tirto.id - Pentingnya keterlibatan masyarakat dalam upaya restorasi gambut membuat Badan Restorasi Gambut (BRG) meminta masyarakat untuk terlibat lebih jauh dalam merestorasi sekaligus menjaga area gambut agar tidak kering dan menjadi mudah terbakar lagi.
Kepala BRG Nazir Foead dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat (12/8/2016), mengatakan bahwa BRG sendiri telah melakukan kemitraan dengan sejumlah organisasi masyarakat sipil di tingkat tapak.
BRG, lanjutnya, telah melakukan respon cepat terhadap pengaduan masyarakat mengenai pembukaan kanal di lahan gambut di Pulau Padang, Riau. Tim penilai BRG telah turun ke lapangan dan pelaku pembukaan telah dipanggil.
Bersama dengan masyarakat, BRG sedang merancang penyekatan kanal di areal masyarakat, selain juga untuk melakukan pembangunan sumur bor, penyekatan kanal, dan pemetaan sosial desa-desa gambut.
Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki juga telah menegaskan pentingnya dukungan masyarakat di tingkat tapak, pelaku usaha dan kelompok masyarakat sipil dalam penyelamatan ekosistem gambut.
"Upaya Pemerintah untuk menyelamatkan lingkungan, khususnya lahan gambut, perlu partisipasi dan kontrol publik yang kuat. Kelompok Masyarakat Sipil dan para jurnalis memegang peran vital dalam urusan ini," ujar dia.
Sementara itu, dalam laporan enam bulan kinerja BRG, menurut Nazir, saat ini telah terpasang 250 sumur bor di Kalimantan Tengah dan Riau. Target pembangunan sumur bor dengan fasilitas lengkap yang ingin dibangun 2016 mencapai 4.000 unit.
Sedangkan 60 sekat kanal telah dibangun bersama masyarakat, dan rencananya akan dibangun 200 hingga 300 sekat dalam tahun 2016.
BRG, lanjutnya, juga sedang membangun pembibitan dengan kapasitas 24 ribu bibit dengan demo penanaman 80 hektare (ha). Sementara itu, kegiatan konsultasi dan identifikasi masyarakat di 60 desa di Kalimantan Tengah juga sedang berlangsung, menyusul dalam waktu dekat di Riau dan Sumatera Selatan dengan tambahan sekitar 40 desa.
BRG juga telah menyelesaikan peta indikatif restorasi gambut 1:250.000, yang sebelumnya telah dikonsultasikan dengan sejumlah pihak termasuk dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Badan Informasi Geospasial, Kementerian Pertanian, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN).
Sedangkan untuk ketentuan monitoring kondisi muka air gambut yang dilakukan dengan teknologi Sesame (alat pengukur sensor online), menurut dia, BRG telah mewajibkan perusahaan untuk menggunakan teknologi tersebut atau sejenisnya.
Teknologi ini juga menjadi alat deteksi dini terhadap kekeringan gambut yang berpotensi memicu kebakaran, ujar Nazir.
Penulis: Ign. L. Adhi Bhaskara
Editor: Ign. L. Adhi Bhaskara