tirto.id - Bank Indonesia (BI) memastikan bakal terus melakukan intervensi sebagai langkah untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Adapun rupiah memang relatif melemah dalam sepekan terakhir, dan BI pun mengaku telah meningkatkan intensitas mereka dalam melakukan intervensi di pasar.
“Kita tingkatkan volume intervensi di pasar valas, lalu melakukan pembelian SBN (Surat Berharga Negara) dari pasar sekunder, serta membuka lelang swap,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo di Jakarta pada Jumat (31/8/2018).
Lebih lanjut, Perry menekankan bahwa BI terus melakukan koordinasi dengan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.
Meski meyakini bahwa kondisi perekonomian Indonesia masih dalam keadaan sehat, namun Perry mengaku BI tetap mewaspadai dampak dari gejolak perekonomian yang sedang terjadi di Turki maupun Argentina.
Perry mengatakan perekonomian Indonesia yang sehat itu tercermin dari sejumlah indikator yang menunjukkan ketahanan. “Baik dari sisi pertumbuhan ekonomi cukup bagus, inflasi juga Insya Allah pada Agustus ini sangat rendah. Kita tunggu pengumuman BPS (Badan Pusat Statistik) dalam waktu dekat,” ungkap Perry.
Masih dalam kesempatan yang sama, Perry menilai pemerintah Indonesia telah menempuh sejumlah cara untuk menciptakan stabilitas sistem keuangan yang penuh kehati-hatian (prudent). Di antaranya terkait komitmen untuk menekan defisit neraca perdagangan melalui aturan biodiesel (B20).
“Dengan langkah B20, impor tahun ini bisa turun Rp2,2 miliar. Apabila ekspornya bertambah, maka kemungkinan ada tambahan devisa sebesar Rp9-10 miliar,” ucap Perry.
Selain kebijakan biodiesel, Perry turut mengungkapkan bahwa pemerintah juga sedang fokus untuk menggenjot sektor pariwisata, membuka wacana untuk menunda proyek yang belum financial closing, serta mendorong kebijakan TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri).
Adapun Perry membantah apabila pemerintah dinilai tidak melakukan langkah stabilisasi nilai tukar rupiah dalam jangka pendek.
“Koordinasi kami dengan Kemenkeu dan OJK bukan langkah stabilisasi jangka panjang. Kami melakukannya dari hari ke hari, sementara pemerintah sendiri mempercepat langkah untuk menekan defisit neraca perdagangan,” jelas Perry.
Setelah berada pada level Rp14.710 per dolar AS pada Jumat (31/8/2018) pagi, nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan tadi sore tercatat melemah ke posisi Rp14.829 per dolar AS. Melemahnya nilai tukar rupiah hari ini disebutkan terimbas dari sentimen negatif isu perang dagang.
Penulis: Damianus Andreas
Editor: Alexander Haryanto