Menuju konten utama

Corona Makin Menggila dan Ini Belum Puncaknya

COVID-19 di Indonesia terus menunjukkan tanda tak terkendali. Ini belum sampai puncaknya. Gelombang pertama belum usai.

Corona Makin Menggila dan Ini Belum Puncaknya
Petugas memakamkan jenazah Bupati Situbondo Dadang Wigiarto di tempat pemakaman umum Patokan, Situbondo, Jawa Timur, Kamis (26/11/2020). ANTARA FOTO/Rendra/sen/hp.

tirto.id - Pandemi di Indonesia makin tak terkendali memasuki bulan ke-9. Rekor demi rekor kasus harian terpecahkan dalam tempo singkat. Rumah sakit pun kembali kewalahan karena tingkat okupansi meningkat. Pertanyaannya, apakah kita sudah mencapai puncak COVID-19?

Pakar epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Pandu Riono memiliki jawabannya: "Belum."

Pada 29 November 2020, Satgas Penanganan COVID-19 mencatat penambahan kasus harian sebanyak 6.267. Angka itu merupakan yang terburuk sejak pandemi melanda Indonesia awal Maret lalu. Jumlah itu mengalahkan rekor yang tercetak dua hari dan empat hari sebelumnya, yaitu 5.828 dan 5.534 kasus baru.

6.267 kasus itu didapatkan dari tes terhadap 31.021 orang. Artinya, positivity rate hari itu mencapai 20,20 persen, lebih dari empat kali lipat dari standar ideal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 5 persen.

Kenaikan kasus secara signifikan itu terpusat di sejumlah daerah, di antaranya DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Yogyakarta. Dalam satu pekan sejak 24 November, total kasus positif di empat wilayah itu mencapai 20.794 atau 56,5 persen dari total kasus nasional pada kurun waktu yang sama, yakni 37.773 kasus.

Akibatnya langsung dirasakan oleh rumah sakit. Kepala Sekretariat RSD COVID-19 Wisma Atlet Kolonel Laut (K) RM Tjahja Nurrobi mengatakan telah mengalihfungsikan satu dari dua tower isolasi mandiri menjadi tower perawatan. Dengan demikian, ada tiga tower yang disediakan untuk perawatan, yakni tower 4, tower 6, dan tower 7. Tower 5 tetap menjadi tempat isolasi mandiri.

"Untuk yang isolasi mandiri saat ini kurang lebih sudah mencapai 80 persen, sedangkan yang tower 4, 6, dan 7 ini sudah mencapai 50 sekian persen," kata Nurrobi dalam diskusi daring di kanal Youtube BNPB Indonesia, Senin (30/11/2020).

Data Ketersediaan Tempat Tidur Rawat Inap dari laman Dinas Kesehatan DKI Jakarta, per 1 Desember, hanya tersisa 204 ruang isolasi dan 23 ruang ICU.

Dinas Kesehatan dan Dinas Pariwisata DKI Jakarta pun sudah mengerahkan sejumlah hotel untuk menjadi lokasi isolasi mandiri. Namun, Nurrobi mengatakan, sebagian sudah dan hampir penuh. Saat ini Pemprov DKI Jakarta berencana mengerahkan lebih banyak hotel lagi.

Kondisi serupa terjadi di Yogyakarta. Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Yogyakarta Berty Murtiningsih mengatakan per 30 September, hanya tersisa 13 tempat tidur dari total 414 tempat tidur untuk pasien non-kritis. Untuk pasien kritis, dari 49 tempat tidur yang tersedia tinggal tersisa 8.

Ketua Umum Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng M. Faqih menuturkan penuhnya rumah sakit berarti beban kerja tenaga kesehatan juga bertambah. Artinya pula, peluang tenaga kesehatan untuk terpapar dan gugur akibat COVID-19 juga semakin besar.

"Dokter saja dengan meningkatnya angka yang tinggi ini dilaporkan banyak yang gugur. Sekarang sampai 180 dokter yang gugur, yang terlapor," kata Daeng, juga dalam dalam diskusi daring di kanal Youtube BNPB Indonesia.

Sementara Pandu Riono mengatakan ketika rumah sakit penuh mereka tak bakal bisa menangani pasien yang terus berdatangan dengan baik. Pada akhirnya, jumlah kematian pasien akan meningkat. Menurutnya hal itu sudah terjadi saat ini.

Kendati keadaan sudah sangat mengkhawatirkan, seperti yang telah disinggung di atas, Pandu menilai ini semua belum sampai puncak pandemi COVID-19 di Indonesia. "Karena tidak ada upaya untuk mencegahnya," kata Pandu.

Bulan ini, berbagai agenda yang berpotensi meningkatkan mobilitas dan dengan demikian kemungkinan penularan terpampang di depan mata. Pada 9 Desember, akan dilaksanakan pemungutan suara Pemilihan Kepala Daerah serentak di 270 daerah. Beberapa minggu setelahnya, akan ada libur panjang akhir tahun mulai dari sebelum Natal hingga tahun baru. Pada awal tahun, sekolah-sekolah akan kembali dibuka untuk pembelajaran tatap muka.

Di sisi lain, kemampuan tes dan penelusuran riwayat kontak kasus masih belum mengalami perbaikan. Sepanjang 24-30 November, tes digelar terhadap 247.244 orang alias masih di bawah standar WHO untuk Indonesia yakni 267.000 orang per pekan.

Laboratorium pengujian sampel swab pun belum tersebar merata. Sebanyak 54 persen laboratorium berada di Pulau Jawa, paling banyak ada di Jawa Timur dengan 78 laboratorium. Sementara area luar Jawa hanya mendapat sisanya, yakni 185 laboratorium (44 persen). Paling sedikit di Sulawesi Utara, hanya 1 laboratorium.

"Jadi sepertinya virus itu terus difasilitasi oleh kebijakan pemerintah," simpul Pandu.

Baca juga artikel terkait KASUS COVID-19 DI INDONESIA atau tulisan lainnya dari Mohammad Bernie

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Mohammad Bernie
Penulis: Mohammad Bernie
Editor: Rio Apinino