tirto.id - Eits, kata siapa kerja di coffee shop sekadar buat gaya-gayaan?
Shanies, karyawan swasta di Jakarta, mengaku menyiapkan anggaran khusus dari gajinya untuk bisa bekerja di kedai kopi setidaknya satu hingga dua kali dalam seminggu.
Langkah ini dilakukan agar dirinya dapat lebih fokus menyelesaikan pekerjaan.
"Di kantor sebelumnya yang kebijakannya WFO (work from office) empat kali dalam sepekan, aku juga suka curi-curi waktu untuk melipir WFC (work from café) alias setor absen saja, lalu kerja dari coffee shop. Syukurnya kantor kala itu fleksibel dan tidak mempermasalahkan," kata Shanies yang saat ini bekerja secara remote atau jarak jauh.
Shanies biasanya mulai bekerja dari coffee shop sekitar jam satu siang, setelah beberapa pekerjaan diselesaikan terlebih dulu di rumah.
Menurutnya, ia bisa menghabiskan waktu maksimal tiga hingga empat jam saat bekerja sendirian di kafe.
"Kalau WFC bersama kawan, waktunya bisa lebih panjang ya, karena banyak curhat dan bercanda. Mungkin bisa jadi lima hingga enam jam," jelasnya sambil tertawa.
Shanies menyisihkan anggaran Rp600 ribu dalam satu bulan untuk memenuhi kebutuhannya bekerja di coffee shop.
Dalam beberapa kondisi, ia tak menampik bisa menghabiskan biaya lebih dari itu.
Budaya minum kopi di Indonesia itu sendiri sudah berlangsung sedari dulu dan dapat ditemui dalam nyaris setiap kultur masyarakat di berbagai daerah.
Di kalangan masyarakat urban, beberapa tahun belakangan, kedai kopi semakin menjamur.
Tak hanya mengedepankan kopi sebagai menu unggulan, coffee shop hadir dengan berbagai fasilitas yang memanjakan pengunjungnya.
Mulai dari sajian makanan ringan hingga berat, akses internet cepat dan gratis, live music, hingga suasana dan dekorasi kedai yang sedap dipandang atau Instagramable, tentu membikin pengunjung betah berlama-lama.
Persisnya semenjak pandemi COVID-19, coffee shop menjadi pilihan banyak orang untuk bekerja. Apalagi, beberapa perusahaan menerapkan sistem kerja jarak jauh.
Seiring itulah, kedai kopi mulai beralih fungsi menjadi co-working space.
Lebih Produktif dan Kreatif
Ada berbagai alasan di balik keputusan orang untuk bekerja di coffee shop.
Nita, seorang freelancer, mengakui bahwa suasana coffee shop yang berbeda dengan rumah dan kantor membuatnya lebih semangat dan konsentrasi menyelesaikan pekerjaan.
"Kalau saya sih senang melihat interior di coffee shop, apalagi kalau kopi, makanan, dan musik latarnya enak. Jadi tambah semangat kerjanya," ujar Nita.
Nita menjadwalkan kerja dari kedai kopi setidaknya dua kali dalam seminggu. Biasanya, ia mencari coffee shop yang buka sejak pagi.
"Biasanya saya mulai bekerja jam delapan atau jam sembilan. Kalau di durasinya di coffee shop-nya enggak menentu, sering kali saya di sana sekalian makan siang," imbuhnya.
Sementara Shanies menyebutkan bahwa situasi di rumahnya sering kali tidak kondusif untuk bekerja. Saat ini ia masih tinggal bersama orang tua dan kakak-kakaknya.
Selain itu, kata dia, suasana kantor sebelumnya yang open-space tak jarang membuatnya kurang nyaman dan memperlambat produktivitas.
"Produktivitas juga lambat karena kerap lebih banyak bercanda atau ngobrol sama kawan kantor. Ini bukan karena aku tidak suka bercanda bersama mereka, tetapi kadang butuh ‘ruang sendiri’ atau waktu khusus untuk fokus," paparnya.
Kebutuhan yang spesifik tersebut membuat Shanies selektif memilih coffee shop yang menawarkan akses internet lancar, kursi yang empuk, musik yang tidak terlalu bising, dan area yang bebas asap rokok.
Kebahagiaan orang-orang bekerja dari coffee shop ternyata memiliki penjelasan ilmiah.
Penelitian menunjukkan bahwa rangsangan di tempat seperti kedai kopi menjadikannya lingkungan yang efektif untuk bekerja.
Rangsangan tersebut merupakan kombinasi dari kebisingan, keramaian, dan variasi visual yang dapat memberikan sejumlah gangguan yang tepat untuk membantu orang menjadi semakin kreatif.
Studi menyebut saat seseorang yang bekerja terganggu oleh rangsangan sekitar, hal itu meningkatkan kemampuan berpikir abstrak yang dapat menghasilkan lebih banyak ide kreatif.
Tak hanya itu, hal lain yang dapat membuat bekerja dari rumah dan kantor terasa memberatkan adalah lingkungan visual; acap kali kita duduk di kursi yang sama dan menatap keempat sisi dinding yang sama tanpa jeda.
“Stimulasi visual—bagaimana kantor didekorasi—memengaruhi proses berpikir kreatif orang. [Itulah yang] disebut pemikiran kreatif konvergen,” jelas Sunkee Lee, asisten profesor teori dan strategi organisasi di Tepper School of Business, Universitas Carnegie Mellon, Pennsylvania seperti dilaporkan BBC pada 2021 lalu.
Dalam penelitiannya, Lee menemukan bahwa variasi visual membantu dalam “memecahkan masalah yang memiliki solusi optimal, akan tetapi mengharuskan kita berpikir out of the box.
Sebagai Motivasi
Masih mengutip BBC, penelitian lain dalam jurnal Psychonomic Bulletin & Review (2016) mengungkap bahwa saat kita berada di kedai kopi, kita dikelilingi oleh orang-orang yang datang untuk melakukan hal yang sama seperti kita, yang bertindak sebagai motivator.
Tim peneliti meminta peserta yang duduk bersebelahan di depan komputer untuk mengerjakan tugas di layar yang sama.
"Hal ini sama halnya dengan pergi ke pusat kebugaran untuk berolahraga," jelas Lee.
"Salah satu hal terbesar tentang kedai kopi adalah efek fasilitasi sosial. Kalian pergi ke sana, kalian melihat orang lain bekerja, dan itulah yang membuat kalian bersemangat untuk ikut bekerja. Hanya dengan mengamati mereka dapat memotivasi kalian untuk bekerja lebih keras."
Nah, kalau kamu sendiri, lebih menikmati kerja di rumah, kantor, atau kedai kopi?
Penulis: Putri Annisa
Editor: Sekar Kinasih