tirto.id - Bank Indonesia (BI) mengatakan salah satu faktor melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sebesar Rp14.520 dikarenakan sikap Presiden AS Donald Trump yang mengkritik kebijakan Bank Sentral The Fed yang akan menaikkan suku bunganya.
Deputi Gubernur BI Erwin Rijanto mengatakan, ketidaksesuaian antara sikap Trump dan Bank Sentral AS terkait kebijakan suku bunga itu memberikan dampak ketidakpastian kepada negara berkembang, salah satunya Indonesia.
Hal tersebut, kata dia, ikut memberikan dampak menguatnya mata uang dolar AS kepada mata uang di sejumlah negara berkembang, salah satunya Indonesia.
"Domestik tidak ada masalah, masalahnya adalah Trump yang membuat pernyataan berlawanan dengan Fed," ujar Erwin seperti dikutip Antara.
Sebelumnya, Gubernur The Fed Jerome Powell mengindikasikan konsistensi untuk menaikkan suku bunga acuannya sebanyak empat kali dalam tahun ini. Sementara Presiden Trump, mengkritik Bank Sentral AS karena kenaikan suku bunga bisa menghambat percepatan pemulihan ekonomi AS.
Selain itu, perang dagang antara dua negara raksasa ekonomi AS dan China semakin menguat usai kontradiksi pernyataan Penasihat Ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow dan penasihat ekonomi senior pemerintah China Liu He.
"China itu melakukan, misalnya devaluasi menurunkan kursnya berkaitan dengan perang dagang itu," ujar Erwin.
Kendati demikian, Edwin membantah apabila melemahnya nilai rupiah Jumat ini disebabkan oleh respons negatif pelaku pasar terhadap keputusan BI yang mempertahankan suku bunga acuan "7 Day Reverse Repo Rate" sebesar 5,25 persen pada Kamis (19/7) kemarin.
"Jika melihat lebih luas, bukan hanya rupiah yang melemah hari ini, tapi juga mata uang lainnya," ujar dia.
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Alexander Haryanto