tirto.id - Ketua Persaudaraan Alumni 212, Slamet Ma'arif, menyebut bahwa ditariknya para alim ulama dan mubaligh ke tim pemenangan Prabowo-Sandi merupakan implementasi dari pakta integritas yang diteken Prabowo setelah Ijtima Ulama 212.
Sebab, dalam kontrak tersebut, satu poin penting yang membuat dukungan aktivis gerakan 212 tetap mendukung Prabowo-Sandi adalah "menghormati posisi ulama dan bersedia untuk mempertimbangkan pendapat para ulama..."
"Jadi ini dalam rangka kawal Ijtima ulama dan taat kepada Komando HRS (Habieb Rieziq Shihab)," katanya saat diwawancarai Tirto, Sabtu (22/9/2018).
Pakta Integritas yang diteken oleh Prabowo dan perwakilan peserta Ijtima Ulama II seperti KH Abdul Rosyid Abdullah Syafii serta Ketua GNPF Yusuf Muhammad Martak, berisi 17 poin.
Salah satu poinnya adalah meminta Prabowo menjamin pemulangan Rizieq Shihab ke Indonesia jika terpilih menjadi presiden di Pilpres 2019.
Prabowo juga diminta memulihkan hak-hak Rizieq sebagai Warga Negara Indonesia sekaligus merehabilitasi nama tokoh FPI tersebut
Kendati demikian, kata Slamet, penempatan nama-nama para mubaligh tersebut dalam struktur tim pemenangan Prabowo-Sandi juga sudah disesuaikan dengan kemampuan dan kapasitas masing-masing. Misalnya, penempatan Ahmad Haikal Hasan di juru debat.
"Insyaallah kita pasang sesuai kapasitasnya, di PA 212 ust Haikal kan ketua bidang keumatan jadi pas di sana, kyai Khottot kawakan di lapangan jadi masukannya sebagai penasihat akan jitu," tuturnya.
Misalnya, nama Muhammad Al-Khatat yang kini berada di jajaran Dewan Penasehat. "Kyai Khottot kawakan di lapangan, jadi masukannya sebagai penasihat akan jitu," ujarnya.
Penulis: Hendra Friana
Editor: Yantina Debora