Menuju konten utama

Cinta pada Pandangan Pertama Belum Tentu 'Cinta'

Cinta pada pandangan pertama bisa mengarah pada perasaan cinta, namun ada juga kemungkinan hanya sebagai ketertarikan fisik.

Cinta pada Pandangan Pertama Belum Tentu 'Cinta'
Ilustrasi cinta pada pandangan pertama. foto/istockphoto

tirto.id - Cinta pada pandangan pertama merupakan konsep yang populer di kalangan masyarakat dan kerap disebut dalam budaya pop seperti buku hingga film. Namun, apakah fenomena cinta pada pandangan pertama ini benar-benar mencerminkan cinta sejati?

Arti cinta pada pandangan pertama sebenarnya cukup literal, yakni perasaan cinta yang tumbuh saat pertama kali melihat seseorang. Biasanya, dinamika ini terjadi ketika dua orang asing bertemu dan merasakan ketertarikan instan bahkan merasa bahwa telah menemukan jodoh.

Sebagian orang mungkin menganggap bahwa cinta pada pandangan pertama adalah sesuatu yang nyata. Namun, benarkah kenyataan dan penelitian yang ada berkata demikian?

Cinta Pertama Belum Tentu Cinta?

Penelitian empiris dari University of Groningen Belanda oleh Zsok dkk. (2017) menunjukkan bahwa cinta pada pandangan pertama menurut psikolog memang ada dan bukan sekadar ingatan yang bias. Orang benar-benar melaporkan mengalami ketertarikan kuat sejak pertemuan pertama.

Namun, hal ini tidak ditandai oleh gairah, kedekatan, atau komitmen, melainkan dipengaruhi oleh daya tarik fisik. Jadi, semakin menarik seseorang, semakin besar kemungkinan orang lain merasakan cinta pada pandangan pertama terhadapnya.

Penelitian tersebut juga menyebutkan bahwa laki-laki cenderung lebih sering melaporkan mengalami cinta pada pandangan pertama dibanding perempuan. Sayangnya, perasaan cinta pada pandangan pertama hanya dirasakan oleh satu pihak, meskipun bisa memengaruhi persepsi pasangan dalam hubungan selanjutnya.

Apabila hubungan berkembang menjadi cinta, hal ini bisa memberi efek hindsight atau pemahaman peristiwa hanya setelah hal itu terjadi atau berkembang. Jadi, orang tersebut menganggap bahwa pertemuan pertama mereka sebagai ciri cinta pandangan pertama.

Kesimpulan dari penelitian tersebut yaitu cinta pada pandangan pertama lebih mungkin merupakan ketertarikan awal yang kuat, bukan bentuk cinta yang unik atau bahkan sejati.

Kenapa Seseorang Bisa Jatuh Cinta Secepat Kilat?

Penelitian menunjukkan bahwa manusia dapat mengevaluasi calon pasangan seksual hanya dalam 100 milidetik berdasarkan keterampilan intuitif yang telah berevolusi, demikian dikutip dari jurnal ilmiah tahun 2016.

Jadi, setelah menilai seseorang menarik, individu dapat membangun keterikatan emosional dan mengungkapkan ketertarikannya melalui copulatory gaze atau tatapan mata yang berlangsung selama beberapa detik.

Jatuh cinta dapat terjadi seketika karena faktor kesamaan, baik dalam penampilan fisik, kepribadian, maupun latar belakang sosial. Contohnya seperti budaya, status ekonomi, dan tingkat sosialisasi.

Studi menunjukkan bahwa orang cenderung tertarik pada individu yang menyerupai mereka secara fisik. Pasalnya, individu yang memiliki kemiripan fisik sering kali dianggap memiliki kepribadian serupa, sehingga lebih menarik dan lebih bisa dipercaya sebagai pasangan.

Selain itu, pasangan yang punya kesamaan fisik lebih memiliki komitmen yang lebih kuat dan hubungan yang lebih stabil.

Studi terbaru lainnya memiliki hasil yang sedikit berbeda. Penelitian oleh Jin Zhang et al. (2021) menyebut bahwa faktor yang memengaruhi jatuh cinta pada pandangan pertama adalah keinginan untuk jatuh cinta.

Para peneliti tersebut menggunakan ilmu saraf di balik keinginan jatuh cinta melalui pengumpulan sinyal elektrokardiograf. Orang yang memiliki keinginan kuat untuk jatuh cinta cenderung lebih cepat memilih pasangan dan menjalin hubungan.

Di luar keinginan untuk jatuh cinta, penelitian terdahulu oleh Veronica Hefner dan Barbara J. Wilson (2013), mengungkap bahwa jatuh cinta pada pandangan pertama juga bisa dipengaruhi media dan film romantis. Mereka menganalisis 52 film komedi romantis populer (1998-2008) dan menemukan bahwa film-film ini sering menampilkan idealisme romantis.

Setelah itu, dilakukan survei pada 335 mahasiswa. Hasilnya menunjukkan bahwa mereka yang menonton film komedi romantis untuk belajar lebih cenderung mempercayai idealisme cinta dalam kehidupan nyata.

Baca juga artikel terkait HUBUNGAN CINTA atau tulisan lainnya dari Nisa Hayyu Rahmia

tirto.id - Diajeng
Kontributor: Nisa Hayyu Rahmia
Penulis: Nisa Hayyu Rahmia
Editor: Dhita Koesno