tirto.id - Komisi Pemilihan Umum (KPU) kembali mempertemukan tiga calon presiden (capres), yakni Anies Baswedan, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo dalam forum debat.
Kali ini, pada Minggu (4/2/2023) ketiganya beradu program seputar kesejahteraan sosial, pembangunan sumber daya manusia (SDM), serta inklusi. Sejumlah isu esensial pun turut dibahas, mulai dari pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, kebudayaan, hingga teknologi informasi.
Lantas, apakah ide yang dilontarkan para capres itu benar-benar berlandaskan fakta dan data di lapangan?
Anies Baswedan
Segmen 1
Penelusuran:
Indikator pekerjaan layak, menurut International Labour Organization (ILO) tahun 2008, di antaranya menyebut unsur pendapatan yang cukup dan jam kerja layak. Data Badan Pusat Statistik (BPS) Agustus 2023 menunjukkan, pekerja yang mendapatkan gaji di bawah upah minimum provinsi (UMP) sebanyak 24,8 juta orang.
Segmen 1
Penelusuran:
Mengutip data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Badan Pusat Statistik (BPS) per Februari 2023, jumlah orang yang bekerja mencapai 138,63 juta orang. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan mencatat, hingga Juli 2023 jumlah kepesertaan baru mencapai 37,40 juta orang.
Artinya, dari seluruh penduduk bekerja, hanya 26,97 persen yang telah terlindungi oleh jaminan sosial ketenagakerjaan. Pada 2022, Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Anggoro Eko Cahyo menyatakan ada sekitar 60 juta pekerja yang belum terlindungi.
Segmen 3
Penelusuran:
Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 19 Tahun 2021 menyebut guru dan tenaga kependidikan merupakan salah satu pihak yang dibebaskan dari pajak bumi dan bangunan (PBB).
Pada 2019, Anies, sebagai Gubernur DKI Jakarta, mengatakan dana hibah sebanyak Rp22 miliar untuk Himpunan Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Anak Usia Dini (Himpaudi) di DKI tahun 2019 sudah cair.
Segmen 4
Penelusuran:
Catatan Tahunan Komnas Perempuan menunjukkan, jumlah pengaduan kekerasan yang diterima oleh Komnas Perempuan, Badan Peradilan Agama (BADILAG), dan lembaga layanan, selama 2015—2022 sebanyak 2,99 juta aduan.
“Ini mungkin adalah angka rata-rata kasar dengan asumsi bahwa dalam 8 tahun terakhir rata-rata per tahun terdapat sekitar 200 hingga 400 ribu kasus kekerasan terhadap perempuan,” kata Senior Research Associate Centre for Innovation Policy and Governance, Klara Esti, kepada awak media di Jakarta, Minggu (4/2/2024) malam.
Prabowo Subianto
Segmen 1
Penelusuran:
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin pada tahun 2022 lalu menyebut, berdasarkan data World Health Organization (WHO) diperlukan satu dokter dalam 1.000 populasi penduduk.
Indonesia baru memiliki 110 ribu dokter sehingga butuh 160 ribu lulusan kedokteran dari 92 fakultas kedokteran. Menkes memprediksi, butuh waktu 14 tahun untuk mencapai angka tersebut.
Segmen 2
Penelusuran:
Berdasarkan data Konsil Kedokteran Indonesia (KKI), menurut angka registrasinya, persebaran dokter spesialis jantung paling banyak ada di Provinsi DKI Jakarta (384), Jawa Timur (303) dan Jawa Barat (244). Sementara, Provinsi Sulawesi Barat hanya memiliki dua dokter spesialis jantung dan Maluku Utara tercatat hanya memiliki satu.
Segmen 2
Penelusuran:
Berdasarkan pernyataan Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Eva Susanti pada tahun 2023, penyebab kematian tertinggi di Indonesia adalah penyakit stroke dengan 19,42 persen dan jantung iskemik (serangan jantung) dengan 14,38 persen.
Terkait hal ini, Dosen Departemen Biostatistik, Epidemiologi, dan Kesehatan Populasi FK-KMK Universitas Gadjah Mada, Anis Fuad, pada 4 Februari 2023, mengatakan, ketersediaan dokter spesialis, sarana, prasarana dan alkes untuk diagnostik dan penanganan penyakit jantung yang tidak merata menjadi salah satu sebab penanganan yang tidak optimal.
Segmen 4
Penelusuran:
Berdasarkan ranking yang dikutip dari Central Intelligence Agency, per 2020, secara global, Indonesia berada di peringkat 52 negara dengan angka kematian ibu tertinggi saat melahirkan. Sementara itu, berdasarkan data Long Form Sensus Penduduk 2020, angka kematian ibu melahirkan di Indonesia mencapai 189 per 100 ribu kelahiran hidup.
Menurut pernyataan Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan, dr. Lovely Daisy, M. K. M, dari angka sensus tersebut, artinya Indonesia menempati peringkat kedua tertinggi di ASEAN dalam hal kematian ibu.
"Memang tinggi, tapi dari ranking tidak tepat. Kalau secara global di luar 10 (nomor 52), tapi kalau di wilayah Asia Tenggara, Indonesia hanya lebih baik daripada Kamboja, Papua Nugini, Timor Leste, dan Myanmar," kata Dosen Departemen Biostatistik, Epidemiologi, dan Kesehatan Populasi Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada, Anis Fuad, kepada awak media di Jakarta, Minggu (4/2/2024) malam.
Ganjar Pranowo
Segmen 2
Penelusuran:
Asosiasi Industri Perangkat Telematika Indonesia (AIPTI) mencatat, sedikitnya ada dua perusahaan teknologi yang punya pabrik di Semarang, yakni brandEvercoss dan Advan.
Segmen 3
Penelusuran:
Pada tahun 2019, Ganjar sempat menjanjikan gaji guru setara UMK. Pada tahun 2021, artikel dalam laman resmi Pemprov Jateng mengutip kesaksian seorang guru honorer yang merasakan kenaikan gaji dari Rp200 ribu menjadi Rp2,3 juta berkat kebijakan Ganjar.
Namun, menurut Ketua Persatuan Guru Seluruh Indonesia (PGSI) Jateng, Muhammad Zen, masih banyak guru yang gajinya di bawah Rp500 ribu.
Segmen 4
Penelusuran:
Melansir laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018, proporsi ibu hamil anemia mencapai 48,9 persen. Angka itu naik dibandingkan tahun 2013 yang sebesar 37,1 persen. Secara khusus, untuk kelompok umur 15—24 tahun, ibu hamil anemia mencapai 84,6 persen.
==
Bila pembaca memiliki saran, ide, tanggapan, maupun bantahan terhadap klaim Periksa Fakta dan Periksa Data, pembaca dapat mengirimkannya ke email factcheck@tirto.id
Editor: Farida Susanty & Shanies Tri Pinasthi