Menuju konten utama

Daftar Film Indonesia yang Berjaya di Festival Internasional

Berikut adalah daftar sejumlah film Indonesia yang berhasil masuk nominasi dalam festival bertaraf internasional. 

Daftar Film Indonesia yang Berjaya di Festival Internasional
Poster film Pengabdi Setan. FOTO/Film Pemuja Setan

tirto.id - Sebelum resmi tayang di layar bioskop pada 29 Agustus 2019 mendatang, ada kabar baik yang muncul dari tim direksi film Gundala dan studio yang menaungi pembuatan film ini, Studio BumiLangit.

Film superhero besutan Joko Anwar ini berhasil menembus kompetisi dan akan tayang pada Toronto International Film Festival pada September mendatang.

Film yang diangkat dari komik buatan Harya Suraminata atau Hasmi ini akan bersaing dalam film Holywood lainnya seperti Joker yang dibintangi oleh Joaquin Phoenix, Knives Out, First Love, serta Radioactive dalam memperebutkan kategori People Choice's Award.

Prestasi ini menambah panjang film-film dari sineas Indonesia yang berhasil malang melintang dalam festival film bertaraf Internasional.

Beberapa film tersebut tak hanya mampir, namun juga menyabet beberapa titel dalam nominasi yang diperebutkan.

Headshot (2016)

Beberapa tahun sebelum Gundala menembus Toronto International Film Festival (TIFF), film garapan sutradara Indonesia lainnya sudah lebih dulu mentas dalam festival ini.

Adalah film Headshot besutan Timo Tjahjanto dan Kimo Stamboel yang mendahuluinya. Film yang dibintangi oleh Iko Uwais, Chelsea Islan, Julie Estelle, serta sederet aktor dan aktris kenamaan lainnya ini, tayang pada TIFF ke-41 dalam sesi Midnight Madness pada September 2016 lalu.

Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak (2017)

Meskipun gagal mewakili Indonesia dalam Academy Awards di kategori Foreign Languange Film, Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak (The Murderer in Four Acts) tetaplah suatu film yang tak bisa dianggap remeh. Hal ini bahkan bisa dilihat dalam gelaran Festival Film Indonesia (FFI) 2018.

Film arahan Mouly Surya dan dibintangi oleh Marsha Timothy ini berhasil menyabet 10 kategori dari 15 nominasi yang didapatkan, menjadikan Marlina sebagai jawara umum FFI tahun 2018.

Selain apresiasi dari Indonesia, film yang berlatar tempat di Sumba ini juga meraih beberapa penghargaan Internasional, seperti skenario terbaik pada FIFFS Maroko edisi ke-11, film terbaik dalam Asian Nest Wave The Qcinema Film Festival Filipina, serta NETPAC Jury Award di Five Flavours Asian Film Festival 2017.

Sekala Niskala (2017)

Sekala Niskala garapan Kamila Andini berhasil meraih penghargaan sebagai Film Terbaik dalam ajang Berlinale International Film Festival 2018 di Berlin.

Film yang lekat dengan kebudayaan dari Pulau Dewata ini menceritakan tentang kakak-adik kembar Tantri (Ni Kadek Thaly Titi Kasih) yang harus melawan depresi akibat sang adik Tantra (Ida Bagus Putu Radhitya Mahijasena) mengidap penyakit di dalam kepalanya.

Diwarnai dengan tata tari dan unsur-unsur Bali serta unsur spiritualitas berhasil membuat Sekala Niskala meraih Film Remaja Terbaik dalam Asian Pasific Screen Award, Film Terbaik dalam Tokyo FILMeX, dan Film Terbaik dalam Festival Film Asia Netpac Jogja (JAFF).

Pengabdi Setan (2017)

Joko Anwar memang bukan nama asing dan baru dalam daftar sutradara berkelas di tanah air. Melalui Pengabdi Setan, sebuah film yang di-reboot dari film pendahulu yang rilis tahun 1980, Joko Anwar berhasil mengangkat nama sineas Indonesia, terkhusus dalam bidang film horor.

Pengabdi Setan berhasil tayang dan menyabet kategori film terseram dalam ajang Popcorn Frights Film Festival 2018 di Florida, Amerika Serikat.

Tak hanya dalam satu ajang, Satan’s Slave (judul internasionalnya) juga menyabet Film Terbaik dalam Overlook Film Festival, mengalahkan film sejenis seperti Hereditary, Don’t Leave Home, dan Upgrade.

Kucumbu Tubuh Indahku (2018)

Menggabungkan unsur maskulinitas dan feminim dalam satu peran, Memories of My Body karya Garin Nugroho berhasil melebarkan sayapnya dalam beberapa kontes film internasional.

Film yang bercerita tentang perjalanan Juno (Muhammad Khan), seorang penari Lengger Lanang (penari laki-laki yang menari tarian perempuan) dalam menghadapi kekerasan baik dalam bentuk fisik, sosial, maupun politik ini tercatat menjadi pemenang Asia Pasific Screen Award, menjadi film terbaik dalam Festival Des 3 Continents Nantes 2018.

Hiruk-Pikuk si Al-Kisah (2018)

Sutradara Yosep Anggi Noen, yang sebelumnya men-direct Vakansi Janggal dan Penyakit Lainnya (2012), serta Istirahatlah Kata-Kata (2016) yang mengisahkan aktivis serta penyair Widji Thukul, kembali membuat gebrakan melalu Hiruk-Pikuk si Al-Kisah (The Science of Fictions).

Film yang turut diproduseri oleh Edwin Nazir, Arya Sweta, Yulia Evina Bhara, serta Yosep sendiri tayang perdana pada sesi kompetisi internasional (concorso internazionale) dalam Locarno Film Festival 2019.

Film ini bercerita tentang Siman (Gunawan Maryanto) yang tertangkap dan dipotong lidahnya saat dirinya melihat kru asing yang sedang melakukan shooting pendaratan di bulan. Sejak saat itu, hidup Siman berubah.

Dengan label gila yang didapatnya dari lingkungannya, membuat hidupnya bergerak lebih lambat layaknya astronot di luar angkasa.

Baca juga artikel terkait FILM INDONESIA DI AJANG INTERNASIONAL atau tulisan lainnya dari Wisnu Amri Hidayat

tirto.id - Film
Kontributor: Wisnu Amri Hidayat
Penulis: Wisnu Amri Hidayat
Editor: Yandri Daniel Damaledo