tirto.id - Debat calon gubernur/wakil gubernur Jawa Barat 2018 kembali digelar. Debat putaran kedua kali ini diselenggarakan di Balairung Universitas Indonesia, Depok, Jawa Barat. Keempat kandidat kembali berupaya menggaet suara melalui program-program unggulannya. Mereka saling mengkritik program lawan, hingga sempat berakhir ricuh di akhir acara.
Ridwan Kamil memulai debat dengan menyampaikan visi misinya. Ketika diminta menjelaskan lebih lanjut soal visi yang akan dilancarkan dalam memimpin Jawa Barat, Ridwan Kamil menjawab:
"Kami pasangan 'Rindu' punya konsep pertanian infus. Menetesi tanaman. Bisa mengonversi lahan-lahan kering kekurangan air di Jabar Selatan sehingga bisa menambahi 300.000 lahan untuk pertanian baru."
Ridwan didampingi Uu Ruzhanul Ulum merupakan paslon urutan satu. Ridwan mengenakan jas dan kemeja putih dengan peci hitam di kepala. Sedangkan Uu mengenakan baju koko putih plus peci putih, tapi kali ini tanpa selendang hijau.
Pertanian "infus" bukan satu-satunya kata yang dibilang paslon Rindu itu sebagai program inovatif. Mereka punya sederet akronim-akronim dan istilah "Keminggris" lain untuk menamai program-program tersebut. Ada program "Kredit Mesra" (Masjid Sejahtera) untuk menanggulangi tengkulak dan rentenir. Ada juga konsep "Lemper" alias Lembur Penuh Listrik.
"Kami punya program Lemper: lembur penuh listrik. Dengan menggunakan teknologi aki untuk melistriki rumah 5 kamar. Aki dicas sebulan sekali bayar 2 ribu rupiah. Energi surya menarik, tapi mahal," ujar Ridwan.
Selain itu, konsep "Resillience Province" juga dicanangkan Rindu untuk menangani bencana hidrologis. Kata Ridwan, "Bencana hidrologis di Indonesia, 60 persennya ada di Jawa Barat. Sudah takdirnya kebencanaan air itu secara geologis hadirnya di Jawa Barat."
Sejauh mana program-program bakal sukes nantinya? Yang jelas, paslon itu tidak memonopoli penggunaan akronim-akronim jenaka dan istilah-istilah keminggris.
Paslon urutan ketiga TB Hasanuddin-Anton Charliyan mencanangkan program "One Village One Product" untuk menangani persoalan yang dihadapi petani. Pada debat putaran pertama, paslon ini bahkan menyebutkan lebih banyak program lagi, seperti "Turkamling" alias infrastuktur, keamanan, dan lingkungan. Juga "Molotot.com", program daring pengawasan kinerja aparatur dan transparansi pemerintah.
Tujuh Menit yang Sia-sia
"Mohon tenang, mohon tenang."
"Bapak-bapak, tidak akan selesai acaranya kalau Anda tidak tenang."
"Semua tenang, semua tenang."
Annisa Dasuki dan Alfito Deannova, pembawa acara sekaligus moderator debat putaran kedua Pilgub Jabar 2018, berulang-ulang mengucapkan kalimat tersebut kepada hadirin. Saat itu, paslon nomor 4, Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi, semestinya memberikan pernyataan penutup, tetapi hadirin ricuh.
Ketika Annisa dan Alfito tampak semakin kelimpungan, Ketua Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) Jabar Yayat Hidayat naik ke panggung. Dia mengimbau hadirin mengakhiri kericuhan. Tetapi, Yayat gagal. Deddy dan Dedi pun hanya diam sambil menatap heran orang-orang ricuh tersebut.
Pangkal kericuhan ialah paslon nomor 3, Sudrajat-Syaikhu. Mereka mengakhiri pernyataan penutupnya dengan menyisipkan pesan yang menyinggung kubu paslon nomor 2, Hasanuddin-Anton.
Kata Sudrajat, "Saudara-saudaraku, pilihlah nomor 3, Asyik. Kalau Asyik menang, insya Allah 2019 kita akan mengganti presiden," didampingi Syaikhu yang membentangkan kaos putih bertuliskan "2018 ASYIK MENANG, 2019 GANTI PRESIDEN."
Konteks pernyataan tersebut dapat dipahami lantaran Sudrajat-Syaikhu diusung koalisi Gerindra, PKS, dan PAN. Di tingkat nasional, kader ketiga partai tersebut gencar menyerukan "2019 Ganti Presiden". Sedangkan Hasanuddin-Anton diusung PDIP, partai pendukung utama pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Selama debat, paslon berjuluk Hasanah ini tak lepas memuji kinerja Jokowi.
Kericuhan baru mereda setelah Hasanuddin dan Anton angkat bicara. "Saudara-saudara, tolong Saudara lihat saya. Dengarkan, begini. Saudara jangan dengar ucapan teror seperti tadi. Saudara jangan ikuti apa yang diterorkan kepada kita. Kembali, jangan merugikan diri sendiri," kata Hasanuddin.
Paslon nomor 1, Ridwan Kamil - Uu Ruzhanul Ulum, juga berdiri di samping kanan Hasanuddin, ikut meredakan para pendukungnya. Paslon berjuluk "Rindu" ini diusung PPP, NasDem, Hanura yang telah menyatakan bakal mengusung Jokowi di Pilpres 2019.
Menyoal Kinerja Sebelumnya
Jika kericuhan dihitung sejak Sudrajat-Syaikhu mengakhiri pernyataan penutupnya hingga Deddy-Dedi membuka pernyataan penutupnya, kericuhan ini berdurasi sekitar 7 menit.
