Menuju konten utama

Curhat Sri Mulyani: Tahun 2022, Sungguh Tidak Biasa

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengakui, bahwa 2022 merupakan tahun yang sungguh tidak bisa. 

Curhat Sri Mulyani: Tahun 2022, Sungguh Tidak Biasa
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan paparannya dalam sesi pleno XI B20 Summit Indonesia 2022 di BNDCC, Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Senin (14/11/2022). ANTARA FOTO/Media Center G20 Indonesia/Aditya Pradana Putra/nym.

tirto.id - Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengakui, bahwa 2022 merupakan tahun yang sungguh tidak bisa. Hal itu karena ketidakpastian ekonomi global masih terjadi di tahun yang diyakini sebelumnya sebagai pemulihan.

Tahun lalu, deretan peristiwa terjadi. Mulai dari pandemi COVID-19 yang belum reda di tanah air. Kemudian negara-negara mulai melakukan normalisasi, serta terjadinya disrupsi karena ketidaksinkronan dari sisi suplai dan demand.

Kondisi tersebut memacu terjadinya inflasi yang tinggi di beberapa negara. Lalu direspon dengan kenaikan suku bunga dan menyebabkan cost of fund kini menjadi mahal.

"Kemungkinan recovery akan mengalami pelemahan lagi. Itu baru dari series cerita ekonominya," ujarnya dalam acara CEO Banking Forum, di Jakarta, Senin (9/1/2023).

Bendahara Negara itu menyebut rangkaian peristiwa tersebut baru dari sisi ekonomi saja. Lalu muncul masalah baru, yaitu perang antara Ukraina dan Rusia yang memperparah disurpsi suplai sebelumnya.

Ukraina dan Rusia diketahui adalah negara-negara penghasil yang sangat signifikan. Akibatnya, harga pangan, pupuk dan juga sunflower cooking oil ada di Eropa saat itu menjadi naik.

"Perang ada di Eropa yang terkena CPO kita naik dari 700 dolar AS menjadi 1.700 dolar AS, harga minyak goreng kita naik ke atas Rp20.000, terjadi guncangan di Indonesia," jelasnya.

Perang tersebut meninggalkan sanksi terhadap gas dan minyak di sejumlah negara. Akibatnya, harga batu bara di dalam negeri naik saat itu menjadi 400 dolar AS per metrik ton, atau hampir tiga kali lipatnya. Sedangkan harga minyak melonjak 126 dolar AS dari 60 dolar AS.

"Semua pasti masih ingat terjadi pandemi bulan April 2020 harga minyak sempat negatif rupiah. Dua hari paling tidak harga minyak itu nol karena waktu itu minyak muncrat-muncrat tidak ada yang ambil. Kamu ambil deh minyak kita ntah kamu taro di mana. Amazing stories ya," jelasnya.

"Jadi Anda semuanya yang survive sampai hari ini entah karena survive pandemi dan karena perusahaanya bagus ini adalah tahun-tahun tidak biasa," sambungnya.

Walaupun demikian, sepanjang 2022 pemerintah diklaim bisa menutup tahun dengan baik. Di mana pada kuartal III-2022 pertumbuhan ekonomi domestik berhasil tembus di kisaran 5,7 persen. Sedangkan di kuartal IV-2022 juga diyakini bakal tumbuh dikisaran 5 persen.

"2022 kita tutup dengan baik bahkan saya katakan sangat baik. Karena kita liat kondisi dari masyarakat konsusmi kita masih cukup kuat dan mobilitas sampai akhir tahun meningkat," pungkasnya.

Baca juga artikel terkait EKBIS atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin