Menuju konten utama

Candi Pawon: Sejarah, Corak Agama, & Peninggalan Kerajaan

Letak Candi Pawon tak jauh dari Candi Borobudur. Fungsi Candi Pawon diduga sebagai pintu gerbang Candi Borobudur. Berikut sejarah Candi Pawon.

Candi Pawon: Sejarah, Corak Agama, & Peninggalan Kerajaan
Wisatawan pengunjung Candi Pawon di Brojonalan, Wanurejo, Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Rabu (18/1/2023). ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko/tom.

tirto.id - Sejarah Candi Pawon berkaitan dengan penguasa di Kerajaan Mataram Kuno. Menurut ahli filologi asal Belanda dan peneliti prasasti Mataram Kuno, J. G. de Casparis, Candi Pawon adalah tempat menyimpan abu jasad Raja Indra (782-812 M), penguasa dari Wangsa Syailendra.

Fungsi Candi Pawon kemungkinan sebagai wujud penghormatan terhadap Raja Indra yang dahulu diyakini sudah mencapai Bodhisattva. Di dalam candi, diperkirakan pernah ada Arca Bodhhisattva. Candi ini juga diduga menjadi pintu gerbang dari Candi Borobudur.

Letak Candi Pawon di Dusun Brojonalan, Kelurahan Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah. Tepatnya, lokasi Candi Pawon berjarak 1,75 km dari Borobudur, dan sekitar 1,15 km dengan Candi Mendut. Maka itu, Candi Pawon sekarang termasuk salah satu obyek tujuan wisata di kawasan Borobudur.

Waktu pembangunan candi dengan corak agama Buddha ini sulit diidentifikasi secara pasti. Candi Pawon ditemukan pada akhir Abad 19 dalam keadaan tertimbun semak-semak dan rusak.

Candi Pawon mulai diperbaiki pada 1897-1904. Perbaikan lantas dilanjutkan di tahun 1908 oleh tim arahan Theodoor van Erp, tokoh yang berperan besar di pemugaran Candi Borobudur.

Sejarah Singkat Candi Pawon dan Fungsinya

Pendiri Candi Pawon diyakini adalah penguasa dari Wangsa Syailendra dari Kerajaan Mataram Kuno (Medang). Dinasti penganut Buddha ini punya pengaruh kuat di Medang selama abad 8-9 masehi.

Raja pertama Wangsa Syailendra di Mataram Kuno ialah Sri Dharmatungga. Setelah wafat, dia lalu digantikan oleh Raja Indra (Sri Sanggramadananjaya), sosok yang abu jenazahnya diduga pernah bersemayam di Candi Pawon.

Menukil dari Sejarah Nasional Indonesia: Masa Prasejarah Sampai Masa Proklamasi Kemerdekaan, karya M. Junaedi Al Anshori (2011), Raja Indra termasuk penguasa yang jago berperang sekaligus penganut Buddha yang patuh.

Masa pemerintahannya menjadi awal kejayaan Wangsa Syailendra di Medang. Penerus Indra, yakni Raja Samaratungga melanjutkan era gemilang tersebut.

Semasa pemerintahan Samaratungga pula Candi Borobudur dibangun. Pendirian Candi Pawon dan Mendut juga diyakini berlangsung pada era Samaratungga (792-835 M).

Candi Pawon berada di satu garis lurus yang sejajar dengan Candi Borobudur dan Candi Mendut. Fakta ini mengindikasikan bahwa ketiga candi Buddha tersebut mempunyai kaitan erat.

Peneliti prasasti asal Belanda, Johannes Gijsbertus de Casparis mengajukan teori bahwa candi ini, selain untuk penyimpanan abu jenazah Raja Indra, juga berfungsi menjadi pintu gerbang menuju Candi Borobudur, tempat umat membersihkan badan dan pikiran dari kekotoran batin.

Dugaan Candi Pawon sebagai tempat penyimpanan abu jasad Raja Indra diperkuat dengan istilah namanya. Pawon dalam bahasa Jawa berarti dapur. Casparis menafsirkan bahwa istilah pawon ini sebagai awu atau abu.

Sementara itu, warga setempat menyebutnya sebagai Candi Brojonalan. Kata tersebut berasal dari bahasa Sanskerta yakni Vajra (halilintar) dan Anala (api).

Prasasti Karang Tengah memuat keterangan bahwa di bilik Candi Pawon, pernah ada sebuah arca yang dapat mengeluarkan sinar (Vajra). Muncul dugaan, arca Bodhisattwa itu terbuat dari bahan perunggu.

Pendapat lainnya disampaikan oleh ahli studi Jawa kuno dari Indonesia, Poerbatjaraka. Dia justru meyakini Candi Pawon merupakan upa angga atau bagian tidak terpisahkan dari Candi Borobudur. Candi ini diibaratkan layaknya pawon (dapur) yang juga sebagai bagian dari rumah.

Relief Candi Pawon

Bangunan Candi Pawon tersusun dari batu andesit, dengan denah berbentuk bujur sangkar. Candi ini memiliki panjang sisi masing-masing 10 meter dan tinggi bangunan 13,3 meter.

Candi Pawon menghadap ke arah barat dan berbilik satu dengan ukuran 2,56 meter x 2,64 meter, serta tinggi 5,20 meter.

Candi ini terbagi dalam tiga bagian: kaki, tubuh, dana tap candi. Bagian kaki Candi Pawon setinggi 1,5 meter yang dihiasi ornamen seperti bunga dan sulur.

Tubuh candi berhias arca Bodhisattva, sementara di bagian atap yang berbentuk persegi bersusun, ada hiasan stupa.

Di dinding depan dari Candi Pawon atau di atas pintu masuk, terpahat relief yang menggambarkan Kuwera (Dewa Kekayaan) dalam posisi berdiri.

Sejumlah relief lainnya yang terdapat di dinding bagian utara dan selatan Candi Pawon merupakan gambaran Kinara dan Kinari (makhluk berbadan burung dan berkepala manusia). Sepasang burung berkepala manusia itu berdiri mengapit pohon kalpataru yang tumbuh dalam sebuah jambangan.

Di sekeliling pohon tadi tergambar beberapa pundi uang. Kemudian, di bagian atasnya, tergambar sepasang manusia sedang terbang.

Sepasang jendela kecil yang berfungsi sebagai ventilasi terpasang di bagian atas dinding candi. Di antara kedua lubang ventilasi tersebut, ada pahatan kumuda (bunga teratai).

Relief yang terdapat di Candi Pawon tergolong sebagai relief dekoratif atau semacam hiasan. Tidak terdapat relief cerita di candi tersebut.

Baca juga artikel terkait CANDI atau tulisan lainnya dari Dicky Setyawan

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Dicky Setyawan
Penulis: Dicky Setyawan
Editor: Addi M Idhom