Menuju konten utama

CSIS Sebut Ada Reshuffle Tapi Tidak dalam Waktu Dekat

Lembaga penelitian CSIS memprediksi Presiden Joko Widodo tetap akan melakukan reshuffle namun tidak dalam waktu dekat ini. Tahun ini merupakan tahun penilaian bagi sejumlah menteri.

CSIS Sebut Ada Reshuffle Tapi Tidak dalam Waktu Dekat
12 menteri dan satu kepala badan hasil perombakan Kabinet Kerja Jilid II mengucapkan sumpah dan janji jabatan yang dipimpin Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, Rabu (27/7). Antara foto/Widodo S. Jusuf.

tirto.id - Lembaga penelitian Centre for Strategic and International Studies (CSIS) memprediksi akan ada perombakan Kabinet Kerja dalam pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Namun lembaga itu menyebutkan perombakan tidak akan terjadi dalam waktu dekat.

Berbicara dalam konferesi pers "Prospek Ekonomi dan Politik Indonesia Tahun 2017" di Jakarta, Rabu (11/1/2017), peneliti CSIS, Arya Fernandes tahun ini menjadi momentum penting bagi Presiden Joko Widodo untuk memastikan kepercayaannya pada anggota kabinet.

"Sebaiknya reshuffle tidak dilakukan dalam waktu dekat, apalagi reshuffle kedua baru dilakukan akhir Juli tahun lalu," kata Arya.

Jangka waktu kerja menteri dan kondisi politik yang belum stabil, lanjut dia, juga menjadi alasan mengapa perombakan kabinet sebaiknya tidak dilakukan di awal-awal tahun 2017.

Sebagaimana dilaporkan Antara, Arya berpendapat Jokowi kemungkinan besar akan membangun komunikasi dengan partai koalisi dan mendengarkan aspirasi warga terlebih dahulu.

Selain itu, dia juga menyebutkan penilaian warga terhadap kinerja pemerintahan Jokowi mengalami kemajuan dari 50,6 persen pada 2015 menjadi 66,5 persen pada 2016.

Meskipun naik, Jokowi diperkirakan masih tersandera oleh kinerja dan performa menteri yang belum optimal.

Survei CSIS pada 2016 menunjukkan hanya 56 persen responden yang mengaku puas atas kinerja menteri. Performa para menteri ekonomi masih akan menjadi sorotan dan fokus Presiden di tahun ini.

Arya menilai figur Jokowi masih kuat dan belum ada tokoh yang menandingi popularitas dan keterpilihannya.

"Tantangan ke depan, Jokowi tidak lagi bisa bermanuver secara sendiri, namun harus memperkuat lembaga kepresidenan dan kementerian yang dapat menopang dan memberikan masukan kepada Presiden," kata Arya.

Awal Januari lalu isu reshuffle kabinet pernah mengemuka. Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra, Arief Puyono, mengklaim partainya ditawari tiga posisi menteri dan satu jabatan staf khusus, yakni; menteri koordinator bidang politik, hukum dan keamanan, menteri pertanian, menteri tenaga kerja, dan kepala staf kepresidenan. Arief Puyono mengaku, info itu sahih dan teruji alias "A1".

Namun belakangan, melalui Sekretaris Kabinet, Pramono Anung, Presiden Joko Widodo dalam sidang kabinet paripurna di Istana Kepresidenan Bogor, Rabu (4/1/2016) menegaskan tak ada reshuffle kabinet.

"Kabar bahagia buat menteri, buat menteri lho ya, tidak ada reshuffle," kata Pramono pada konferensi pers seperti dikutip Antara.

"Tidak ada reshuffle dalam waktu dekat," imbuhnya.

Dengan pernyataan Presiden Jokowi tersebut, kata Pramono, para menteri yang disebut-sebut akan direshuffle menjadi gembira dan bersemangat mengikuti sidang kabinet.

"Pak Darmin (Menko Perekonomian Darmin Nasution), Pak Luhut (Menko Maritim Luhut Pandjaitan), Pak Wiranto (Menko Polhukam) semangat semua karena tadi Presiden mengumumkan tidak ada ada reshuffle, kedua makanannya dipilih Presiden dan enak semua," kata Pramono.

Baca juga artikel terkait CSIS atau tulisan lainnya dari Agung DH

tirto.id - Hard news
Reporter: Agung DH
Penulis: Agung DH
Editor: Agung DH