tirto.id - Kepala Badan Metereologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati membantah telah memberikan informasi gempa susulan berkekuatan magnitudo 7,5 di Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat. Dia menegaskan informasi tersebut hoaks.
"Saat ini tidak pernah kami informasikan akan ada gempa susulan sebesar itu. Tetapi potensi gempa patahan atau segmen angkola tertinggi magnitudo 7,5 sebagai mitigasi bencana," kata Dwikorita dilansir dari Antara, Minggu (27/2/2022).
Dwikorita menuturkan, gempa yang terjadi di Pasaman Barat belum dipastikan apakah segmen angkola, sianok, segmen semangko atau ada patahan baru.
"Saat ini kami masih melakukan pengkajian terhadap segmen mana gempa yang terjadi di Pasaman Barat ini," katanya.
Menurutnya gempa susulan terus terjadi namun makin lama makin melemah. Pihaknya tidak bisa memastikan kapan gempa terjadi, tetapi hanya prediksi.
"Masyarakat perlu waspada namun jangan panik. Dari data kami gempa susulan tetap terjadi namun magnitudonya makin lemah," katanya.
Ia menegaskan masalah gempa saat ini sudah mereda dan yang perlu dikhawatirkan saat ini adalah masalah longsor.
"Yang perlu ditakutkan saat ini adalah longsoran di lereng Gunung Talamau karena material bisa menutupi aliran sungai yang ada," katanya.
Jika aliran sungai tertutup dan hujan terus terjadi dikhawatirkan material tersebut bisa membuat aliran baru yang mengancam warga.
"Longsoran itu bisa diikuti oleh banjir yang bisa menghantam permukiman warga," katanya.
Pihaknya menekankan perlunya pemetaan pemukiman di sekitar kaki Gunung Talamau. Untuk itu, pihak Balai Sungai, BPBD, Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang perlu melakukan penyisiran untuk membersihkan tumpukan material di sungai.
Sementara itu, Kepala Pusat Seismologi Teknik BMKG, Rahmat Triyono menambahkan saat ini pihaknya terus melakukan survei ke lapangan untuk memetakan kerusakan yang disebabkan gempa itu.
Kemudian pemetaan tanah untuk rencana relokasi jika memang nanti sangat membahayakan bagi warga.
"Diukur dulu betapa jarak bisa merelokasi warga. Bagi rumahnya yang retak jangan dihuni dahulu. Hasil survei lapangan nanti akan dipublikasikan," pungkasnya.
Editor: Fahreza Rizky