Menuju konten utama

Debat Pilgub Jabar 2018: Signifikankah bagi Elektabilitas Paslon?

Mayoritas pemilih di Pilgub Jabar telah menentukan pilihan. Lalu, sepenting apakah debat terakhir malam nanti?

Debat Pilgub Jabar 2018: Signifikankah bagi Elektabilitas Paslon?
Debat Publik Putaran Kedua Pillgub Jabar 2018 di Balairung Universitas Indonesia, Depok, Senin (14/5/2018 ). ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso

tirto.id - Ballroom Sudirman di Bandung, Jawa Barat menjadi sasana terakhir bagi empat pasang calon (paslon) gubernur dan calon wakil gubernur Jawa Barat mempertarungkan gagasan. Ibarat kartu terakhir, debat pada Jumat (22/6) malam nanti akan menjadi salah satu penentu siapa di antara Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum, Tubagus Hasanuddin-Anton Charliyan, Sudrajat-Ahmad Syaikhu, dan Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi yang paling banyak menggaet hati 31,7 juta pemilih di Jawa Barat.

“Itu (debat terakhir) ibaratnya bisa menjadi pukulan terakhir atau uppercut,” kata analis politik dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Gungun Heryanto kepada Tirto, Kamis (21/6).

Debat merupakan bagian dari proses pengelolaan opini publik. Menurut Gungun, debat yang berlangsung tiga tahap memiliki makna berbeda yang turut memberi warna terhadap kecenderungan masyarakat menentukan pilihan. Debat pertama, kata Gungun, adalah fase orientasi panggung sekaligus brainstorming (mendapat ide dan gagasan). Debat kedua adalah fase konsolidasi atas debat sebelumnya yang mungkin masih terdapat kekeliruan. Sedangkan debat ketiga adalah fase solid—sebuah fase penguatan atas gagasan dan ide yang telah disampaikan dalam debat-debat sebelumnya.

Penulis buku Media Komunikasi Politik: Relasi Kuasa Media di Panggung Politik ini mengingatkan pentingnya para paslon tampil prima dalam debat terakhir. Caranya bukan hanya dengan menguasai isu yang diangkat dalam tema debat, tapi juga meminimalkan berbagai blunder. Sebab, meski debat tidak punya implikasi langsung terhadap kedipilihan paslon, beragam hal yang terjadi di debat terakhir berpotensi difabrikasi tim sukses lawan di media sosial hingga hari pencoblosan. “Ini debat sangat berguna untuk merebut pemilih di detik-detik terakhir. Karena media sosial bisa membuat isu berhari-hari,” ujarnya.

“Kalau isunya diresonansikan, itu bisa berhari-hari karena waktunya berdekatan dengan pemilihan.”

Debat Pilgub Jabar, menurut Gungun, akan banyak memengaruhi pemilih yang belum menentukan pilihan (undecided voters). Salah satu alasan yang membuat pemilih di Jabar belum menentukan pilihan adalah karena para paslon merupakan figur dengan tingkat ketokohan yang relatif kuat. “Banyak figur membuat pemilih bingung sehingga mereka wait and see dan itu [pilihan] bisa diaktifkan lewat debat,” kata Gungun.

Analis politik dari Universitas Padjajaran Ferry Kurnia Rizkiyansyah mengatakan, debat terakhir akan menjadi referensi para undecided voters menentukan pilihan di bilik suara. Ia memperkirakan perhatian masyarakat terhadap debat terakhir di layar kaca akan lebih besar dibandingkan dua debat sebelumnya. “Debat terakhir punya pengaruh cukup menentukan karena masyarakat ingin mengetahui kejelasan masing-masing paslon,” ujar Ferry.

Menurut Ferry, penting bagi para paslon memanfaatkan debat terakhir untuk meyakinkan pemilih. Baginya, pemilih tidak hanya akan melihat gagasan dan kemampuan para paslon mengelaborasi visi misi tapi juga gestur mereka saat berargumentasi dan menyanggah. “Biasanya debat menunjukkan kondisi sebenarnya dari masing-masing paslon seperti tingkah laku dan visi misi. Bagaimana ia menyanggah, berargumen, mengeluarkan gagasan,” kata Ferry.

Meski begitu, kemampuan paslon mengelaborasi visi dan misi dan gestur ditentukan oleh format debat yang dirancang KPUD Jawa Barat. Ferry menilai format dua debat sebelumnya sudah cukup baik sebab setiap paslon berkesempatan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kunci kepada lawan dan menggali lebih dalam jawaban yang diberikan. “Itu kan menarik, asal tidak menjadi debat kusir,” kata Ferry.

Infografik Jelang debat ketiga pilgub Jabar

Pertaruhan Pilpres 2019

Peneliti Kelompok Diskusi dan Kajian Opini Publik Hendri Satrio menilai debat tidak punya pengaruh signifikan terhadap kedipilihan paslon di Pilgub Jabar. Hal ini karena masing-masing paslon memiliki argumentasi yang sama terkait visi-misi menyejahterakan masyarakat Jabar. Mengacu survei yang dilakukan lembaganya, Hendri mengatakan tidak banyak pemilih di Pilgub Jabar yang menonton tayangan debat. “Dari hasil survei hanya sekitar 10 persen dari pemilih yang nonton debat,” ujarnya

Meski begitu, Hendri mengatakan debat Pilgub Jabar sesi kedua mampu mengundang rasa ingin tahu masyarakat yang tidak menonton debat secara langsung di layar televisi. Keingintahuan itu muncul setelah aksi pasangan nomor urut tiga Ahmad Syaikhu-Sudrajat yang membentangkan kaos bertuliskan #2019GantiPresiden di akhir debat. Ia menegaskan hal serupa bisa saja terjadi di debat terakhir jika ada semacam kejutan yang dilakukan paslon. “Debatnya tidak banyak yang nonton. Tapi efek setelah itu membuat orang ingin mencari tahu,” katanya.

