tirto.id - Sebagai salah satu hari besar dalam agama Islam, Idul Adha menjadi momen berharga bagi umat Muslim di seluruh dunia.
Di Indonesia sendiri, Idul Adha kerap dibarengi dengan tradisi bakar sate yang dilakukan oleh hampir seluruh keluarga Muslim Tanah Air.
Hari yang memiliki sebutan lain seperti Hari Raya Haji atau Qurban ini jatuh setiap bulan terakhir di kalender Islam yaitu Dzulhijjah tepatnya pada tanggal 10 bulan tersebut.
Idul Adha dirayakan dalam rangka memperingati pengorbanan Nabi Ismail oleh ayahnya, Nabi Ibrahim.
Nabi Ibrahim saat itu menerima wahyu untuk mengorbankan anaknya, Nabi Ismail namun kemudian diperintahkan lagi oleh Allah SWT untuk mengganti posisi anaknya tersebut dengan seekor domba.
Mengikuti kisah itu, umat Islam di seluruh dunia kemudian melaksanakan qurban menggunakan hewan ternak seperti domba, kambing, unta, maupun sapi sebagai wujud ketaatan kepada Allah SWT.
Potongan daging dari hewan-hewan qurban itu kemudian dibagikan kepada masyarakat sekitar dan biasanya, umat Islam di Indonesia yang menerimanya akan mengolahnya dengan cara ditusuk menggunakan tusukan sate kemudian dibakar.
Sate atau satai adalah hidangan yang populer di banyak negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia sendiri, satai adalah irisan daging kecil-kecil yang ditusuk kemudian dipanggang serta diberi bumbu.
Tradisi membakar sate di Indonesia pada dasarnya tidak ada kaitannya dengan Idul Adha. Kendati demikian, hidangan sate yang terbuat dari daging yang diqurbankan saat hari raya tersebut menjadi wujud nyata dari berbagi rejeki dengan sesama.
Momen bakar-bakar sate di Indonesia juga kerap dimanfaatkan oleh umat Muslim untuk saling berkumpul baik itu dengan keluarga, teman dekat, maupun tetangga.
Cara Membuat Tusuk Sate untuk Idul Adha
Tusukan sate kebanyakan dibuat dari bambu walau ada juga yang memanfaatkan besi tahan karat untuk menusuk irisan daging tersebut dengan alasan agar bisa digunakan terus menerus.
Pemilihan bambu sebagai tusukan sate sendiri bukan tanpa sebab, melainkan dengan alasan bahan baku yang mudah didapat dan dibentuk serta organik sehingga tidak akan mencemari lingkungan.
Adapun cara pembuatan tusuk sate dari bambu secara manual adalah sebagai berikut:
1. Pilihlah bambu yang kondisinya masih bagus agar mempermudah saat pembuatan serta menjaga tusuk sate tidak mudah patah.
2. Potong bambu dengan panjang menyesuaikan dengan ukuran tusuk sate yang diinginkan namun rata-rata, panjangnya tidak melebihi 20 cm.
3. Bambu yang masih bulat kemudian dibelah menjadi beberapa bagian.
4. Belahan bambu itu kemudian dibagi lagi hingga menjadi batangan-batangan kecil dengan diameter 2-3 mm.
5. Rebus terlebih dahulu potongan-potongan bambu itu dengan tujuan agar tusuk sate menjadi steril dan lebih tahan lama.
6. Setelah direbus selama kurang lebih 20 menit dan dikeringkan, potongan bambu tersebut dirapihkan dengan cara diserut menggunakan pisau tajam atau cutter hingga halus dan bulat.
7. Tajamkan salah satu ujungnya agar lebih mudah saat menusuk potongan daging qurban.
Penulis: Fajri Ramdhan
Editor: Yandri Daniel Damaledo