Menuju konten utama

Debat Pilpres: Ajang Jokowi vs Prabowo Rebut Suara Swing Voters

Peneliti LSI Denny JA, Adjie Alfaraby menilai debat akan sangat penting bagi pemilih yang rasional yang belum tentukan pilihannya.

Debat Pilpres: Ajang Jokowi vs Prabowo Rebut Suara Swing Voters
Presiden Joko Widodo berjabat tangan dengan Ketua Umum DPP Partai Gerakan Indonesia Raya Prabowo Subianto (kanan) seusai memberikan keterangan pers di teras belakang Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (17/11). Keduanya melakukan pertemuan membahas sejumlah masalah kebangsaan serta terus meneguhkan komitmen menjaga keutuhan NKRI dan "Bhinneka Tunggal Ika" berdasarkan UUD 1945 dan Pancasila. ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf/kye/16.

tirto.id - Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkan jadwal debat untuk capres-cawapres pada Pilpres 2019. Masing-masing kandidat setidaknya akan melakukan lima sesi debat yang dimulai pada 17 Januari 2019 hingga menjelang pemilu serentak, 17 April 2019.

Pasangan capres-cawapres pun berharap dapat meningkatkan elektabilitasnya dari debat yang digelar KPU tersebut. Namun, apakah hal itu efektif mempengaruhi suara pemilih?

Peneliti LSI Denny JA, Adjie Alfaraby menilai debat merupakan cara paling ampuh bagi setiap pasangan capres-cawapres mengenalkan program dan visi-misinya. Sebab, ia melihat empat bulan masa kampanye, belum terlihat perbedaan jelas program kerja antara kedua calon.

“Menurut saya forum debat ini harus dimaksimalkan oleh kedua capres untuk bisa menunjukkan kedua perbedaan antara kedua capres ketika berbicara semua isu,” kata Adjie kepada reporter Tirto, Kamis (27/12/2018).

Lembaga survei seperti LSI Denny JA, kata Adjie, pasti akan melakukan perhitungan elektabilitas sebelum dan sesudah pelaksanaan debat. Dari perhitungan ini akan terlihat sejauh mana capaian elektabilitas masing-masing paslon usai debat digelar.

“Akan kami ukur secara kuantitatif dan ini pasti akan jadi momen pemilih untuk menjatuhkan pilihan," kata Adjie.

Jika merujuk pada Pilpres 2014, maka pendapat Adjie itu ada benarnya. Berdasarkan hasil riset yang pernah dilakukan Lembaga Survei Indonesia, misalnya, menyebutkan elektabilitas pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla lebih unggul dibanding pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa setelah digelar debat calon presiden dan wakil presiden, pada 9 Juni 2014.

Berdasarkan data itu, sebanyak 47,5 persen responden menyatakan Jokowi-JK membawa angin baru dalam kepemimpinan jika kelak terpilih. Di lain pihak, 36,9 persen responden menganggap Prabowo-Hatta kurang mempunyai program yang jelas.

Berebut Swing Voters

Biasanya, kata Adjie, debat akan memengaruhi pemilih yang belum menentukan pilihannya (swing voters). Dengan menonton debat, kata dia, pemilih yang masih galau ini akan menjatuhkan pilihannya kepada calon yang dianggapnya memiliki program nyata.

Apalagi, kata Adjie, penonton debat biasanya merupakan pemilih rasional. Mereka yang menonton biasanya memiliki pendidikan yang baik sehingga bisa melihat dengan jelas program-program yang ditawarkan kandidat saat debat berlangsung.

"Debat ini akan sangat penting bagi pemilih yang rasional yang belum tentukan pilihannya," kata Adjie.

Karena itu, kata Adjie, debat ini tentu akan dimanfaatkan setiap paslon untuk menggaet pemilih yang masih belum menentukan pilihannya.

"Bagi yang sudah punya pilihan akan menambah keyakinan atau justru malah bisa memunculkan keraguan kalau kemudian capres yang mereka dukung tak perform dengan baik,” kata Adjie.

Dua Kubu Siap Hadapi Debat

Kedua kubu pasangan calon presiden-calon wakil presiden, Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno sama-sama menyatakan kesiapannya dalam menghadapi debat nanti.

Kubu Prabowo-Sandiaga, misalnya, mengklaim sangat siap menantang pasangan petahana Jokowi-Ma'ruf, khususnya dalam tema menyangkut ekonomi, masalah pekerjaan, dan kebutuhan pokok.

"Semua tema jadi unggulan, khusus paslon kami akan konsentrasi masalah itu, di ekonomi, lapangan pekerjaan, dan kebutuhan pokok,” kata Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Andre Rosiade kepada reporter Tirto, Kamis (27/12/2018).

Andre menuturkan, sejumlah masalah tersebut merupakan persoalan yang paling dirasakan kurang hingga saat ini oleh masyarakat. Untuk itu, kata dia, timnya akan menyiapkan visi dan misi serta program yang akan dijalankan bila Prabowo-Sandi terpilih.

Anggota Badan Komunikasi Partai Gerindra ini menganggap debat sangatlah penting bagi setiap paslon sehingga persiapan harus dilakukan dengan matang.

"Esensinya debat itu masyarakat bisa tahu apa sih program unggulan setiap paslon. Lalu masyarakat bisa mencatat janji masing-masing paslon sehingga nanti bisa menagihnya," jelas Andre.

Hal senada diungkapkan Direktur Pencapresan PKS, Suhud Alynudin saat dihubungi Tirto, Kamis (27/12/2018). Suhud mengatakan BPN Prabowo-Sandi telah menyiapkan materi debat dengan matang.

Politikus PKS ini yakin pasangan Prabowo-Sandi mampu menggaet hati masyarakat dengan argumentasi yang disampaikan, terutama menggaet pemilih yang masih galau dengan pilihannya atau disebut swing voters.

"Karena di akhir nanti swing voters akan menjadi penentu hasil akhir pilpres," tutur Suhud.

Sementara itu, Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma'ruf, Abdul Kadir Karding saat dihubungi Tirto menilai dari debat masyarakat bisa menilai rekam jejak setiap pasangan calon.

Jokowi sebagai petahana, kata Karding, memiliki keunggulan sehingga bisa menyampaikan apa saja yang sudah dilakukannya selama menjabat. Bahkan, melalui debat pula, Karding yakin elektabilitas pasangan Jokowi-Ma'ruf bisa semakin meningkat.

"Bukan hanya mempertahankan, tetapi mendongkrak elektabilitas. Debat harus jadi momentum bagi kami pengaruhi masyarakat terpelajar, masyarakat kota, milenial, kaum perempuan dan di bidang sektoral tertentu,” kata Karding.

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Bayu Septianto

tirto.id - Politik
Reporter: Bayu Septianto
Penulis: Bayu Septianto
Editor: Abdul Aziz