Bandingkan. Satu sesi debat antar paslon saja hanya berdurasi 4 menit. Sedangkan sesi penyampaian pernyataan penutup hanya berdurasi 1 menit. Jadi, dalam debat putaran kedua Pilgub Jabar 2018 ini, para paslon lebih lama menyaksikan kericuhan ketimbang menyampaikan program dan berdebat dengan paslon lain.
Pun, kekayaan data yang dilontarkan para paslon dalam debat putaran kedua ini tidak seperti debat putaran pertama. Debat kali ini cenderung berisi serangan berkedok pertanyaan mengenai capaian buruk paslon pejabat kepala daerah.
Pada segmen kelima, kepada Dedi Mulyadi (bupati Purwakarta sejak 2008), Syaikhu menanyakan soal bau menyengat yang dia cium saat melintasi Purwakarta.
"Saya sering bolak balik melintas ke Purwakarta. Masuk Purwakarta ada bau menyengat yang dihasilkan limbah. Apa kesulitan Kang Dedi selama dua periode sebagai bupati menyelesaikan ini?" ujar Syaikhu.
Lalu, pada segmen selanjutnya, Syaikhu memersoalkan pembangunan taman dan penanganan banjir yang dilakukan Ridwan Kamil (Walikota Bandung sejak 2013). Politisi PKS itu heran terhadap ketiadaan Badan Penanggulangan Bencara Daerah (BPBD) di kota Bandung.
"Kenapa banjir di Bandung malah terjadi saat banyak pembangunan taman. Apakah karena pembangunan lingkungan dan drainase jadi kurang terperhatikan. Apa sebenarnya kendalanya?" ungkap Syaikhu.
Rindu Melawan Deddy-Dedi
Selain itu, satu bagian yang tidak bisa tidak dibahas dalam hal ini adalah perdebatan antara Rindu dengan duo Dedi alias 2DM pada segmen kelima. Perdebatan ini dimulai saat Ridwan Kamil memertanyakan penanganan Sungai Citarum kepada Deddy Mizwar (wakil gubernur Jabar sejak 2013).
Menurut laki-laki yang kerap disapa RK itu, pemerintah Jabar memiliki program Bestari dengan anggaran Rp120 miliar dan menjanjikan air Sungai Citarum bisa diminum pada 2018, tetapi hingga sekarang kebersihan Sungai Citarum urung terealisasi. Bahkan, hal itu membuat Presiden Jokowi, menurut RK, "turun tangan".
Deddy Mizwar menjawab dengan santai. Menurut laki-laki yang kerap disapa Demiz itu, penanganan Sungai Citarum ada di bawah kendali pemerintah pusat. Toh, anggaran Rp120 miliar itu juga berdampak pada berkurangnya sampah dari kota Bandung yang masuk ke Citarum, kata Demiz.
Meski tampak santai, Demiz cerdik melampiaskan ejekannya kepada RK. Di tengah perdebatan, Demiz sempat menjauh dan membelakangi RK-Uu karena merasa tidak ada celah untuk menjawab. Bahkan, sejak kalimat pembuka pun Deddy langsung menghujam RK.
"Ini pengetahuan Anda yang kurang. Bicara lingkungan hidup itu ada 32 urusan pilihan non pelayanan dasar. Ini adalah badan Sungai Citarum urusan pemerintah pusat," ujar Demiz, aktor yang terkenal memerankan Naga Bonar itu.
Lalu, pada segmen selanjutnya, giliran Dedi Mulyadi bertanya kepada Uu Ruzhanul Ulum (bupati Tasikmalaya sejak 2011). Pada segmen keenam itu, laki-laki yang sering disapa Demul tersebut mengatakan alun-alun Kabupaten Tasikmalaya saat dikunjunginya tidak terawat karena ditumbuhi rumput setinggi 2 meter dan dipenuhi sampah.
Uu menampik pernyataan tersebut. Menurutnya, yang dikunjungi Dedi itu bukan alun-alun Kabupaten Tasikmalaya melainkan bundaran jalan. Uu pun mengatakan tidak memiliki kewenangan membereskan itu saat ini karena sedang cuti.
Namun, Demul membantahnya lagi. "Itu sudah sejak lama. Dan itu alun- alun (bukan bundaran), menurut pengakuan warga," ujar Demul, yang juga Ketua DPD Golkar Jabar ini.
Perdebatan antara dua calon wakil gubernur (cawagub) ini berlangsung sedikit tegang. Sebagai pendamping Uu, RK tampak berusaha membantu. Namun, itu urung terlaksana. Malah, Deddy Mizwar ikut menimbrung karena melihat tindakan RK itu.
"Sebenarnya saya takut, karena Kang Emil ini seperti manusia super tanpa cacat. Tapi saya lihat mesin parkir tidak jalan di Bandung. Sebenarnya saya mau tanya itu, tapi saya takut," ujar Deddy.
Selain dalam debat, persaingan antara paslon Rindu dan 2DM juga tampak betul di atas kertas. Survei mutakhir Populi Center yang dilaksanakan 22-30 April 2018 di 80 desa/kelurahan se-Jabar itu menyatakan hanya Rindu dan 2DM yang elektabilitasnya di atas 30 persen.
Survei dengan responden sebanyak 800 orang itu menyebutkan elektabilitas paslon Rindu sebesar 41,8 persen. Sedangkan elektabilitas 2DM sebesar 38,6 persen. Sementara, sigi dengan margin of error +/- 3,39 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen tersebut menyatakan pasangan Asyik dan Hasanah mendapat elektabilitas, masing-masing, sebesar 6,4 persen 5,3 persen.
Editor: Ivan Aulia Ahsan