Menuju konten utama

Campervan: Alternatif Liburan bagi Keluarga

Saat ini, Indonesia mempunyai komunitas Camper Van Indonesia (CVI) dengan jumlah anggota lebih dari 13.000 orang yang tersebar di seluruh Indonesia.

Campervan: Alternatif Liburan bagi Keluarga
Ilustrasi Campervan. foto/Antonius Dwi

tirto.id - Liburan ala campervan, menjelajah alam dengan mobil, kemudian mendirikan tenda di samping mobil atau tidur di tenda atas mobil (rooftent), bisa menjadi alternatif liburan bagi keluarga di masa pandemi yang belum tuntas. Campervan yang juga diartikan memodifikasi mobil menjadi tempat tidur, atau ‘rumah mini’ yang bisa berpindah tempat, menjadi kesempatan keluarga untuk pelesir di tempat yang tidak hanya baru dan memukau, namun juga dekat dengan alam.

Saat ini Indonesia mempunyai komunitas Camper Van Indonesia (CVI) dengan jumlah anggota lebih dari 13.000 orang yang tersebar di seluruh Indonesia. Sedangkanjumlah followers di Instagram mencapai 21 ribu.

“Komunitas CVI ini terbentuk sekitar tahun 2019, awalnya berkumpul 2-3 orang yang memiliki hobi yang sama, yaitu berkemah menggunakan mobil, kemudian mereka membuat grup di Facebook dan Whatsapp,” ujar Renato Poetra Fajar, Sekjen komunitas Camper Van Indonesia.

“Semuanya sudah registrasi dan kami verifikasi. Syarat menjadi anggota CVI cukup mudah, warganegara Indonesia, memiliki kendaraan dan ikut acara camping yang diadakan oleh CVI regional sebanyak 2 kali,” tambah Re.

Menurut Re, liburan menggunakan campervan ini semakin menjamur sejak pandemi karena ruang gerak terbatas. Adanya pembatasan sosial membuat orang tidak berani menginap di hotel. Sehingga, banyak orang akhirnya mengubah mobilnya menjadi campervan dan memilih liburan ke gunung yang sepi.

Seperti itulah yang dirasakan oleh Antonius Dwi. Ia dan keluarganya mulai liburan menggunakan campervan sejak 2020. “Karena terlalu lama work from home dan di rumah terus, mau liburan masih khawatir penyebaran virus Covid-19, berkemah dengan campervan ini paling cocok karena kami tidak bertemu orang lain,” ungkapnya.

Setelah mencari tahu lewat internet tempat-tempat yang bisa disewakan untuk campervan, ia kemudian membeli peralatan berkemah seperti tenda atap mobil (rooftent), kompor portabel, teko, kasur, meja dan kursi lipat dan lain sebagainya. “Mengubah mobil dan membeli peralatan untuk berkemah jika ditotal lebih dari 15 juta,” ungkapnya. Pertama kali ia dan keluarga berkemah di Basecamp Mawar, di kaki gunung Ungaran. Cuma ada saya dan keluarga, malamnya hujan badai, tenda rubuh, dan kami akhirnya tidur di dalam mobil,” ungkapnya.

Penggemar liburan campervan yang lain adalah Sinta, ibu dua anak ini tertarik liburan menggunakan campervan karena ingin memberikan pengalaman baru untuk anak-anak yaitu berkemah di dalam mobil. “Seru sekali tinggal di dalam mobil yang sudah dilengkapi tempat tidur, peralatan memasak, tempat pakaian dan lain sebagainya. Anak-anak senang sekali, kami memasak barbeque saat makan malam, dan membuat api unggun,” ungkapnya.

Sinta menilai, dengan liburan ala campervan ini ia mendapatkan manfaat banyak sekali, seperti melatih melatih ketrampilan hidup bagi anak-anaknya, seperti mendirikan tenda, memasak, dan cuci piring. Selai itu juga melatih anak belajar nyaman dengan keterbatasan, seperti toilet umum, air bersih, tempat tidur yang tidak seperti di rumah.

Hal yang menjadi bonus ketika berkemah di alam tentu saja menikmati keindahan alam bersama dan mencoba berbagai aktivitas seperti tubing atau arung jeram. Manfaat lain terutama menambah ikatan emosional dengan anggota keluarga. “Kami menikmati momen kebersamaan, seperti memasak bareng, main board game bareng,”

Hal serupa juga dirasakan oleh Antonius dan keluarganya. Setelah sukses berkemah pertama kali, hampir sebulan sekali, ia mencoba berkemah di tempat-tempat baru. “Saya ingin anak lebih dekat dengan alam, agar dia tidak melulu bermain ponsel. Kami memancing di danau, atau saat di pegunungan, anak mengenal tanaman stroberi, tomat, dan sawi,” ungkap Antonius.

Anak-anak yang berinteraksi dengan alam memungkinkan mereka belajar dan bereksperimen dengan ide-idenya. Di alam, anak-anak berpikir, bertanya dan membuat hipotesis. Mereka mengembangkan pikiran dan rasa ingin tahunya. Misalnya saja, ketika akan melompat diantara dua batu, mereka akan menilai jarak agar bisa melompat. Pengalaman ini mengajarkan hal yang nyata dan autetik. Anak-anak mengambil risiko, mencoba dan gagal, mencoba lagi hingga akhirnya mereka mendapatkan reseliensi dan kepercayaan diri.

