Menuju konten utama

Bos BI Ungkap Lima Permasalahan Global yang Perlu Diwaspadai RI

Gubernur BI, Perry menilai kelima permasalahan tersebut sebagai dampak dari berlanjutnya perang Rusia dan Ukraina, perang dagang AS dan Cina. 

Bos BI Ungkap Lima Permasalahan Global yang Perlu Diwaspadai RI
Suasana deretan permukiman dan gedung bertingkat di Jakarta, Selasa (25/5/2021). ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/hp.

tirto.id - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo membeberkan terdapat lima permasalahan global yang perlu diwaspadai Indonesia ke depannya. Hal itu disampaikan Perry dalam dalam Seminar Nasional Outlook Perekonomian Jakarta 2023 yang dipantau secara daring di Jakarta, Rabu (14/12/2022).

"Kelima permasalahan ini memang sebagai dampak dari berlanjutnya perang Rusia dan Ukraina, perang dagang Amerika Serikat (AS) dan Cina, maupun masih terganggunya mata rantai pasokan global," kata Perry dikutip dari Antara, Rabu (14/12/2022).

Dia menjelaskan permasalahan pertama yaitu pertumbuhan ekonomi dunia yang akan menurun atau slow growth, serta peningkatan risiko resesi di AS dan Eropa. Kedua, inflasi global yang sangat tinggi karena harga energi dan pangan global masih tinggi.

Permasalahan ketiga, lanjutnya, adalah suku bunga bank sentral global yang tinggi untuk waktu yang lama. Adapun suku bunga Bank Sentral AS, Federal Reserve (Fed), diperkirakan dapat mencapai lima persen dalam merespons inflasi dan kemungkinan akan tetap tinggi selama tahun 2023.

Perry Warjiyo melanjutkan permasalahan keempat yang perlu diwaspadai yakni sangat kuatnya dolar AS yang menimbulkan tekanan atau depresiasi terhadap berbagai mata uang dunia, termasuk rupiah.

BI mencatat nilai tukar rupiah sampai dengan 16 November 2022 terdepresiasi 8,65 persen dibandingkan dengan level akhir 2021 (year-to-date/ytd).

Selanjutnya permasalahan kelima adalah cash is the king atau fenomena uang tunai lebih berharga dari instrumen investasi lainnya saat ini.

"Para investor global karena tingginya persepsi risiko menarik dananya dari emerging market atau negara pasar berkembang dan memindahkannya ke aset-aset likuid yang tentu saja untuk menghindari risiko," pungkasnya.

Baca juga artikel terkait PEREKONOMIAN GLOBAL atau tulisan lainnya dari Antara

tirto.id - Ekonomi
Penulis: Antara
Editor: Intan Umbari Prihatin