Menuju konten utama

Melemahnya Rupiah Terhadap Dolar AS Sebabkan Penundaan Investasi

Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengakibatkan para investor menunda investasinya.

Melemahnya Rupiah Terhadap Dolar AS Sebabkan Penundaan Investasi
Petugas jasa penukaran valuta asing memeriksa lembaran mata uang rupiah dan dollar AS di Jakarta, Senin (2/7/2018). ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

tirto.id - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengatakan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) akhir-akhir ini mengakibatkan para investor menunda investasinya. Hal itu disampaikan Kepala BKPM Thomas Trikasih Lembong seusai acara Investment Award 2018 di Jakarta, Kamis (12/7/2018).

Kendati demikian, kata Thomas, penundaan investasi itu tidak serta merta membuat para investor membatalkan niatnya untuk menanam modal di Indonesia. "Saya kira kalau batal bukan karena kurs rupiah. Batal biasanya karena dia pilih negara lain, negara saingan. Kalau menunda, iya, pasti," kata mantan Menteri Perdagangan itu.

Thomas menilai, tidak menutup kemungkinan para investor itu akan kembali menanam investasinya apabila situasi ekonomi sudah stabil. "Investasi slow down [melambat], kalau itu pun terjadi biasanya karena penundaan, shock [kaget] dengan gejolak rupiah, lalu menunda dulu sampai situasi lebih stabil," katanya.

Ia mengatakan, penundaan investasi itu akan berdampak pada pencapaian investasi nasional. Pasalnya, BKPM akan merilis capaian realisasi investasi per kuartal atau per tiga bulan sehingga penundaan akan berakibat pada fluktuasi capaian realisasi nasional.

"Kita kan mempublikasikan angka realisasi secara kuartal. Jadi kalau ada investor besar yang menunda sampai enam bulan, buat kita angka per kuartal bisa sangat besar," kata Thomas.

Menurut dia, melemahnya nilai tukar mata uang terhadap dolar AS tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga berdampak pada sejumlah negara-negara berkembang.

"Sejak dimulainya perang dagang, semua mata uang negara berkembang sangat tertekan. Mulai dari Argentina, Turki, Pakistan, India, Filipina, Indonesia, semuanya sangat tertekan. Itu faktor teknis," ungkapnya.

Situasi ekonomi saat ini, kata Thomas, cukup dihadapkan dalam kondisi yang sulit karena sedang terjadi perang dagang antara Amerika dan Cina.

"Kami all out dan mengapresiasi langkah Presiden [Joko Widodo] untuk menggelar sidang kabinet membahas ini selama empat jam untuk bersama mencari solusi supaya bisa mempertahankan laju investasi dan arus modal masuk di tengah kondisi penuh ketidakpastian," pungkas Thomas.

Baca juga artikel terkait NILAI TUKAR RUPIAH

tirto.id - Ekonomi
Sumber: antara
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Alexander Haryanto