tirto.id - Bank Indonesia mencatat Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia terakumulasi hingga 422,6 miliar dolar AS setara Rp5.916,4 trilun (dengan kurs dollar AS/Rp14.000) per Februari 2021. Angka ini naik 4 persen secara year on year (yoy) atau dari periode yang sama di tahun 2020.
Posisi utang ini menyebabkan rasio utang terhadap PDB RI mencapai 39,7 persen. Naik dari Januari 2021 yang mencapai 39,6 persen PDB.
“Lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada bulan sebelumnya sebesar 2,7 persen yoy,” ucap Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono, Jumat (16/4/2021).
Separuh dari nilai itu merupakan ULN pemerintah dengan nilai 209,2 miliar dolar AS, turun dibandingkan Januari 2021 yang mencapai 210,8 miliar dolar AS. Posisi ULN pemerintah ini dinilai cukup aman karena 99,9 persen terdiri dari ULN dengan jatuh tempo pembayaran jangka panjang.
Meski turun, pertumbuhan ULN pemerintah Februari 2021 mencapai 4,6 persen yoy. Lebih tinggi dari pertumbuhan Januari 2021 yang hanya 2,8 persen yoy.
Sisanya merupakan ULN swasta yang mencapai 210,5 miliar dolar AS. Angka ini naik 3,4 persen secara yoy alias lebih pesat dari kenaikan Januari 2021 yang mencapai 2,5 persen yoy.
Kenaikan ini terjadi karena adanya pertumbuhan ULN perusahaan bukan lembaga keuangan yang lebih pesat yaitu mencapai 5,9 persen yoy pada Februari 2021 lebih tinggi dari Januari 2021 yang hanya 5,1 persen yoy.
Sementara itu, ULN lembaga keuangan hanya terkontraksi 4,9 persen yoy alias relatif meningkat dari bulan sebelumnya yang terkontraksi 6,1 persen yoy.
“Sekitar 77,3 persen ULN swasta didominasi oleh sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor pengadaan listrik, gas, uap atau air panas dan udara dingin, sektor pertambangan dan penggalian, serta sektor industri pengolahan,” ucap Erwin.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Zakki Amali