat harus bersaing dengan negara kuat macam Jepang, Australia, Korea Selatan, Irak, Arab Saudi dan Qatar, mereka masih kepayahan.

Itulah yang membuat Thailand tidak pernah merasa puas. Di atas langit masih ada langit. Prestasi tertinggi bermimpi di Piala Dunia Putri dan Piala Dunia Futsal telah mereka capai. Target baru yang lebih sulit dan persaingan sengit telah dicanangkan yakni masuk Piala Dunia.

Empat bulan sebelum dimulainya AFF Cup, Thailand telah membeberkan rencana panjang untuk lolos ke Piala Dunia 2026. Itu artinya ada persiapan selama 10 tahun untuk merealisasikan mimpi itu. Salah satu gagasan yang dilakukan adalah dengan membangun sistem pembinaan jangka panjang.

Mulai Agustus mereka telah memulai menjalankan rencana besarnya. Asosiasi Sepakbola Thailand (FAT) secara serempak menggelar kompetisi di tingkat U-10 dan U-13 yang diintegrasikan dengan U-15, U-17 dan U-19 yang sudah dijalankan sejak dulu.

Semua elemen terlibat dalam program ini, mulai kementerian olahraga, kementerian pendidikan, pemerintah lokal, pengelola liga dan klub-klub profesional.

"Pada proyek nasional ini akan ada lebih dari 300 tim yang berpartisipasi, termasuk tim muda dari klub Thai Premier league. Ini akan memudahkan tim teknis memiliki lebih banyak pemain yang berpotensi di masa depan,” ucap Benjamin Tan, CEO Thailand Premier League, yang ikut terlibat dalam program ini, kepada ESPN.

Tan mengakui bahwa proyek ambisius ini akan mengalami beberapa hambatan sepanjang jalan. "Anggaran tim bisa menjadi masalah, sehingga mereka mungkin memerlukan beberapa dukungan keuangan untuk membantu mereka memenuhi biaya transportasi dan logistik,” kata Tan. Meski begitu, dia optimis hambatan ini bisa teratasi karena keterlibatan lintas instansi dan upaya FAT untuk menjadikan kompetisi pembibitan ini sebagai ajang industri.

Tidak hanya mencari bibit pemain, program menuju Piala Dunia 2026 itu diselaraskan dengan program membentuk banyak pelatih-pelatih muda berkualitas. Di Thailand jumlah pelatih berlisensi AFC mencapai 50 persen dari seluruh pelatih berlisensi di Asia Tenggara.

"Ini adalah tantangan bagi banyak pelatih muda berkualitas untuk mengidentifikasi bakat dan mengikuti filosofi sepakbola nasional yang telah ditetapkan oleh federasi.”

Saat bertemu dengan pemilik Buriram United, Newin Chidchob pada Agustus 2015 lalu, saya sempat berbincang banyak dengannya terkait pembinaan sepakbola di Thailand. Dia menuturkan penyebab kesuksesan timnas Thailand (dari berbagai kelompok umur) dalam kurun 2013-2015, tidak lepas dari sistem pengelolaan Liga dan kesadaran klub Thailand terhadap pembinaan.

Sejak 2009, memang terjadi revolusi besar-besaran dalam pengelolaan klub dan liga di Thailand. Kala itu AFC mensyaratkan agar bisa bertanding di AFC Champions League, klub mesti lepas dari instansi pemerintah dan berdiri secara independen. Hal ini sebenarnya juga sama di Indonesia, saat klub melepaskan diri dari embel-embel perserikatan dan menyusu kepada APBD. Hanya saja jika transformasi di Indonesia cenderung semerawut dan gagal, di Thailand malah sebaliknya.

Baca juga artikel terkait PIALA AFF 2016 atau tulisan lainnya dari Aqwam Fiazmi Hanifan

tirto.id - Olahraga
Reporter: Aqwam Fiazmi Hanifan
Penulis: Aqwam Fiazmi Hanifan
Editor: Zen RS