Menuju konten utama

Jokowi ke BNPB: Lakukan Simulasi Penanganan Bencana Setiap Saat

Jokowi mengingatkan alat deteksi dini bencana ditingkatkan demi menyelamatkan nyawa manusia.

Jokowi ke BNPB: Lakukan Simulasi Penanganan Bencana Setiap Saat
Presiden Joko Widodo (kanan) memberikan keterangan pers terkait Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Jakarta, Senin (23/8/2021). ANTARA FOTO/HO/Biro Pers Sekretariat Presiden/aww.

tirto.id - Presiden Joko Widodo (Jokowi) membuka Rakornas Penanggulangan Bencana 2022 secara virtual dari Istana Bogor, Rabu (23/2/2022). Ia berpesan kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk melakukan latihan kesiapsiagaan setiap saat.

Jokowi ingin penanggulangan bencana dilakukan secara terpadu, sistemik dan mengacu pada rencana induk tahun penanggulangan bencana 2020-2044. Kebijakan ini harus dijalankan dengan penuh komitmen dan tanggung jawab.

Ia juga meminta BNPB membuat tahapan penanggulangan bencana secara disiplin dan konsisten di tengah ancaman yang cukup besar, karena Indonesia berada di wilayah ring of fire atau cincin api.

"Tahapan harus dilakukan secara disiplin dan konsisten. Bangsa Indonesia harus tangguh terhadap bencana," ucap Jokowi.

Dalam rapat tersebut, Jokowi memberi lima arahan dalam penanggulangan bencana. Pertama, BNPB harus berbenah diri dengan budaya kerja dengan nilai-nilai berkualitas. Ia ingin BNPB selalu siap siaga karena bencana bisa datang kapan saja dalam bentuk apa pun.

"Budaya kerja BNPB harus siaga, antisipatif, responsif dan adatif," ujarnya.

Kedua, upaya penanggulangan bencana harus berorientasi pada pencegahan. Jokowi mengakui bahwa bencana seperti gempa dan erupsi gunung api tidak dapat dicegah, tetapi ada beberapa bencana yang bisa dicegah seperti banjir dan tanah longsor.

Bencana-bencana tersebut bisa dicegah dengan upaya penghijauan. Ia pun memberi atensi kepada beberapa daerah dengan melibatkan instansi lain seperti kementerian/lembaga maupun partisipasi publik.

"Di beberapa daerah ini dilakukan, di Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, agar penanaman vetiver lebih digalakkan," tutur Jokowi.

Ketiga, Jokowi ingin infrastruktur yang dibangun bisa mengurangi risiko bencana semakin banyak dan dilakukan oleh pemerintah serta masyarakat. Ia mencontohkan upaya penanaman vegetasi untuk mengurangi dampak bahaya tsunami dan cuaca ekstrem.

Mantan Gubernur DKI Jakarta ini menggambarkan fenomena perubahan iklim dunia yang akan semakin mengerikan. "Semua negara sudah ngeri dan sudah mengalami bencana yang sebelumnya tidak ada dan ada karena perubahan iklim," ujarnya.

Mengantisipasi dan mengurangi dampak tsunami, Presiden mencontohkan penanaman mangrove dan tanaman asosiasi, seperti nipah, cemara pantai, ketapang, nyamplung dan kelapa. Ia meminta untuk penanaman di daerah pesisir pantai yang memiliki potensi bahaya tsunami ataupun cuaca ekstrem.

Jokowi juga ingin jalur evakuasi dikedepankan dan instrumen peringatan dini ditingkatkan demi menyelamatkan nyawa manusia. Instrumen tersebut harus diperbaharui dan dicek secara rutin. Ia pun menilai upaya pengawasan tidak hanya dilakukan BNPB saja, tetapi juga kementerian-lembaga lain.

Keempat, BNPB harus aktif untuk mengajak pusat dan daerah agar semua program pembangunan harus berorientasi pada tangguh bencana. Hal ini harus dilakukan dengan perencanaan dengan pengarusutamaan pengurangan risiko bencana. Pembangunan infrastruktur bertujuan untuk mengurangi bencana.

"Pengarusutamaan yang tangguh bencana harus ditingkatkan," ujar Presiden.

Kelima, presiden menekankan pada pembangunan sistem edukasi kebencanaan berkelanjutan di daerah rawan bencana. Ia juga mengatakan, budaya sadar kebencanaan harus dimulai sejak dini mulai dari individu, keluarga, komunitas, sekolah sampai lingkungan masyarakat.

"Gali berbagai kearifan lokal yang ada di masyarakat. Latih masyarakat untuk tanggap menghadapi bencana. Lakukan latihan, simulasi setiap saat, jangan tunggu sampai bencana terjadi," pungkas Jokowi.

Baca juga artikel terkait BNPB atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Fahreza Rizky