Menuju konten utama

BPS Ungkap Biang Kerok Harga Cabai Mahal

BPS mengungkapkan biang kerok mahalnya harga cabai merah dan rawit dalam beberapa waktu terakhir. Salah satunya terjadi karena supply shock.

BPS Ungkap Biang Kerok Harga Cabai Mahal
Pedagang memilah cabai rawit merah di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Rabu (22/12/2021). ANTARA FOTO/Galih Pradipta/rwa.

tirto.id - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Margo Yuwono mengungkapkan biang kerok mahalnya harga cabai merah dan rawit dalam beberapa waktu terakhir. Salah satunya terjadi karena supply shock.

"Pergerakan cabe ini dari bulan ke bulan kalau kita lihat memang pada satu waktu tinggi karena supply shock," katanya dalam rilis BPS di Kantornya, Jakarta, Jumat (1/7/2022).

Selain supply shock, penyebab lonjakan harga cabai belakangan ini juga disebabkan oleh faktor cuaca. Hal itu membuat kedua kelompok tersebut memberikan andil inflasi cukup besar pada Juni 2022.

Untuk cabai merah sendiri tercatat memberikan andil 0,24 persen secara month to month (mom). Sementara itu, cabai rawit memberikan sumbangsih 0,10 persen.

"Kalau supply cukup tidak ada anomali cuaca bahkan cabai ini selalu deflasi," katanya.

Sebelumnya BPS mencatat terjadi inflasi sebesar 0,61 persen pada Juni 2022. Inflasi ini akibat adanya peningkatan indeks harga konsumen (IHK) dari 110,42 pada Mei, menjadi 111,09 di bulan lalu.

Sementara untuk inflasi tahun kalender (Juni 2022 terhadap Desember 2021) sebesar 3,19 persen. Sedangkan inflasi tahun ke tahun (Juni 2022 terhadap Juni 2021) mencapai sebesar 4,35 persen.

"Maka inflasi pada bulan Juni 202 inflasi secara month to month 0,61 persen," kata Kepala BPS, Margo Yuwono, dalam rilis BPS di Kantornya, Jakarta, Jumat (1/7/2022).

Margo mengungkapkan komoditas penyumbang inflasi utama di Juni 2022 kali ini, berasal dari komoditas cabai merah, cabai rawit, bawang merah, dan telur ayam ras.

Baca juga artikel terkait KENAIKAN HARGA CABAI atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Dwi Aditya Putra
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Intan Umbari Prihatin