tirto.id - Waqaf mujawwaz merupakan salah satu tanda waqaf dalam ilmu tajwid. Kaum muslim seyogianya tahu mengenai waqaf mujawwaz. Lantas, bagaimana hukum bacaan waqaf mujawwaz? Berikut ini hukum bacaan hingga contoh waqaf mujawwaz.
Abu Ya'la Kurnaedi dalam buku Tajwid Lengkap Asy-Syafi’i (2014) menuliskan, Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsmani berkata bahwa sesungguhnya, Al-Qur'an diturunkan untuk tiga perkara: untuk ta’abbud (ibadah), tilawah (dibaca), dan untuk dipahami makna-maknanya serta diamalkan.
Untuk dapat membaca Al-Qur'an, seorang muslim tidak boleh sesuka hati, karena ada kaidah yang harus diperhatikan. Kaidah dalam membaca Al-Qur'an disebut sebagai ilmu tajwid. Dalam ilmu tajwid, salah satu yang dibahas adalah waqaf.
Waqaf secara etimologi berasal dari kata dalam bahasa Arab yaitu "waqafa-yaqifu-waqfan". Waqfan atau waqf berarti setop atau berhenti setelah berjalan. Lebih lanjut, waqaf adalah menghentikan suara dan bacaan di akhir kata, kalimat, atau ayat sebagai solusi seseorang yang kehabisan nafas ketika membaca Al-Qur'an dan karena sebab-sebab tertentu.
Dalam Al-Qur'an, tidak ada tanda titik, koma, tanda seru, tanda tanya, dan sebagainya sebagai petunjuk waqaf. Sebagai gantinya, terdapat huruf-huruf tertentu yang memiliki arti dan makna tersendiri sehingga pembaca dapat waqaf dengan benar.
Hukum Bacaan Waqaf Mujawwaz
Salah satu jenis waqaf dalam ilmu tajwid adalah waqaf mujawwaz, yang ditandai dengan huruf za' (ز). Hukum waqaf mujawwaz ialah boleh berhenti namun lebih baik terus.
Akan tetapi, waqaf mujawwaz untuk saat ini akan sulit ditemukan dalam mushaf Al-Qur'an yang beredar di Indonesia. Alasannya, Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an (LPMQ) pada 1980 silam, melakukan penyederhanaan tanda waqaf dalam mushaf cetakan Indonesia.
Salah satu yang mengalami penyederhanaan adalah waqaf mujawwaz. Waqaf ini memiliki arti yang sama dengan waqaf waslu ula (صلى) yaitu diteruskan lebih utama. Oleh sebab itu, sejak 1980, waqaf mujawwaz diubah ke waqaf waslu ula.
Contoh Bacaan Waqaf Mujawwaz
Untuk saat ini, waqaf mujawwaz mungkin tidak perlu diperhatikan ketika menggunakan mushaf cetakan Indonesia. Sebagai gantinya, kaum muslim dapat memperhatikan waqaf waslu ula.
Meskipun demikian, tidak ada salahnya, kaum muslim mengetahui beberapa ayat yang memiliki waqaf mujawwaz. Berikut ini contoh hukum bacaan waqaf mujawwaz:
1. Surah Al-Baqarah Ayat 86
اُولٰۤىِٕكَ الَّذِيْنَ اشْتَرَوُا الْحَيٰوةَ الدُّنْيَا بِالْاٰخِرَةِ ۖ (ز) فَلَا يُخَفَّفُ عَنْهُمُ الْعَذَابُ وَلَا هُمْ يُنْصَرُوْنَ ࣖArab Latinnya:
Ulā'ikal-lażīnasytarawul-ḥayātad-dun-yā bil-ākhirah(ti), falā yukhaffafu ‘anhumul-‘ażābu wa lā hum yunṣarūn(a).
Artinya:
"Mereka itulah orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan [kehidupan] akhirat. Maka, azabnya tidak akan diringankan dan mereka tidak akan ditolong," (QS. Al-Baqarah [2]: 86).
