Menuju konten utama

Bus Persija Ditarik Sponsor Karena Negosiasi yang Lamban

Tidak ada sengketa atau konflik di balik penarikan bus Persija. Akar masalah di balik itu sebenarnya cuma perkara lambatnya renegosiasi.

Rombongan tim Persija Jakarta bersama suporter Jakmania melakukan pawai di Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, Sabtu (15/12/2018). ANTARA FOTO/Galih Pradipta/aww.

tirto.id - Kabar tak sedap sempat menerpa Persija Jakarta jelang pertandingan kontra TIRA Persikabo di 32 besar Piala Indonesia, Minggu (17/2/2019) kemarin. Macan Kemayoran kehilangan bus tim.

CEO mereka, Ferry Paulus, secara terbuka mengakui hal tersebut. "Kami sekarang sudah tidak punya bus. Bus yang kemarin sudah diambil," katanya.

Kabar penarikan bus membuat Persija kembali berada dalam sorotan. Pasalnya, sejak kepergian Direktur Utama lama, Gede Widiade, Macan Kemayoran kembali kehilangan salah satu fasilitas penunjang.

Sebelumnya toko merchandise Persija Store yang bertempat di rumah yang dibeli Gede serta lapangan latihan Aldiron juga disebut-sebut tak bisa lagi dimanfaatkan Persija.

Ditarik Sponsor

Mantan Chief Operation Officer (COO) Persija musim lalu, Muhammad Rafil Perdana, mengatakan bus merupakan kompensasi dari sponsor yang diberikan semasa Gede dan dirinya menjabat. Kompensasi itu hanya berlaku hingga waktu tertentu. Setelah itu, Persija dimungkinkan untuk tetap menggunakannya, akan tetapi harus lebih dulu melakukan negosiasi ulang.

Rafil merupakan penanggung jawab operasional Persija saat bus itu pertama datang.

Menurut Rafil, direksi baru Persija seharusnya mengetahui bagaimana renegosiasi dilakukan. Pasalnya, di masa Gede Widiade menjabat pun, perkara aset dan keuangan diurus oleh pria yang kini menjabat sebagai Direktur Utama, Kokoh Afiat.

"Saat kami di Persija, pak Kokoh yang menangani semua soal kontrak dan keuangan. Harusnya tinggal meneruskan," kata Rafil kepada reporter Tirto, Minggu (17/2/2019) malam.

Andai faktanya tidak demikian pun, Rafil berkata dirinya sudah sempat memberitahu pihak sponsor siapa yang harus dihubungi selaku perwakilan Persija untuk renegosiasi.

"Pada saat keluar, saya sudah dihubungi oleh pihak [penyedia bus] dan sudah saya persilakan untuk melanjutkan renegosiasi kepada manajemen Persija yang baru. Namun mereka [pihak bus] juga sempat komplain karena renegosiasi belum dilakukan, sementara aset tersebut sudah dipakai," ucap Rafil.

Pria yang masuk ke Persija bersama Gede Widiade itu menambahkan, dia juga sempat menjadi fasilitator terkait renegosiasi aset. Mengenai hasil renegosiasi dengan sponsor tersebut, dia tidak tahu persis.

"Silakan saja konfirmasi kepada manajemen yang baru," pungkasnya.

Negosiasi Tersendat

Ferry Paulus selaku CEO membenarkan bahwa belum ada kesepakatan. Namun, dia mengatakan Persija akan menjajaki upaya untuk tetap menggunakan bus yang sama.

"Ya kalau masih bisa diperpanjang, kami perpanjang, daripada kami investasi lagi. Kalau renegosiasi kontrak ya, bagus-bagus saja," katanya.

Saat kami tanyai mengenai proses renegosiasi sudah sejauh apa, Ferry mengatakan dia tidak tahu persis.

"Belum. Belum tahu saya. Kalau itu belum tahu," ujar Ferry setelah Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) PT Liga Indonesia Baru (LIB) di Hotel Sultan, Jakarta, Senin (18/2/2019).

Dirut Persija Kokoh Afiat juga mengatakan tidak tahu persis sampai mana renegosiasi berjalan. Namun dia sudah meminta Direktur Marketing Persija, Andhika Suksmana, untuk mengurusi itu.

"Saya belum komunikasi lagi. Saya sih sempat minta mas Dhika [Andhika Suksmana], sebagai marketing untuk bicara [dengan pihak bus], itu kan sebenarnya sponsorship yang memberikan kerja sama untuk bus itu," ucap Kokoh.

Andhika Suksmana menampik bahwa proses renegosiasi belum menemui titik terang. Namun, ia menegaskan bahwa kepastian sponsor bus baru akan diketahui dalam waktu dekat.

"Ada beberapa yang perlu kami bicarakan ulang, semoga 1-2 hari ini ada kabar," ujar Dhika, Senin (18/2/2019) petang.

"Masih dengan [penyedia bus] yang sama. Tetapi saya belum bisa kasih pernyataan, karena kami masih menunggu kepastiannya 1-2 hari ini," imbuhnya.

Andhika enggan membeberkan faktor yang memengaruhi lambannya renegosiasi.

Persepsi Publik

Jurnalis olahraga senior, Budiarto Shambazy, memandang penyitaan bus Persija bukan masalah besar untuk tim. Dia meyakini aspek-aspek seperti itu bisa ditangani manajemen Persija dengan baik agar tak mempengaruhi prestasi.

Namun, menurut Budiarto, penyitaan bus ini akan memengaruhi persepsi publik terhadap tim. Soalnya ini terjadi tidak lama setelah pengunduran diri beberapa direksi. Bukan hal yang mengejutkan jika masyarakat mulai mempertanyakan kemampuan direksi baru.

"Kalau ke publik iya pasti, seperti mengonfirmasi pandangan bahwa Persija bermasalah. Dalam arti dikaitkan kepemilikan Joko Driyono, mundurnya Gede Widiade, menimbulkan tanda tanya. Menjadi sensitif lagi karena Persija, kan, juara," ungkap Budiarto kepada reporter Tirto.

"Persija sedang dalam sorotan negatif dan positif, dan [soal bus] mengarah ke negatifnya," imbuh Budiarto.

Sayangnya, bagi Persija sendiri gangguan itu seperti dianggap sepele belaka. Setidaknya ini terlihat dari argumen Kokoh saat kami tanyai bagaimana jika renegosiasi akhir dengan sponsor pemberi bus gagal menemui titik terang.

Secara spesifik dia sama sekali tidak menampakkan kekhawatiran apabila muncul persepsi negatif terhadap Macan Kemayoran.

"Ya kalau enggak ada tinggal sewa," tandas Kokoh.

Baca juga artikel terkait PERSIJA atau tulisan lainnya dari Herdanang Ahmad Fauzan

tirto.id - Olahraga
Penulis: Herdanang Ahmad Fauzan
Editor: Rio Apinino
-->