Sewa Saja, Lebih Terjangkau

Jika membeli peralatan berkemah terlalu mahal, apalagi banyak orang tidak mempunyai keterampilan mendirikan tenda, menyewa campervan bisa menjadi solusi terbaik untuk dapat menikmati liburan yang berbeda. Saat ini sudah banyak persewaan campervan di beberapa kota. Jogja Campervan misalnya, menyediakan berbagai paket liburan yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan pelanggannya.

Jogja Campervan memulai bisnis sejak Juli 2019 ini. “Ide awalnya, kami melihat bisnis campervan di Bali saat itu banyak peminat, dengan segmen pasar tidak hanya turis asing saja namun juga turis dalam negeri. Karena itu kami mencoba membuka bisnis seperti ini di Yogjakarta,” ungkap Lukman, manajer Jogja Campervan.

Ternyata, animo masyarakat cukup tinggi, banyak sekali peminat campervan ini sebelum pandemi. Meski sempat mengalami penurunan saat tahun 2020, tetapi sekarang sudah kembali normal.

“Saat ini ada 4 mobil yang bisa disewakan, 2 mobil APV dan 2 VW Classic. Ada bermacam-macam paket yang kami tawarkan seperti paket honeymoon atau paket grup harga bervariasi mulai dari Rp 900.000 hingga Rp 5,8 juta,” ungkap Lukman.

Selain berkemah Jogja Campervan juga menyewakan paket untuk piknik dan pre-wedding menggunakan campervan. Biayanya sekitar Rp800ribu hingga Rp2,8 juta. Mobil tersebut juga bisa disewa harian dan untuk dibawa ke luar kota.

Lukman mengatakan, biaya sewa cukup mahal karena biaya perawatan mobil tidaklah murah. Apalagi, untuk memodifikasi satu unit mobil menjadi campervan diperlukan dana sekitar Rp 40-50 juta.

Pengalaman menyewa campervan juga pernah dirasakan oleh Sinta. Dari berbagai tempat yang dia coba seperti Ciwidey, Highland, Junglemilk Bandung, pengalaman berkemah paling berkesan adalah ketika campervan di Sari Ater.

“Kami dijemput di pool, kemudian perjalanan menuju Sari Ater menggunakan campervan yang sangat lengkap, tv, speaker, wifi, setelah sampai di lokasi camp riverside tersedia air hangat, kursi dapat diubah menjadi kasur lengkap dengan bantal dan tenda di atas van dapat dibuka. Fasilitasnya komplit dan luar biasa, bahkan kulkas mini pun sudah disediakan!” jelas Sinta.

Menurut Sinta, menyewa campervan ini paling cocok buat mereka yang ingin berkemah namun tidak mau repot, karena sudah peralatan sudah disediakan oleh pengelola. “Atau buat mereka yang ingin sesekali merasakan liburan di campervan namun tidak mau beli peralatannya yang mahal,” ujarnya. Bagi Sinta, harga tidak jadi masalah, yang terpenting baginya adalah memberikan pengalaman baru untuk anak-anaknya.

Infografik Campervan

Infografik Campervan. tirto.id/Fuad

Bagaimanapun juga liburan ala campervan ini cukup berdampak bagi pariwisata lokal yang tergerus pandemi. “Selama pandemi justru banyak tempat-tempat wisata baru yang dibuka sebagai camping ground, otomatis ini menjadi pemasukan bagi UMKM (usaha kecil menengah) masyakarat desa sekitar,” ungkap Re.

Awal Mula Campervan

Sejarah campervan dimulai bukanlah di tahun 1950an melainkan tahun 1855. Awalnya dari Dr. William Stables, seorang petugas medis dari Skotlandia yang senang berkenala. Ia orang yang pertama kali menggunakan karavan, yang dinamakan The Wanderer. Karavan miliknya ini masih ditarik oleh dua kuda dan kadang-kadang teman-temannya. Saat itu tenaga kuda menjadi satu-satunya pilihan sebagai mesin penarik.

Pada tahun 1935, seorang angkatan laut Inggris bernama Captain Dunn mengubah mobil Pontiac Six yang dikirim dari Amerika Serikat menjadi ‘rumah berjalan’. Ini merupakan cikal bakal campervan yang sudah menggunakan mesin mobil. Dunn dan istrinya melakukan perjalanan dengan mobil-rumah tersebut dan mendokumentasikan foto-foto keluarga mereka di berbagai tempat yang mereka singgahi.

Setelah Perang Dunia II berakhir, orang-orang mulai sedikit lega dan lebih menikmati hidup. Di saat bersamaan industri baja sedang berkembang pesat. Sebuah perusahaan Jerman bernama Westfalia membuktikan nilai mereka di pasar campervan, dengan mulai menciptakan bus kecil lengkap dengan peralatan di dalamnya. Mobil ini disebut VW Transporter Camper pertama.

Peralatan dalam mobil ini bisa dibongkar pasang sesuka hati, dan ciptaan ini menandai era baru pembuatan mobil rekreasi. Selanjutnya, ciptaan inilah yang memberikan ide bagi perusahaan-perusahaan mobil untuk memproduksi mobil campervan.

Baca juga artikel terkait TREN GAYA HIDUP atau tulisan lainnya dari Daria Rani Gumulya

tirto.id - Mild report
Kontributor: Daria Rani Gumulya
Penulis: Daria Rani Gumulya
Editor: Lilin Rosa Santi