Menuju konten utama

BI Pertahankan Suku Bunga Acuan Tetap 5,25 Persen

BI akan terus memantau kondisi ekonomi dalam dan luar negeri, untuk mempertimbangkan kenaikan suku bunga di bulan-bulan ke depan.

BI Pertahankan Suku Bunga Acuan Tetap 5,25 Persen
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo didampingi oleh Deputi Gubernur BI Erwin Rijanto dan Mirza Adityaswara memberikan keterangan pers seusai mengadakan Rapat Dewan Gubernur di Jakarta, Jumat (29/6/2018). ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga

tirto.id - Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18-19 Juli 2018 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI-7DRRR) tetap sebesar 5,25 persen. Suku bunga Deposit Facility tetap sebesar 4,50 persen, dan suku bunga Lending Facility tetap sebesar 6,00 persen.

Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo mengatakan keputusan tersebut konsisten dengan upaya BI mempertahankan daya tarik pasar keuangan domestik di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi, sehingga dapat menjaga stabilitas, khususnya stabilitas nilai tukar rupiah.

"Karena kami pandang kenaikan yang selama ini kita sudah lakukan totalnya 100 bps [basis points] itu kami pandang bahwa suku bunga itu sudah cukup kompetitif di dalam memberikan ruang bagi masuknya modal asing," ujar Perry di Kantor Bank Indonesia Jakarta pada Kamis (19/7/2018).

Perry mengatakan langkah pelonggaran kebijakan makroprudensial BI ini diyakini dapat meningkatkan fleksibilitas manajemen likuiditas dan intermediasi perbankan bagi pertumbuhan ekonomi.

Kendati demikian, BI akan terus memantau kondisi ekonomi dalam dan luar negeri, untuk mempertimbangkan kenaikan suku bunga di bulan-bulan ke depan. Khususnya, tendensi arah kebijakan bank sentral Amerika Serikat atau The Fed yang diprediksi masih akan melakukan dua kali kenaikan suku bunga di tahun ini dan tiga kali kenaikan pada tahun depan.

"Kenaikan The Fed akan kami pantau bulan ke bulannya. Kami juga akan pantau bagaimana tren dari yield obligasi pemerintah AS seberapa jauh ke depan," kata dia.

BI dikatakannya juga akan memantau terus tren dari yield obligasi pemerintah AS, ke depan. "Sejauh ini yang kami perkirakan dan diperhitungkan dari obligasi AS sejak 10 tahun lalu sampai akhir tahun ini naik 3,4 persen," sebutnya.

Selain itu, ia juga akan memantau berbagai risiko ketidakpastian pasar keuangan global yang beberapa waktu terakhir ini diwarnai ketegangan dagang AS dengan China dan sejumlah negara lain, termasuk respons dari bank sentral Tiongkok terhadap kebijakan AS dan respons-respons dari berbagai negara terhadap ketegangan tersebut.

"Berbagai risiko ini yang akan diperhatikan dan menjadi pemantauan dari waktu ke waktu untuk kebijakan BI ke depannya," ucapnya.

Ia menekankan BI akan tetap terus fokus menjaga stabilitas ekonomi Indonesia, khususnya stabilitas nilai tukar rupiah.

Baca juga artikel terkait SUKU BUNGA atau tulisan lainnya dari Shintaloka Pradita Sicca

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Shintaloka Pradita Sicca
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Dipna Videlia Putsanra