Hendri menambahkan aksi Syaikhu-Sudrajat bisa menciptakan diferensiasi emosi di kalangan pemilih dalam memandang Pilgub Jabar. Sejak aksi tersebut, sebagian besar pemilih menganggap Pilgub Jabar bukan sekadar pemilihan kepada daerah, tapi juga tentang kepastian apakah Jokowi masih tetap menjadi presiden atau tidak. “Jadi orang tidak memilih karena suka atau tidak suka dengan Deddy Mizwar atau Ridwan Kamil. Tapi lebih banyak karena faktor emosi kesukaan dan ketidaksukaan terhadap Jokowi,” katanya.

Sejumlah lembaga survei sempat merilis tingkat elektabilitas setiap Paslon di Pilgub Jabar. Survei yang dilakukan Lingkaran Survei Indonesia yang dipimpin Denny J.A. pada 7 Juni sampai 14 Juni 2018 menyatakan dari 440 responden yang ditanya soal siapa paslon yang akan dipilih di Pilgub Jabar mengatakan 38% akan memilih pasangan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum, 36,6% responden akan memilih Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi, 8,2% akan memilih Sudrajat-Ahmad Syaikhu, dan 7,7% akan mencoblos pasangan Tb. Hasanuddin-Anton Charliyan. Sisanya ada 9,5% responden yang menyatakan rahasia, belum tahu, tidak tahu, dan tidak menjawab siapa paslon gubernur dan wakil gubernur Jabar yang akan mereka pilih.

Survei Indo Barometer pada 7 Juni sampai 13 Juni 2018 menunjukkan elektabilitas Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum mengungguli paslon lain di Pilgub Jabar. Dari 1.200 responden yang disurvei, sebanyak 36,9% menyatakan akan memilih Ridwan-Uu, 30,1% akan memilih Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi, 6,1% lainnya memilih Sudrajat-Akhmad Syaikhu, dan Tb. Hasanuddin-Anton Charliyan dipilih sebanyak 5% responden. Sisanya, 21,9% belum menentukan pilihan.

Survei terbaru yang dilakukan Litbang Kompas terhadap 800 responden pada Mei 2018 menunjukkan elektabilitas pasangan Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul mencapai 40,4% persen, diikuti pasangan Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi 39,1%, elektabilitas Sudrajat-Syaikhu mencapai 11,4%, sedangkan elektabilitas Tb. Hasanuddin-Anton Charliyan 4,1%. Sementara 5% lainnya menjawab tidak tahu.

Terlepas dari siapa yang menang dan kalah, survei-survei tersebut menunjukkan tidak signifikannya angka undecided voters di Pilgub Jabar. Artinya, sebagian besar masyarakat telah memiliki ketetapan dalam menentukan calon pemimpin pada 27 Juni 2018 mendatang.

Persiapan Paslon

Ridwan Kamil menyatakan siap mengikuti Pilgub Jabar terakhir dengan topik pelayanan publik, masalah perempuan, anak-anak, dan disabilitas. “Untuk itu, kami sudah persiapkan penguatan materi dengan para pakar dan tim ahli di timses Rindu, terkait hal-hal yang mungkin menjadi pertanyaan," ujar calon gubernur nomor urut satu ini.

Menanggapi sesi tanya jawab antar-paslon yang dihilangkan, Ridwan mengaku kurang setuju, tapi sebagai paslon, ia harus mengikuti aturan. Walaupun, menurut dia, kualitas debat adalah memberikan argumentasi lebih terhadap pasangan lain. "Tapi kalau aturannya seperti itu, enggak masalah. Paslon Rindu adalah paslon yang selalu taat aturan," ujarnya.

Paslon nomor urut tiga Sudrajat-Syaikhu juga mengaku telah menyiapkan diri untuk memberikan performa terbaik saat Pilgub Jabar. Persiapan berupa fisik dan pemahaman akademis tentang tema debat.

Calon gubernur Jabar nomor urut dua Tb. Hasanuddin mengaku tidak melakukan persiapan khusus. Namun berharap ada tambahan waktu saat debat terakhir malam nanti. Ia menilai alokasi waktu yang disediakan tidak cukup untuk menggali dan mengelaborasi pertanyaan maupun jawaban saat debat.

Sementara itu, Deddy Mizwar yang menjadi calon gubernur Jawa Barat nomor urut empat sempat mengancam tidak akan mengikuti debat terakhir sebelum ada jaminan dari aparat kepolisian tentang pengamanan selama debat. Namun ancaman ini akhirnya dicabut Deddy dan menyatakan akan mengikuti debat terakhir.

Antara melaporkan, Kepolisian Resor Kota Besar Bandung menyiapkan 1.500 personel guna mengamankan pelaksanaan debat publik ke-3 pemilihan Gubernur Jawa Barat 2018 pada Jumat, 22 Juni malam ini. Pihak kepolisian juga telah menyiapkan sejumlah skema pengamanan guna mengantisipasi dan meminimalkan terjadinya konflik antar-pendukung pasangan calon.

Baca juga artikel terkait PILGUB JABAR 2018 atau tulisan lainnya dari Muhammad Akbar Wijaya

tirto.id - Politik
Penulis: Muhammad Akbar Wijaya
Editor: Ivan Aulia Ahsan