Menuju konten utama

BMKG: Gempa Susulan Masih Terjadi 3-4 Minggu, Skala Maksimal 5 SR

Kepala BMKG menjelaskan gempa yang akan terjadi hanya pada kisaran 5,0 SR maksimal, atau tidak memiliki efek merusak.

BMKG: Gempa Susulan Masih Terjadi 3-4 Minggu, Skala Maksimal 5 SR
Foto aerial pencarian korban di bawah reruntuhan Masjid Jamiul Jamaah yang rusak akibat gempa bumi di Bangsal, Lombok Utara, NTB, Rabu (8/8/2018). ANTARA FOTO/Zabur Karuru

tirto.id - Usai gempa dengan kekuatan 7,0 Skala Richter (SR) mengguncang pada 5 Agustus lalu, Lombok masih akan diguncang gempa susulan berskala kecil hingga empat minggu ke depan.

"Tiga hingga empat minggu ke depan gempa kecil masih akan terjadi. Kita harus menerimanya, ini proses alam," kata Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati di Mataram, Kamis (9/8/2018).

Mengantisipasi hal ini, Dwikorita meminta masyarakat harus bersama-sama dalam menghadapi cobaan tersebut. Sebab, ia menjelaskan, posisi Pulau Lombok memang berada pada patahan batu besar di bumi.

Gempa yang akan terjadi, menurutnya, hanya pada kisaran 5,0 SR maksimal, atau tidak memiliki efek merusak. Bagi masyarakat yang rumahnya sudah retak akibat gempa besar 7,0 SR pada Minggu, 5 Agustus lalu diimbau tetap waspada.

Ia menjelaskan juga Pulau Lombok berdekatan dengan batu bumi yang patah dan disebut sebagai Sesar Flores.

Bentang patah sesar Flores ini dari Bali hingga utara Laut Flores. Ketika patah terjadi akan memunculkan energi yang sangat besar, patahan terbesar muncul pada 200 tahun silam dan kali ini pengulangan kembali.

Energi tersebut keluar secara berangsur dengan dua kali energinya memiliki efek merusak di Lombok. Daya kekuatan energi tersebut akan terus berasa setelah titik puncaknya, yang biasa disebut gempa susulan.

Berdasarkan data dari BMKG, titik energi terbesar telah keluar pada Minggu lalu yang menyebabkan getaran hingga 7,0 SR. Dan setelah kejadian energi besar tersebut lazim masih menyisakan energi yang kecil, namun kecil kemungkinan untuk besar kembali.

"Justru akan sangat berbahaya jika setelah gempa besar terjadi namun tidak ada gempa susulan kecil setelahnya, berarti masih ada potensi energi besar," katanya menjelaskan.

Namun di Lombok, potensi energi besar tersebut telah terlewati. Ia menginformasikan kepada seluruh masyarakat Lombok diperbolehkan untuk kembali ke rumah masing-masing.

"Warga sudah boleh jika ingin kembali ke rumah, keadaan sudah berangsur aman," kata Dwikorita.

Kepala BMKG menjelaskan bahwa titik puncak getaran gempa dan potensi tsunami sudah terlewati. Dengan begitu, kondisi yang muncul hanya getaran gempa susulan yang semakin mengecil.

BMKG mencatat hingga Kamis (9/8/2018) pagi tercatat sudah lebih dari 350 kali terjadi gempa susulan. Meski demikian, magnitudonya semakin hari dirasakan kian melemah.

Pada Rabu (8/8/2018), misalnya, gempa susulan yang terjadi pukul 18.30 WIB tercatat berkekuatan 3,9 SR. Pusat gempa berada di laut 80 km timur laut Lombok Timur, dengan kedalaman 10 km. Guncangan gempa dirasakan (MMI) III di Mataram.

"Hingga tanggal 9 Agustus 2018 pukul 08.00 WITA telah terjadi 355 gempa susulan dari gempa M=7.0 (5 Agustus 2018), dan 17 diantaranya gempa dirasakan," demikian penjelasan BMKG.

Selain magnitudonya, periode gempa bumi susulan yang terjadi juga semakin jarang. Berdasarkan data BMKG, sejak Kamis dini hari pukul 00.00 WITA hingga pukul 08.00 WITA gempa terjadi enam kali yaitu masing-masing tiga kali pada pukul 02.00 dan 03.00 WITA.

Baca juga artikel terkait GEMPA NTB

tirto.id - Sosial budaya
Sumber: antara
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari