tirto.id - Pada Minggu (6/12/2020) sekitar pukul 22.30, pentolan Front Pembela Islam (FPI) Rizieq Shihab meninggalkan rumah anaknya yang terletak di Sentul, Bogor, Jawa Barat, menuju ke tempat pengajian keluarga. Ia memang beristirahat di daerah selatan Jakarta ini setidaknya sejak awal Desember, setelah meninggalkan RS UMMI Bogor secara kontroversial.
Entah di mana lokasi pengajian. Yang jelas, acara itu adalah acara internal khusus keluarga inti.
Meski datang ke acara keluarga, dia tidak berangkat sendiri atau bersama keluarga saja. Rizieq, bersama istri, anak, menantu, dua bayi, dan tiga balita dijaga anggota Laskar FPI dalam perjalanan. Rizieq dan keluarga menaiki empat mobil, para pengawalnya pun menumpangi empat mobil.
Rombongan ini ternyata diikuti oleh apa yang Sekretaris Umum FPI Munarman sebut sebagai “orang-orang tidak berseragam” sejak keluar dari Sentul. Kepada reporter Tirto, Senin (7/12/2020), dia bilang kelompok tak dikenal ini “berusaha memotong rombongan dan menyetop kendaraan”.
Peristiwa ini terjadi di Tol Jakarta- Cikampek Kilometer 50, di dekat pintu Tol Karawang Timur, sekira pukul 00.30.
Ketika itulah para pengawal Rizieq “bereaksi untuk melindungi”. “Itu reaksi normal karena memang bertugas untuk mengawal,” katanya.
Munarman bilang yang berupaya menghalau laju “orang-orang tidak berseragam” sebanyak dua mobil. Sementara dua mobil lain yang tak menghalau melaju terus mengawal Rizieq ke tempat tujuan, meninggalkan dua mobil pengawal lain.
Satu dari dua mobil yang tinggal di belakang menyelamatkan diri setelah terdengar bunyi tembakan. Orang-orang di mobil ini masih dapat dikontak, berbeda dengan satu mobil terakhir yang diisi enam orang. Masih dalam rilis, FPI menyebut mereka “masih hilang diculik oleh para preman OTK”. Mereka pun meminta masyarakat mendoakan yang diculik “agar diberi keselamatan”.
Sayangnya mereka tak selamat. Siang hari, sekitar pukul 12.50, Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Fadil Imran menggelar konferensi pers yang menginformasikan kabar mengejutkan: bahwa enam orang ini tewas. Mereka bernama Faiz, Ambon, Andi, Reza, Lutfi, dan Khadafi.
Meski sebelum konferensi pers FPI bilang pelaku penyerangan adalah “orang tidak berseragam”, polisi justru bilang merekalah yang mengejar. Mereka juga yang mengeluarkan tembakan--dan membuat orang mati--karena mendapatkan perlawanan.
“Ketika anggota Polda Metro Jaya mengikuti kendaraan yang diduga berisi pengikut Rizieq, kendaraan milik petugas dipepet. Kemudian [polisi] diserang menggunakan senjata api dan senjata tajam,” kata Fadil. Dia bilang pelaku sebanyak 10, empat di antaranya kabur.
Penguntitan ini sendiri, menurutnya, berawal dari informasi akan ada pengerahan massa untuk mengawal pemeriksaan Rizieq dalam kasus akad nikah anaknya yang menyebabkan kerumunan/pelanggaran protokol kesehatan. Menurutnya, para pengawal Rizieq menghalangi penyidikan.
Versi polisi, di Kilometer 47 atau 45 menit dari Sentul, satu mobil polisi dipepet, diserempet, dan dihentikan oleh dua mobil rombongan Rizieq. Polisi merespons dengan menembak ban salah satu mobil hingga pecah. Dari mobil itu keluar empat orang yang masing-masing membawa satu samurai, satu pedang, satu celurit, dan satu senapan rakitan.
Karena terdesak, polisi melepaskan tembakan peringatan. Lantaran terduga penyerang masa bodoh dan salah satu dari mereka menodongkan senjata, maka polisi membedilnya. Dua terduga penyerang lain turun dari mobil, salah satu dari mereka membawa senjata. Dua polisi juga turun dari mobil dan bertindak serupa.
Polisi menyita 1 pucuk senpi rakitan dan 3 amunisi ukuran 9 milimeter; 1 pucuk senpi rakitan dan 14 amunisi ukuran 9 milimeter, 1 pedang ukuran 1 meter; 1 samurai ukuran satu meter; 1 celurit ukuran 60 sentimeter; 1 tongkat kayu berujung runcing ukuran 50 sentimeter; 1 ketapel beserta 10 kelereng; dan 1 unit mobil Chevrolet Spin berwarna abu-abu.
FPI Bantah Polisi
Munarman membantah keterangan ini. Menurutnya, anggota FPI bahkan tak diperbolehkan memiliki senjata tajam, apalagi senjata api, sebab mereka terbiasa dengan tangan kosong. Dengan kata lain, menurutnya omongan kepolisian adalah pemutarbalikan fakta. “Kalau betul [klaim polisi], coba itu dicek nomor register senjata apinya, [pun] pelurunya itu tercatat. Cek saja, pasti bukan punya kami. Karena kami tidak punya akses terhadap senjata api,” imbuh dia.
Dia juga membantah klaim polisi bahwa ada tembak menembak di jalan tol dan berujung kematian dengan mengatakan tak ada jenazah, mobil FPI, bahkan keramaian. Ini diketahui setelah dia mengecek langsung ke lokasi hingga pukul 3 pagi. Tentu aneh peristiwa segenting itu tak meninggalkan jejak apa-apa.
Dia bilang awalnya FPI mengumumkan status enam orang ini hilang karena salah satu dari mereka sempat mengirimkan pesan suara rintihan, tapi setelah itu tak lagi dapat dihubungi. FPI juga tak menemukan keenamnya di rumah sakit dan kantor polisi terdekat.
“Itu artinya apa? Itu artinya laskar kami dibawa ke satu tempat dan dibantai di tempat lain,” katanya. “Dalam bahasa Hak Asasi Manusia itu disebut extra judicial killing.”
Menanggapi kasus ini, anggota Komisi III DPR Habiburokhman mengusulkan agar dibentuk tim investigasi independen yang harus melibatkan Komnas HAM dan tidak ada intervensi dari pihak mana pun. “Agar tidak ada penghakiman dini kepada siapa pun selama investigasi berjalan, baik kepada kepolisian maupun kepada habib Rizieq dan FPI serta pengikutnya,” katanya.
Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras), LSM yang bergerak di bidang HAM, juga mengindikasikan ini adalah extra judicial killing yang jelas-jelas “tidak dapat dibenarkan.” Mereka juga menegaskan “penggunaan senjata api hanya diperbolehkan untuk tujuan melumpuhkan, bukan membunuh.”
Setelah peristiwa ini, keberadaan Rizieq masih disembunyikan. Masih dalam rilis, FPI bilang mereka tak bisa menyebutkan di mana lokasi Rizieq dengan alasan keamanan dan keselamatan dia dan keluarganya.
Penulis: Adi Briantika
Editor: Rio Apinino