Menuju konten utama

Bolsonaro Tanggapi Kekhawatiran Dunia Terkait Kebakaran Amazon

Pemerintah Brazil kini menjadi sasaran bagi kritikus yang menganggap Presiden Brazil, Jair Bolsonaro tidak melakukan upaya yang cukup untuk mencegah meluasnya kegundulan hutan.

Bolsonaro Tanggapi Kekhawatiran Dunia Terkait Kebakaran Amazon
Tambang emas ilegal di wilayah yang dikenal dengan "Mega 14", hutan Amazon, Madre de Dios. FOTO/Reuters/Janine Costa

tirto.id - The National Institute for Space Research (Inpe) mencatatkan, jumlah kebakaran hutan yang terjadi di Amazon, Brazil pada minggu ini memiliki presentase 80 persen lebih tinggi dari tahun lalu. CNN melaporkan, lebih dari setengah kebakaran hutan terjadi di wilayah Amazon tentu sangat berpengaruh pada lingkungan dan ekologi setempat.

Di tengah kekhawatiran global tentang kebakaran di Amazon, Pemerintah Brazil kini menjadi sasaran bagi kritikus yang menganggap Presiden Brazil, Jair Bolsonaro tidak melakukan upaya yang cukup untuk mencegah meluasnya defore stasi atau kegundulan hutan secara besar-besaran.

Permasalahan kebakaran pada Amazon menimbulkan munculnya salah satu thread di Twitter mengenai “paru-paru dunia” yang memicu perselisihan sengit tentang siapa yang harus disalahkan.

Presiden Perancis Emmanuel Macron menyebut kebakaran hutan itu sebagai krisis internasional. Ia juga mengungkapkan, para KTT Group 7 yang terdiri dari Kanada, Perancis, Jerman, Italia, Jepang, Britania Raya, Amerika, dan Uni Eropa perlu mengadakan pertemuan mengenai hal ini di Perancis pada akhir minggu ini. Pernyataan ini tentu memicu Bolsonaro yang tidak terdaftar sebagai anggota Group 7.

Dilansir AP News, menanggapi kebakaran tersebut Marcon mencuitkan “Rumah kami terbakar. Hutan hujan Amazon yang memproduksi 20 persen oksigen di planet ini terbakar.”

Bolsonaro membalas dengan tweetnya sendiri: “Saya menyesal Macron berusaha untuk membuat keuntungan politik pribadi dalam masalah internal Brasil dan negara-negara Amazon lainnya. Nada sensasional yang ia gunakan tidak bisa menyelesaikan masalah apa pun. "

Kepala Staf Presiden Brazil, Onyx Lorenzoni, pada hari sebelumnya menuduh negara-negara Eropa membesar-besarkan masalah lingkungan di Brazil untuk mengganggu kepentingan komersial negara itu sendiri. “Mermang ada penggundulan hutan, akan tetapi tidak pada presentase yang mereka kemukakan,” ujarnya pada situs berita Brazil globo.com.

Tuduhan tersebut muncul setelah Jerman dan Norwegia memutuskan untuk menahan lebih dari 60 juta dolar Amerika Serikat (AS) untuk alokasi proyek-proyek keberlanjutan di hutan Brazil. Mereka melakukan hal tersebut dengan alasan kurangnya komitmen Brazil untuk memerangi deforestasi.

Perdebatan itu muncul ketika para ahli federal Brazil melaporkan sejumlah kebakaran hutan di seluruh negara itu tahun ini, naik 84 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2018. Gambar-gambar satelit yang dikeluarkan Organisasi Meteorologi Dunia juga menyebar dan menunjukkan asap dari Amazon yang melintasi benua Amerika Latin ke pantai Atlantik dan Sao Paulo, kota terbesar di Brazil.

Jaksa federal di wilayah Amazon Brazil meluncurkan penyelidikan terkait dengan deforestasi. Jaksa mengatakan mereka berencana untuk menyelidiki kemungkinan kelalaian oleh pemerintah nasional dalam penegakan kode lingkungan.

Tidak hanya terjadi di Amazon, Bolivia juga tengah berjuang untuk menahan kebakaran besar, banyak yang meyakini bahwa kebakaran disebabkan oleh petani membuka lahan untuk ditanami.

Menanggapi penyebab kebakaran hutan Bolsonaro mengatakan ada indikasi "sangat kuat" beberapa kelompok non-pemerintah bisa menjadi pelaku pembakaran sebagai pembalasan karena kehilangan dana negara di bawah pemerintahannya.

Bolsonaro juga menuduh media membesar-besarkan permasalahan kebakaran hutan sebagai saran untuk merusak citra diri dan pemerintahannya.

Berbanding terbalik dengan Bolsonaro, Badan Amnesty International yang berbasis di London turut menyalahkan pemerintah Brazil atas kebakaran itu. Hal ini disebabkan karena posisi hutan hujan yang berperan sebagai penyerap karbon dioksida di atmosfer bumi.

Bahkan kelompok hak asasi manusia tahun ini mendokumentasikan invasi tanah ilegal dan serangan pembakaran di dekat wilayah adat di Amazon, termasuk negara bagian Rondonia, yang banyak terjadi kebakaran, kata Kumi Naidoo, Sekretaris Jenderal Amnesty.

"Daripada menyebarkan kebohongan yang keterlaluan atau menyangkal skala deforestasi yang terjadi, kami mendesak presiden untuk mengambil tindakan segera untuk menghentikan perkembangan kebakaran ini," kata Naidoo.

Kelompok konservasi World Wide Fund for Nature (WWF) juga turut menentang tuduhan Bolsonaro tentang LSM, mereka mengatakan, "Fokus perhatian yang benar-benar penting yakni kesejahteraan alam dan masyarakat Amazon."

Dilansir dari sumber yang sama, Brazil mengandung sekitar 60 persen dari hutan hujan Amazon, yang degradasinya dapat memiliki konsekuensi parah bagi iklim dan curah hujan global. Bolsonaro, yang mengatakan dia ingin mengkonversi lahan untuk padang rumput ternak dan pertanian kedelai.

Filipe Martins, penasihat Bolsonaro, mengatakan di Twitter pemerintah Brazil berkomitmen untuk memerangi deforestasi ilegal dan banyak negara lain yang menyebabkan kerusakan lingkungan.

Ia menyatakan Brazil akan selamatkan Amazon dan bukan "pernyataan kekosonogan, kehisterisan, dan kesesatan yang disampaikan retorika media, birokrat transnasional, dan LSM," kata Martins.

Sergio Bergman, menteri lingkungan hidup Argentina, mengimbau masyarakat untuk mengatasi dan menghindari perpecahan politik atau ideologis untuk melindungi lingkungan. Dia berbicara di workshop-nya di U.N. selama lima hari tentang perubahan iklim di negara bagian Bahia di Brazil utara.

"Kita semua tentu memahami tidak mungkin untuk tetap menggunakan sumber daya alam tanpa batas," kata Bergman.

Baca juga artikel terkait KEBAKARAN HUTAN atau tulisan lainnya dari Rachma Dania

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Rachma Dania
Penulis: Rachma Dania
Editor: Dipna Videlia Putsanra