2. Surah Yasin Ayat 20
وَجَاۤءَ مِنْ اَقْصَا الْمَدِيْنَةِ رَجُلٌ يَّسْعٰى (ز) قَالَ يٰقَوْمِ اتَّبِعُوا الْمُرْسَلِيْنَۙArab Latinnya:
Wa jā'a min aqṣal-madīnati rajuluy yas‘ā qāla yā qaumittabi‘ul-mursalīn(a).
Artinya:
"Datanglah dengan bergegas dari ujung kota, seorang laki-laki. Dia berkata, 'Wahai kaumku, ikutilah para rasul itu!" (QS. Yasin [36]: 20).
3. Surah Az-Zariyat Ayat 54
فَتَوَلَّ عَنْهُمْ فَمَآ اَنْتَ بِمَلُوْمٍ (ز) وَذَكِّرْ فَاِنَّ الذِّكْرٰى تَنْفَعُ الْمُؤْمِنِيْنَArab Latinnya:
Fa tawalla ‘anhum famā anta bimalūm(in). Wa żakkir fa innaż-żikra tanfa‘ul-mu'minīn(a).
Artinya:
"Berpalinglah dari mereka, maka engkau sama sekali bukan orang yang tercela. Teruslah memberi peringatan karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang mukmin," (QS. Az-Zariyat [51]: 54).
4. Surah An-Najm Ayat 24-25
اَمْ لِلْاِنْسَانِ مَا تَمَنّٰىۖ (ز) فَلِلّٰهِ الْاٰخِرَةُ وَالْاُوْلٰى ࣖArab Latinnya:
Am lil-insāni mā tamannā. Fa lillāhil-ākhiratu wal-ūlā.
Artinya:
"Apakah manusia akan mendapat segala yang diinginkannya? [Tidak!] Milik Allahlah kehidupan akhirat dan dunia," (QS. An-Najm [53]: 24-25).
5. Al-Maidah Ayat 5
اَلْيَوْمَ اُحِلَّ لَكُمُ الطَّيِّبٰتُۗ وَطَعَامُ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ حِلٌّ لَّكُمْ ۖوَطَعَامُكُمْ حِلٌّ لَّهُمْ ۖوَالْمُحْصَنٰتُ (ز) مِنَ الْمُؤْمِنٰتِ وَالْمُحْصَنٰتُ مِنَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ مِنْ قَبْلِكُمْ اِذَآ اٰتَيْتُمُوْهُنَّ اُجُوْرَهُنَّ مُحْصِنِيْنَ غَيْرَ مُسٰفِحِيْنَ وَلَا مُتَّخِذِيْٓ اَخْدَانٍۗ وَمَنْ يَّكْفُرْ بِالْاِيْمَانِ فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُهٗ ۖوَهُوَ فِى الْاٰخِرَةِ مِنَ الْخٰسِرِيْنَ ࣖArab Latinnya:
Al-yauma uḥilla lakumuṭ-ṭayyibāt(u), wa ṭa‘āmul-lażīna ūtul-kitāba ḥillul lakum, wa ṭa‘āmukum ḥillul lahum, wal-muḥṣanātu minal-mu'mināti wal-muḥṣanātu minal-lażīna ūtul-kitāba min qablikum iżā ātaitumūhunna ujūrahunna muḥṣinīna gaira musāfiḥīna wa lā muttakhiżī akhdān(in), wa may yakfur bil-īmāni faqad ḥabiṭa ‘amaluh(ū), wa huwa fil-ākhirati minal-khāsirīn(a).
Artinya:
"Pada hari ini dihalalkan bagimu segala [makanan] yang baik. Makanan [sembelihan] Ahlulkitab itu halal bagimu dan makananmu halal [juga] bagi mereka. [Dihalalkan bagimu menikahi] perempuan-perempuan yang menjaga kehormatan di antara perempuan-perempuan yang beriman dan perempuan-perempuan yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi kitab suci sebelum kamu, apabila kamu membayar maskawin mereka untuk menikahinya, tidak dengan maksud berzina, dan tidak untuk menjadikan [mereka] pasangan gelap [gundik]. Siapa yang kufur setelah beriman, maka sungguh sia-sia amalnya dan di akhirat dia termasuk orang-orang yang rugi," (QS. Al-Ma'idah [5]: 5).
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Dhita Koesno