tirto.id - Indonesia saat ini tengah mewaspadai dampak ekonomi akibat pelemahan ekonomi Amerika Serikat (AS) dan Cina. Perlambatan dikhawatirkan akan mengganggu pemulihan ekonomi dalam negeri.
Direktur Riset Center of Reform Economic CORE, Piter Abdullah mengatakan, dalam perekonomian global tidak ada satu negara yang diuntungkan oleh pelemahan ekonomi AS dan Cina. Keduanya menjadi pasar utama di perekonomian global.
"Melemahnya perekonomian AS dan Cina tidak memberikan keuntungan buat kita," katanya kepada Tirto, Selasa (21/6/2022).
Piter menuturkan jika kedua negara terjun bebas, perekonomian global juga ikut melemah. Ini akan diikuti dengan permintaan yang turun, harga komoditas turun, hingga berdampak pada ekspor dalam negeri.
"Cina khususnya adalah pasar utama ekspor barang-barang komoditas kita. Kalau Cina mengalami pelemahan ekonomi, ekspor kita ke Cina akan turun," ungkapnya.
Piter menilai pada kondisi saat ini, Indonesia tidak bisa menduduki pasar AS dan Cina. Karena kondisi pasar global di seluruh dunia sedang lumpuh.
"Kalau pasar global melemah, pasar mana yang mau kita rebut. Merebut pasar itu dengan meningkat daya saing, bukan mengharapkan ekonomi global melemah," jelasnya.
Pinter menjelaskan andalan ekspor Indonesia adalah kelompok barang Sumber Daya Alam (SDA) di sektor pertanian bukan berupa barang manufaktur. Karena itu ketika perekonomian global melemah otomatis harga dan permintaan akan turun. Ini berdampak pada ekspor dalam negeri.
"Ketika perekonomian global melemah, pertumbuhan ekonomi akan ikut turun," ujar Dosen Institut Keuangan-Perbankan Dan Informatika Asia Perbanas itu.
Menangkal Penurunan Pertumbuhan Ekonomi RI
Meski begitu, kata Piter, pemerintah masih bisa menangkal penurunan pertumbuhan ekonomi dengan cara perkuat permintaan dalam negeri. Pemerintah dan otoritas harus mencari kebijakan yang dapat memanfaatkan permintaan domestik.
Dihubungi terpisah, Pengamat Ekonomi IndiGo Network, Ajib Hamdani menambahkan, pelemahan terjadi pada AS dan Cina menjadi salah satu momentum strategis Indonesia bisa melakukan penguatan ekonomi. Konsep transformasi ekonomi Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi orientasi terobosan yang bisa membuat nilai tambah dan peningkatan ekonomi dalam negeri.
Dia juga optimistis dengan jumlah penduduk nomor 4 besar dunia ini, Indonesia bisa mengoptimalkan momentum melemahnya ekonomi Amerika dan Cina. Pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen menjadi keniscayaan di akhir tahun 2022, dan konsisten sampai tahun 2023 nanti.
"Indonesia, dengan 271 juta orang, merupakan sebuah local domestic demand dalam sebuah ekosistem ekonomi nasional," kata Ajib.
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin