Menuju konten utama

Caleg Golkar Membelot dan Bagaimana Mestinya Jokowi Merespons?

Peneliti SMRC mengatakan, lebih baik pasangan Jokowi-Ma'ruf memaksimalkan safari politik selama masa kampanye daripada hanya mengandalkan mesin partai.

Caleg Golkar Membelot dan Bagaimana Mestinya Jokowi Merespons?
Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto (tengah) bersama para kader meneriakkan yel-yel saat Orientasi Fungsionaris Partai Golkar di Sanur, Bali, Rabu (20/6/2018). ANTARA FOTO/Wira Suryantala.

tirto.id - Membelotnya sejumlah calon anggota legislatif (caleg) Partai Golkar yang menamakan diri Goprabu (Golkar Prabowo-Uno) dinilai Wakil Ketua DPP Gerindra Fadli Zon sebagai kabar gembira. Menurut dia, hal itu merupakan gerakan ketulusan dari kader partai beringin di akar rumput.

“Ini menunjukkan bahwa pasangan Pak Prabowo dan Sandiaga Uno ini meskipun mungkin secara lead-nya partai-partai mendukung pasangan lain, tetapi grass root dan bahkan elit-elit yang menjadi caleg pun berani mengambil risiko politik itu,” kata Fadli, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (25/9/2018).

Fadli pun menilai dukungan dari caleg-caleg Golkar tersebut bisa menambah kekuatan Prabowo-Sandiaga di daerah, lantaran mereka merupakan caleg DPRD. “Semua dukungan dari mana pun arahnya, dari manapun datangnya kami hargai, kami hormati apalagi mereka yang ada di posisi politik dan mengambil satu sikap politk yang berani gitu,” kata Fadli.

Dukungan para caleg Golkar kepada Prabowo-Sandiaga diketahui dari sebuah video yang beredar Senin lalu (24/9/2018) yang menampilkan deklarasi gerakan Golkar Prabowo-Uno (Goprabu).

Saat dikonfirmasi, Koordinator Nasional Forum Caleg Partai Golkar Cupli Risman menyampaikan, dukungan tersebut diberikan lantaran Jokowi tak memilih Ketua Umum Golkar, Airlangga Hartanto sebagai cawapres pada Pilpres 2019.

Deklarasi tersebut pun berbarengan dengan seruan dari Ketua Dewan Pembina Golkar, Aburizal Bakrie (Ical) yang menyatakan, agar kader-kader Golkar yang tidak masuk ke dalam Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Amin tak ikut mengampanyekan pasangan ini, melainkan fokus saja di pileg.

Tak cuma itu, sikap para caleg dan Ical juga menguatkan pernyataan Anggota Dewan Pembina Golkar Fadel Muhammad pada 21 Agustus 2018 lalu yang menyatakan partainya kemungkinan terbelah di Pilpres 2019.

Jokowi Diminta Tak Terlalu Andalkan Dukungan Parpol

Peneliti dari SMRC Sirojudin Abbas menilai pembelotan caleg-caleg Golkar dan seruan Ical memang bisa menguntungkan kubu Prabowo-Sandiaga, meskipun ia mengaku belum bisa mengukur signifikansinya. “Setiap dukungan tentu punya pengaruh,” kata Sirojudin kepada Tirto.

Meskipun begitu, kata Sirojudin, sikap para caleg tersebut dan Ical tak bisa disalahkan. Sebab, menurutnya, dalam Pemilu serentak partai-partai memang dituntut untuk bisa memecah pemenangan pilpres dan pileg.

“Secara realistis, partai-partai akan mengutamakan perolehan kursi di parlemen,” kata Sirojudin.

Sementara, menurut Sirojudin, tak semua daerah memiliki kecenderungan konstituen yang selaras dengan pilihan parpol di Pilpres. Maka, hal yang paling dimungkinkan untuk memaksimalkan suara partai, adalah membiarkan calegnya berkompromi dengan konstituen, seperti yang diserukan Ical.

Untuk itu, kata Sirojudin, pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin diminta tak terlalu mengharapkan mesin partai politik dalam pemenangan di Pilpres 2019. Melainkan, menurut dia, lebih baik pasangan petahana ini memaksimalkan safari politik selama masa kampanye.

“Kalau perlu membentuk tim sendiri yang terpisah dari mesin partai. Bisa dari relawan atau pihak lain yang strukturnya bisa dari pusat sampai daerah,” kata Sirojudin.

Infografik CI Golkar Pecah Lagi

Klaim DPP Golkar

Namun demikian, Golkar membantah calegnya tak solid. Ketua DPP Golkar Bambang Soesatyo menyatakan, Cupli Ramli bukanlah Koordinator Caleg Golkar yang resmi ditunjuk DPP Golkar. Sehingga, kata dia, keputusan dan pernyataannya tidak bisa dianggap resmi mewakili seluruh caleg Golkar.

Oleh karena itu, menurut Bamsoet, klaim dukungan caleg-caleg tersebut kepada Prabowo-Sandiaga tidak akan mempengaruhi elektabilitas Jokowi-Ma'ruf.

“Kalau sekelas Agus Gumiwang, Ace [Hasan Syadzily], kami perlu kebakaran jenggot. Tapi ini tidak perlu kami kebakaran. Kami tetap semangat dan optimis Jokowi-Amin bisa dua kali," kata dia, di Kompleks DPR, Jakarta, Selasa (25/9/2018).

Pernyataan yang sama disampaikan Ketua DPP Golkar, TB Ace Hasan Syadzily. Menurutnya, berdasarkan hasil identifikasi sosok-sosok pada video yang beredar tersebut, hanya ada dua caleg resmi Golkar.

Pertama, kata Ace, adalah Zufri Isman yang merupakan caleg DPRD DKI. Itupun menurutnya caleg cadangan dan dia nomor urut 10. Kedua, adalah Fadli Alimin Caleg DPR RI Jatim 5 nomor urut 7.

"Saya tegaskan bahwa itu enggak ada kaitannya dengan sikap partai karena dua orang caleg ini tidak merepresentasikan dari 575 caleg DPR RI Partai Golkar. Tidak merepresentasikan sekian ribu caleg DPRD provinsi dan sekian puluh ribu caleg DPRD kab kota," kata Ace di Kompleks DPR, Jakarta, Selasa (25/9/2018).

Soal seruan Ical, Politikus Golkar lainnya, Boby Adhityo Rizaldi menyatakan, itu bukan seruan untuk melonggarkan dukungan ke Jokowi-Ma'ruf, apalagi membelot ke Prabowo-Sandiaga. “Yang disampaikan Pak Ical saya rasa harus diperhatikan dan dipertimbangkan dalam kerja elektoral yang taktis dan efektif untuk kemenangan PG," kata Boby kepada Tirto.

Ia pun menilai tidak mungkin caleg-caleg Golkar membelot dari Jokowi-Ma'ruf. "Bagaimana mau membelot, kalau ini keputusan organisasi partai tertinggi untuk dilantik, kan masih perlu tanda tangan dari ketum Golkar," kata Boby.

Akan tetapi, pernyataan para politikus Golkar tersebut berbeda dengan politikus Golkar lainnya, Ahmadi Noor Supit. Menurutnya, memang terdapat strategi dari partainya agar para caleg menyesuaikan kampanye dukungan di pilpres dengan kecenderungan konstituennya.

"Karena tidak mungkin kalau di daerah tersebut mendukung Prabowo, lalu kami memaksakan mendukung Jokowi," kata Ahmadi kepada Tirto.

Meskipun begitu, ia menyayangkan para caleg yang mengumumkan secara terang-terangan dukungannya kepada Prabowo-Sandiaga. "Tidak etis kalau mereka mengumumkan terbuka begitu. Seharusnya cukup secara diam-diam saja. Karena itu berarti melawan keputusan partai yang sah," kata Ahmadi.

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari M. Ahsan Ridhoi

tirto.id - Politik
Reporter: M. Ahsan Ridhoi
Penulis: M. Ahsan Ridhoi
Editor: Abdul Aziz