Menuju konten utama
24 Juni 1986

Cinta Boleh Lewat, Kahitna Tak Akan Terganti

Biarlah cinta,
bergelora di dada,
lahirkan nada.

Formasi lengkap Kahitna. tirto.id/Sabit

tirto.id - Seandainya Yovie Widianto mengikuti jejak Oscar Peterson, salah satu musikus yang senantiasa ia dengar lagunya sejak kecil, mungkin Yovie tidak akan dipuja wanita-wanita lintas generasi. Peterson ialah pianis jazz kulit hitam yang membuat Yovie mencintai aliran musik jazz. Seperti Peterson, Yovie nyaman memainkan piano. Ia kemudian mempelajari cara mengaransemen lagu dan membuat komposisi musik dari Elfa Secioria, musikus yang juga sepupunya sendiri.

Saat itu Elfa sudah menjadi musikus profesional. Ia mendirikan sekolah musik Elfa Music Studio dan membentuk grup musik Elfa’s Singers pada tahun 1987. Yovie tidak tergerak untuk membentuk grup musik serupa. “Bisa dikatakan saya membangkang. Keluarga juga sempat jengkel dengan keputusan saya tidak ingin bergabung dalam format bermusik yang telah dibangun Elfa. Saya ingin membuktikan jati diri dengan tetap menunjukkan bahwa saya menghormati guru saya,” tutur Yovie .

Pada akhir 1980an, Yovie memperhatikan orang-orang yang ada di sekitarnya. Ia mengamati Hedi Yunus, murid sekolah musik Elfa, yang terlihat punya potensi bagus untuk jadi penyanyi. Yovie juga melihat keahlian beberapa pengajar Elfa Music Studio dan dan mengajak mereka bergabung untuk membuat grup musik. Ia mencomot beberapa anggota grup musik lain. Yovie pun mengontak kawan semasa SMA, Carlo Saba, untuk bermusik bersama.

Pada 24 Juni 1986, tepat hari ini 32 tahun lalu, Kahitna terbentuk. Anggotanya sembilan orang, yakni Yovie Widianto (piano), Hedi Yunus (vokal), Carlo Saba (vokal), Ronny Waluya (vokal), Dody IS (bass), Harry Suhardiman (perkusi), Budiana (drum), Andre Bayuadjie (gitar), Bambang Purwono (keyboad). Tiga diantaranya adalah vokalis. Mengapa tiga? Menurut Yovie, perbedaan karakter suara bisa membuat lagu jadi optimal.

Dalam artikel "Yovie Widianto Berkarya Dengan Penuh Ketulusan", Yovie menyebut bahwa nama grup band berasal dari bahasa Tagalog yang artinya "meskipun demikian".

“Waktu itu saya diharuskan serius bersekolah di Bandung. ‘Meskipun demikian’, main piano dan nge-band jalan terus,” kata Yovie dalam Kompas. Sang ayah Ingin Yovie jadi seorang diplomat. Ayah Yovie sosok yang keras, disiplin, dan sangat mementingkan pendidikan. Selepas SMA, Yovie mengambil pendidikan Hubungan Internasional di Universitas Padjadjaran, Bandung. Kegiatan belajar di kampus diselingi dengan bermusik dan membuat lagu.

Lagu-lagu itu berangkat dari imajinasi dan kisah-kisah yang dialami Yovie atau kawan dekatnya. Kata-kata dan musik bisa terangkai ketika Yovie melakukan salah satu hobinya yakni berjalan kaki di kota Bandung. “Bandung adalah tempat romantis yang menyenangkan. Saya punya banyak kenangan indah sebagai pejalan kaki sejati di Bandung,” tulisnya lagi.

Berbekal Seandainya Aku Bisa Terbang, Kahitna berangkat ke Jakarta guna memperdengarkan lagu kepada sejumlah label rekaman. Perjalanan itu bukan hal yang menyenangkan. Tempo menulis bahwa Kahitna berangkat ke Jakarta dengan uang pas-pasan dan mesti sangat menghemat biaya makan. Lagu-lagu mereka ditolak oleh sejumlah produser musik lantaran tidak sesuai dengan tren pasar masa itu.

Menyihir Wanita Sejak 1990-an

Yovie tidak pernah berminat mengikuti tren. Kepada Kompas, ia berkata ingin membentuk pasar baru. Akhirnya, Musica Studio bersedia memroduksi album pertama Kahitna. Album Cerita Cinta dengan single "Cerita Cinta" sampai di telinga pendengar pada 1994. Mereka terbawa dengan lirik-lirik yang gamblang menyampaikan suara hati yang biasanya dipendam. Terutama bagi orang yang ingin mengajak pacaran, “Apabila kita memang harus bersatu mengapa harus ragu?”

Dari sana, Yovie yang mengaku bukan orang yang romantis, terus-terusan membombardir khalayak dengan kalimat berbunga-bunga yang dibalut denting piano. Tahun 1996 muncul "Cantik". Lagu yang membuat wanita selalu merasa terpanggil dan terbuai. Lewat “Ada hati yang termanis dan penuh cinta, tentu saja kan kubalas seisi jiwa,” Kahitna mengingatkan pendengar bahwa perasaan suka mungkin dibalas suka.

Pada tahun yang sama, Yovie membantu doa umat yang jatuh hati dengan “Tuhan yakinkan dia tuk jatuh cinta hanya untukku” dalam lagu "Andai Ia Tahu".

Komposer yang menulis sebagian besar lagu Kahitna ini paham cerita cinta tak lengkap tanpa rasa sakit hati. Tahun 1998, ia menciptakan "Enggak Ngerti" dengan lirik andalan “Mengapa harus keyakinan memisah cinta kita, meski cintamu aku”. Lima tahun setelahnya muncul ‘Cinta Sudah Lewat’ yang menandakan relasi yang tak mungkin dibangun karena sang partner terlanjur terikat dengan orang lain. Awal 2000-an muncul "Aku, Dirimu, Dirinya" yang mengibaratkan cinta segitiga serta "Mantan Terindah".

Dalam waktu satu dekade, Kahitna merangkum beragam masalah klise seputar hubungan cinta. Kadang lirik lagunya terkesan menggelikan, tetapi tetap saja penonton bersorak dan menyanyikan lagu dengan suara keras. Mereka meminta lagu-lagu itu dinyanyikan saat konser.

Lagu favorit memang itu-itu saja, tetapi fans terus berganti. Semakin lama-semakin muda. Pemandangan ibu dan anak yang bersama menonton penampilan Kahitna bukan hal mengherankan. Dalam sebuah episode, tim acara Sarah Sechan pernah mewawancarai sejumlah milenial yang sosoknya nampak seperti mahasiswa semester awal di universitas. Mereka tertambat dengan lagu-lagu Kahitna yang menurut mereka melankolis dan galau.

src="//mmc.tirto.id/image/2018/06/22/infografik-mozaik-kahitna-sabit.jpg" width="860" alt="Infografik Mozaik Kahitna" /

Merayakan Kegalauan

Mario Ginanjar, vokalis Kahitna yang bergabung sejak tahun 2001, berkisah bahwa dirinya merasa terkejut saat fans rela membeli tiket seharga jutaan rupiah. Padahal harga asli tiket konser sekitar Rp500 ribu. Ia mengingat waktu itu Kahitna telah menyanyikan tiga lagu dalam pertunjukan, tetapi para penonton tetap berdatangan. Hal tersebut terjadi saat konser 25 tahun Kahitna.

Lima tahun kemudian, Kahitna menyelenggarakan Love Festival, konser 30 tahun Kahitna yang mendatangkan 20 musisi seperti Titi D.J., Raisa, Tulus, Isyana Sarasvati, Project Pop, dan The Overtunes. Mereka berkolaborasi menyanyikan lagu-lagu hit Kahitna. Sebagian bintang tamu memanfaatkan waktu untuk menyampaikan opini terhadap Kahitna.

Mereka mengisahkan 'kebaperan' yang muncul dari lagu-lagu cinta tersebut. Project Pop misalnya. Grup musik tersebut mengingatkan publik bahwa pernah membuat lagu "Gara Gara Kahitna" setelah menyadari salah satu personelnya tidak sengaja membuat lagu yang nadanya serupa dengan grup musik itu, saking kerap mendengar lagu cinta karangan Yovie.

Pada malam itu, mereka menjual 7000 tiket. Para penonton datang dari generasi berbeda. Mereka menyaksikan tarian para vokalis yang mungkin sudah tidak selincah 10 tahun lalu.

Mario berkata bahwa kini tujuan Kahitna sudah bukan menciptakan lagu-lagu fenomenal seperti dulu. Menghibur Soulmate, sebutan bagi penggemar Kahitna, ialah hal yang utama. Mario berkisah bahwa di bulan Juli ia hanya punya waktu libur selama empat hari. Sisanya diisi agenda tampil di berbagai pertunjukan. Latihan intensif sudah bukan jadi hal yang mendesak. “Cantik dan Mantan Terindah sudah dinyanyikan selama bertahun-tahun,” katanya.

Bagi Mario, Kahitna bagaikan rumah rumah. “Kami punya kebebasan untuk berkarya. Saya rasa itu yang menyebabkan kami bisa bertahan lama,” tutur pria yang sesungguhnya tak pernah merencanakan untuk bergabung di grup musik ini.

Di mata Yovie, rumah itu juga berarti kebersamaan dengan kru-kru dan manajer yang dibangun sejak awal 1990an hingga hari ini.

Baca juga artikel terkait BAND INDONESIA atau tulisan lainnya dari Joan Aurelia

tirto.id - Musik
Penulis: Joan Aurelia
Editor: Maulida Sri Handayani